(10) A trigger

2.8K 237 61
                                    

MewGulf Fanfiction
My dream, You
And Our
Love
.
.
.
.
.
-----------------------------------------------------------

Indahnya pagi dipadu dengan nyanyian burung di dahan pohon. Angin bergoyang dengan lembut mengikuti irama kicauan burung. Angin dengan malu-malu meniup tirai jendela salah satu kamar apartemen. Memberi kesempatan pada cahaya mentari untuk mengintip dua insan yang tengah terlelap.

"Engh.." suara lenguhan yang lebih muda mengudara di ruangan itu disebabkan getaran ponsel yang menginterupsi tidurnya. Selang berapa detik, netra hitam nan lembut itupun menampakkan dirinya.

Sebelum sempat di angkat, sang ponsel telah berhenti bergetar. Alhasil, sang pemilik pun urung untuk menyentuh benda persegi itu. Dia lebih tertarik untuk melihat sesuatu yang tersaji di depannya.

Gulf tersenyum menatap keberadaan pria yang masih damai dalam tidurnya. Matanya menelusuri wajah tampan yang terlihat begitu polos dan lugu itu. Melihat betapa eratnya kelopak itu menjaga onyx yang bersembunyi di baliknya. Ada lingkaran kehitaman di bawah matanya. Mendengar dengkuran halus milik nya menghadirkan rasa rindu yang teramat di hati pemuda itu.

Inikah pria yang telah mematahkan hatinya?

Bibir itu kembali membentuk sebuah kurva. Yah, Gulf tersenyum lagi. Meski senyum yang terukir di wajah itu telah berganti menjadi senyum miris. Miris ketika terpintas di pikirannya semua yang terjadi belakangan ini.

Ya begitulah. Gulf hanya bisa meringis ketika semua kenyataan berputar bak kaset di kepalanya.

'apakah dia yang namanya Gulf? Penyanyi bar yang di jadikan bahan taruhan mu itu?'

Gulf menyentuh sisi dimana letak hatinya berada. Kenapa seakan dia bisa mendengar suara retakan kaca? Lalu kenapa terasa begitu menekan disebelah sana. Gulf memejamkan mata menahan emosi yang kian menggeliat. Dia sudah bertekad agar tak di perbudak oleh air mata. Ya, Gulf bukan pemuda yang lemah akan perasaan. Meski terus saja bibirnya mengucap perandaian yang sia-sia.

"Gulf.." suara itu mengalun serak dari tenggorokan seseorang yang kini mengusap wajah dengan telapak lebarnya.

Pria yang di panggil itu belum menjawab, ia hanya membiarkan matanya bergulir menatap orang yang sejak tadi menjadi objek pemandangan nya.

Pria tadi--Mew--menggeser lengan kokohnya guna menopang wajah sebelah kanannya. Mencermati wajah tampan yang kian terlihat manis sekaligus menggemaskan dimatanya.

"Apa yang kau pikirkan?" Mew menatap Gulf dengan lembut. Sebenarnya ada rasa getir yang menelusup kedalam hatinya menyadari tadi malam pertengkaran antara dia dan Gulf yang berakhir begitu saja.

Mew mengerti kondisi nya sedang tidak baik. Mereka tidak sedang dalam kondisi bisa berinteraksi seperti biasanya. Mereka masih di dalam masalah dan Mew bahkan tidak mampu memikirkan jalan keluar dari keadaan ini.
Gulf menggeleng singkat. Ia memutus pandangan dan melihat kemana saja selain onyx pria itu.

Jemari hangat Mew bergerak menyentuh dagu mungil itu dan membawanya menghadap padanya. Gulf tidak menolak, ia masih diam menanti apa yang ingin Mew katakan.

"Gulf.. kau tau aku sebenarnya tidak bermaksud seperti yang dikatakan Art waktu itu kan?"

Mew memandang dengan sendu. Dalam hati dia memohon agar Gulf mau mendengarkan semua penjelasannya.

"Sebenarnya aku--"

"Sejak kapan?"

Mew menelan ludah dengan sulit setelah mendengar pertanyaan Gulf yang memotong ucapannya. Gulf menatapnya dengan tajam seolah mengancam agar Mew menjelaskan semuanya. Pria yang berprofesi sebagai model itu pun memperbaiki posisinya. Ia bangkit dan duduk berhadapan dengan Gulf.

Ur Eyes Are My World [MewGulf Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang