VI. Titik Nol Makna Perjalanan Kehidupan

1.9K 191 17
                                    

Seokjin meminum beberapa obat yang dibawakan oleh Dokter Choi dan merasa badannya membaik setelah beberapa saat. Ingusnya berkurang dan sakit kepalanya pun hilang. Ia merasa hidup kembali. Seokjin, yang sejak tadi mondar-mandir bingung akan melakukan apa, akhirnya mendapatkan ide bagus dan pergi ke ruang baca. Di sana terdapat komputer. Beberapa hari yang lalu ia berusaha menyalakan komputer itu, tapi gagal. Hari ini akhirnya ia berhasil menyentuh komputer tersebut. Seokjin kemudian membuka Internet dan mengecek E-mailnya. Ada beberapa pesan dari teman terdekatnya, Yi Kyung, yang sedang berada di Amerika untuk pelatihan. Tak pernah menerima balasan dari Seokjin, pesan terakhir Yi Kyung jadi penuh intimidasi.

Seokjin sempat tersenyum dan bermaksud membalas pesan itu, tetapi tiba-tiba saja ia terdiam. Pesan ini untuk siapa? Aku atau Jinseok Hyung? Gumam Seokjin dalam hati. Di kampus saat ini tersebar gosip kalau Seokjin kehilangan ingatannya. Karena kehilangan seluruh ingatan, tentu saja ia tidak bisa membalas pesan teman-temannya. Seokjin pun merasa sedih. Kini ia kehilangan teman-temannya yang berharga.

Akibat keputusannya dulu yang sembrono dan tidak bertanggung jawab, sekarang ia harus berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya telah tertukar dengan Jinseok. Namun, di saat yang bersamaan ia merasa sayang kehilangan hal-hal yang berharga dalam kehidupan lamanya. Seokjin yang tidak bisa membalas pesan-pesan itu akhirnya mematikan komputer.

Malam itu, begitu Taeyung masuk, Seokjin keluar lagi dan memberikan salam dengan cantik.

"Sudah pulang?"

Taehyung kemudian menganggukkan kepala dengan sangat pelan. Orang yang tidak benar-benar memperhatikannya tidak akan melihat anggukan yang sangat pelan itu. Namun tidak demikian dengan Seokjin. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja ia lihat dengan kedua matanya sendiri. Seokjin tertegun sesaat, lalu mengamati Taehyung yang melewatinya dengan canggung dan masuk ke kamarnya begitu saja. Sejurus kemudian Seokjin tertawa dengan riang.

"Hahaha! Akhirnya kau menyerah pada pesonaku, Kim Taehyung! Aku tahu hal ini akan terjadi! Hahaha!"

Seokjin tertawa keras hingga memutar-mutarkan kedua tangannya, tapi mendadak ia berhenti tertawa begitu Taehyung membuka pintu kamarnya dan menatap Seokjin dengan ngeri. Seokjin pun perlahan melangkah mundur dan masuk ke kamarnya. Setelah memelototi Seokjin hingga pintu kamarnya tertutup, Taehyung kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Pada saat itu ekspresi Taehyung pun berubah.

"Hmp!"

Kalau saja Seokjin melihatnya, ia akan mengatakan bahwa dirinya tersenyum sekitar satu sentimeter. Taehyung tidak menduga bahwa di balik pintu Seokin sedang memegang gagang pintu kuat-kuat, takut pria itu akan menghampirinya ke kamar.

Keesokan harinya, saat sarapan bersama Taehyung, Seokjin memutuskan untuk mengatakan sesuatu yang telah lama ditahannya. Seokjin melihat Taehyung yang tengah memakan supnya. Dengan hati-hati Seokjin akhirnya mengatakannya.

"Hm... Taehyung-ssi."

"Kenapa?"

Astaga! Taehyung menjawabnya! Seokjin melanjutkan perkataannya begitu mendengar jawaban Taehyung.

"Aku... ingin bekerja."

"Apa?"

"Aku bosan di rumah terus. Hari-hari berlalu begitu saja tanpa ada artinya. Maka dari itu. tidak bisakah kau berikan satu posisi sekretaris di perusahaanmu? Aku bisa bekerja dengan baik."

"Lucu. Konyol! Anggap saja aku tidak pernah mendengar ini."

Melihat Taehyung yang tak mengacuhkan dirinya, dengan bersikap seolah tidak mendengar perkataannya, membuat Seokjin kehilangan kesabaran.

I'll Be With You | TAEJINKOOK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang