Ketika pagi tiba, Taehyung membuka mata dan menyadari tubuh istrinya yang ada di pelukannya terasa panas. la menempelkan tangannya ke dahi Seokjin. Panas. Sepertinya memang demam. la mendadak ketakutan. Apakah hanya kelelahan? Atau harus pergi ke rumah sakit? Taehyung segera menekan interkom lalu memanggil pelayan.
"Tolong cepat panggilkan Dokter Choi."
Walaupun telah memanggil dokter pribadi, Taehyung tetap tidak bisa tenang. Napas Jinseok tersengal-sengal dan wajahnya terlihat gelisah. Seluruh tubuhnya merintih lemah seolah-olah merasakan kesakitan. Kemarin malam seharusnya aku membawanya ke rumah sakit. Penyesalan yang terlambat menghantui perasaan Taehyung, hingga ia pun menunda keberangkatannya ke kantor dan berjaga di sisi istrinya dengan gelisah. la baru merasa lega saat dokter datang dan berkata bahwa istrinya hanya sedikit kelelahan, dengan istirahat beberapa hari kondisi istrinya itu akan membaik.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh lebih ketika Seokjin sadarkan diri dan melihat Taehyung berada di sisinya. la terkejut lalu bertanya dalam hati, mengapa pria itu masih berada di sisinya sementara semestinya ia sudah berada di kantor.
"Tidak berangkat kerja?"
Taehyung kemudian menjawab dengan muka masam.
"Aku akan berangkat."
"Aku sekarang... tidak apa-apa."
Sosok yang biasanya selalu ceria itu kini suaranya terdengar lemah tanpa ada satu pun kekuatan. Karena merasa bersalah pada istrinya, hati Taehyung pun tergerak. la tak peduli kalau memang harus terlambat ke kantor. la ingin seharian ini berada di rumah. Ia ingin berada di sisi istrinya dan menjaga istrinya itu.
Meski mengatakan akan pergi, melihat Taehyung yang masih diam ditempatnya membuat Seokjin kembali berkata.
"Berangkatlah dan cepatlah pulang. Aku akan menunggumu."
Seulas senyum terbentuk di bibir Taehyung. Ia pun bangun dari tempat duduknya.
"Aku segera pulang. Hari ini jangan bangun dan istirahatlah."
Taehyung membawa tas dan keluar ke pintu depan. Ketika ia melewati taman dan melihat tukang kebun, Taehyung terdiam sesaat. Ia memikirkan sesuatu dan memanggil pria paruh baya yang bekerja padanya.
"Paman!"
Taehyung memberi perintah kepada tukang kebun. la menoleh ke arah kamar tempat istrinya berbaring dan kembali melangkahkan kaki.
🏡 🏡 🏡
"Tuan Jinseok. Saya pelayan."
"Ya, masuklah."
Beberapa saat setelah Taehyung pergi berangkat kerja, seorang pelayan mengetuk pintu kamar Seokjin. Pelayan tersebut membawa keranjang yang berisi benda berwarna-warni.
"Itu apa?"
"Ini kurma. Sebelum berangkat, Tuan Taehyung meminta tukang kebun memetik kurma yang sudah masak dan menyuruh saya membawakannya untuk Anda."
"Sudah masak rupanya. Ah, cantiknya."
Seokjin tidak segera memakan kurma itu seperti biasa. la hanya memandanginya sambil menyunggingkan senyuman. Begitu melihat kurma di dalam keranjang tersebut, ingatan Seokjin segera tertuju pada saat ia mencoba untuk memetik kurma dari kamarnya dan terjatuh menimpa Taehyung, yang dulu begitu membencinya. Jika dibandingkan dengan Taehyung yang dulu mudah tersulut emosi, Seokjin merasa sikap pria itu kini semakin baik padanya. Memang pada awalnya ia mengenal Taehyung sebagai sosok yang kejam dan amat sangat dingin. Namun, kini Seokjin berpikir bahwa pria itu adalah sosok yang penuh dengan cinta. Tentu saja hal ini karena ia dibesarkan dan dididik oleh ibu yang sangat baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be With You | TAEJINKOOK [END]
FanficKenapa aku harus hidup seperti ini? Untuk siapa aku harus menjalani hidup seperti ini?