Pergi?

1.5K 212 35
                                    

Malam ini habis sudah. Habis memikirkan hal tentang masalahnya dan Iqbaal. (Namakamu) sungguh benar-benar bingung sekali. Hati dan pikirannya kali ini tak sejalan.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Tapi (Namakamu) juga belum beranjak dari kursi di balkon kamarnya. Entahlah kali ini benar-benar (Namakamu) dibuat berpikir keras.

tok!
tok!

"adek udh tidur?" Ternyata itu suara Iqbaal.

"jangan di balkon terus dek, masuk tidur. Anginnya gak bagus buat kamu," ucap Iqbaal dari luar.

Akhirnya (Namakamu) masuk kedalam kamarnya. Menutup pintu yang menghubungkan antara balkon dan kamarnya. Naik keatas tempat tidurnya, menarik selimut hingga sebatas dadanya. Mencoba untuk terlelap malam ini, mengusir pikirannya yang sedang kalang kabut.

:::

Akhirnya semalam (Namakamu) bisa tertidur. Tidak langsung tidur, ya lagi-lagi pemikirannya menganggu. Baru tidur saat pukul dua belas malam.

Disambut cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela. Mengusik tidur gadis cantik yang masih memejamkan matanya. Merasa terganggu, akhirnya (Namakamu) membuka matanya dan bangun dari tidurnya dan menyederkan badannya di sandaran tempat tidurnya.

Melihat jam yang sudah pukul tujuh pagi, (Namakamu) pun beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Menghabiskan waktu tiga puluh menit, (Namakamu) sudah siap untuk menghampiri keluarganya yang menunggunya untuk sarapan bersama. Dengan kaos putih dan celana pendeknya, (Namakamu) keluar dari kamarnya.

"pagi semua!"

"pagi adek!"

"Bang Iqbaal kemana?" tanya (Namakamu) yang tak melihat Iqbaal di meja makan.

"pergi kerumah shasa katanya," jawab Teh Ody.

(Namakamu) yang tak ingin memperpanjang obrolan tentang Iqbaal, akhirnya memakan sarapan yang telah bundanya siapkan.

:::

Diteras belakang rumahnya, kini (Namakamu) sibuk dengan film yang ia tonton. Film action yang menjadi pilihannya, ya karena memang ia suka. Sudah dua film berlalu yang ia tonton, hingga tak sadar ada orang kini dibelakangnya.

"asik banget kayanya," itu suara Iqbaal.

"eala sejak kapan ada disini?" tanya (Nk) terkejut.

"daritadi, sejak kamu asik sama film yang kamu tonton" jawab Iqbaal yang kini memeluk (Namakamu) dari belakang dengan posisi duduknya.

"serius? lama dong?"

"kamu nonton apa sih kok fokus banget kayanya," tanya iqbaal.

"seperti yang Lo liat aja sih," ucap (Namakamu) dengan kosakata lo-gue pertanda dia masih marah. "Lepas ih,"

"kamu marah banget ya sama Abang? Semarah itu loh," kata Iqbaal belum mau melepas pelukannya.

"ya lo pikir aja. Hidup gak semudah yang lo bayangin, Bang. Susah nerima kenyataan kalau Abang gue sendiri orang pertama yang nyakitin adiknya.  Jujur bang, gue gabisa sebenernya kaya gini. Tapi lo yang buat gue jdi gini. Ngerti gak apa yang gue rasain? " ucap (Namakamu) menahan emosinya.

"Ya Abang minta maaf sayang. Abang gak ada niat buat kasar sama kamu. Abang cuma pengen kamu ngertiin Abang. Hidup Abang gak melulu ttg kamu dek," ucap Iqbaal lembut.

"adek gak maksa abang buat selalu prioritasin adek. Cuma sekali aja gitu loh, lo berlaku layaknya Abang gue yang dulu. Kalau lo bilang Lo gak berubah, tpi menurut gue Lo berubah banget! " kata (Namakamu) mengeluarkan uneg-unegnya.

"berubah gimana? cuma karena abang bentak kamu, Abang tampar kamu, kamu bilang berubah? Oke, Abang akuin Abang salah. Tapi toh, Abang udah minta maaf kan? Masalah kecil gak usah kamu gede-gedein dek!" kata Iqbaal mulai emosi.

"Gue ga suka lo yang sekarang. Gue gak tau apa yang buat lo kaya gini. Gak sekali dua kali loh lo begitu. Pertama masih gue maklumin, lo sogok gue, lo minta maaf gue maafin. Kedua lo tampar gue, oke fine gue akuin gue emng salah. Dan ketiga lo bentak gue lagi didepan temen-temen Lo. Lo bilang gue childish, gue inilah itulah. Gue bilang gue gak mnta lo selalu prioritasin!" kata (Namakamu) mulai tersulut emosi.

"Abang kan udah minta maaf. Masih harus diperpanjang (Nam)? Kamu udah gede, udah bisa berpikir yang benar. Kamu udah gede, bukan anak kecil yang selalu maunya diturutin. Sekarang kamu tinggal ngedukung apa yang Abang lakuin susah? Ngedukung hubungan Abang sama Shasa gak bisa? Kali-kali itu otak dibersihin. Jangan mikir negatif Mulu ttg orang. Kamu gak tau Shasa, Abang yang lebih tau. Abang lebih dulu kenal dia dari pada kamu. Bisa gak usah ikut campur urusan  Abang? " ucap Iqbaal bertubi-tubi.

"Gue maafin, Lo ulang lagi. Gue maafin, Lo ulang lagi. Gitu-gitu aja terus, gak capek lo? Gue dukung semua yang lu lakuin. Gue cuma ngomong apa yang gue rasain aja kok, salah? Oke kalau Lo ngomong Lo lebih tau Shasa drpd gue, tapi apa salah kalau gue bilang apa yang gue rasain?  Lo Abang gue kan? seharusnya Lo tau dong adek lu ini gimana!? Kurang pengenalan apa gimana?" kata (Namakamu) sinis.

"Masalah kecil gaush digede-gedein." kata Iqbaal.

"Masalah kecil kalau di diemin yang bakal gede! Capek sebenernya gue berantem mulu sama lu. Tiap malam gak bisa tdr cuma mikir ini, tau Lo? Semalem lu ketik pintu kamar, itu gue belum tidur. "

"Udahlah. Niatnya abang mau baikan, malah jadi kaya gini."

"Lo yang buat kan? Suka-suka lo lah mau gimana. Setelah ini jangan lo tahan gue buat lakuin apa yang gue mau. Gue harap dengan nantinya gue pergi, Lo bisa sadar diri bang. Gue balik ke kamar," ucap (Namakamu) lalu meninggalkan Iqbaal sendiri.

"pergi? mau kemana dia?" batin Iqbaal bertanya.

:::

Bersambung.
Jangan lupa vote+comment.

gimana nih? beneran pergi kayanya hehe
maap kalau gak jelas ya teman-teman
semoga suka:)
ramein ya, dari kemaren sepi banget. Jadi males up gitu jadinya:(
Happy reading all!✨😐

9 Juli 2020
10.10 WIB

Abang Kesayangan × IDR [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang