berbeda.

1.3K 210 12
                                    

Matahari tengah tenggelam, langit telah berubah warna. Inilah yang menjadi favorit (Namakamu). Duduk di balkon kamarnya memandangi matahari yang ingin kembali ke tempatnya. Beristirahat setelah seharian memancarkan sinarnya.

Setelah membuat kue bersama bundanya dan Zidny, disinilah (Namakamu) sekarang. Zidny telah kembali pulang kerumahnya tadi karena hari sudah ingin malam. Iqbaal? Dia belum kembali dari pagi tadi. Entahlah kemana laki-laki itu, (Namakamu) pun tak peduli.

Entah mengapa sudah ke berapa kali ini terjadi. Iqbaal selalu dan terus-terusan membela Vanesha daripada (Namakamu) adiknya. Abangnya sudah tak seperti yang dulu. Lembut terkadang kasar juga terkadang. Setelah berpacaran dengan Vanesha, sikap Iqbaal kepada (Namakamu) semakin buruk. Dibentak lalu ditampar waktu itu, dan kemarin Iqbaal kembali mengatakan yang tak pernah ia katakan kepada (Namakamu).

(Namakamu) tak pernah minta untuk di prioritaskan, hanya saja perlakukanlah layaknya seperti kakak terhadap adik. Apakah Shasa membawa pengaruh buruk untuk Iqbaal? (Namakamu) tak mau berpikiran aneh tentang itu. Mencoba untuk positive thinking saja.

tok!
tok!
tok!
suara ketukan dari pintu kamar (Namakamu).

cklek. Dan rupanya itu teh Ody. Kakak perempuannya.

"kenapa teh?" tanya (Namakamu) lalu mempersilahkan kakak perempuannya untuk memasuki kamarnya.

"kamu lagi apa? ini udah mau maghrib, jangan lupa sholat!" kata teh Ody. ah, untuk hal sholat, (Namakamu) tak pernah melewatkannya.

"tadi adek duduk di balkon, mau lihat sunset"

Dari balkon kamar (Namakamu) memang sangat terlihat bagaimana matahari terbenam. Langit berubah warna menjadi gelap dengan Oren.

"tumben gak sama Ale," ucap teh Ody. Pasalnya, kedua adiknya ini seperti lem. Iqbaal pergi pasti (Namakamu) ikut. Itu dulu, tapi setelah adanya Shasa semua beda.

"gapapa teh, adek dirumah tadi sama bunda sama ka Zee," jawab (Namakamu) dengan menampilkan senyum manisnya.

"Oiya, bunda bilang ke teteh kamu abis belajar ngelukis sama Zidny ya?" Tanya teh Ody senang.

"iya teh, itu lukisannya" kata (Namakamu) menunjuk buku sketch yang ia pakai tadi melukis bersama Zidny. "yang satu punya ka Zee, dia gambar buah cherry katanya. Dan dibuku satu lagi, adek gambar daun sama batangnya gitu"

"bagus kok gambarnya, lucu. Teteh suka liatnya, nanti lukisin buat teteh ya" ujar teh Ody sambil melihat gambaran adiknya tadi.

"makasih teh. Nanti adek gambarin khusus buat teteh,"

:::

Setelah menunaikan ibadah sholat Maghrib, sekarang keluarga (Namakamu) sedang makan malam. Kali ini tanpa adanya Iqbaal dimeja makan, ya walau sebenarnya Iqbaal jarang makan dirumah, tetapi terasa beda saja suasananya.

Saling menikmati hidangan yang telah disediakan. Ini semua masakan Bunda Rike, memang selalu sih. (Namakamu) yang kini tak terasa semangat untuk makan, entah karena apa. Bukan karena masakan Bunda Rike tak enak, hanya saja suasana hatinya sedang tak baik.

"Ale kapan pulang bund? tumben jam kesini belum pulang," tanya teh Ody.

"tadi pagi sih pergi sama Shasa, tadi sempet nelpon cuma bilang kalau pulang telat malam ini" kata bunda.

Dan kembali terjadi keheningan dimeja makan ini. Iqbaal pulang telat? itu yang (Namakamu) pikirkan sekarang. Sebegitu pentingnya Shasa dimata Iqbaal abangnya.

"bunda, adek selesai ya makannya. adek ke kamar dulu," kata (Namakamu) lalu meninggalkan mereka yang ada meja makan.

"adek kenapa bund?" Tanya ayah Herry yang melihat keanehan dimata putrinya.

"kayanya ada masalah sama Ale, yah" jawab bunda.

"astaga anak itu, kenapa lagi dia? gak ada akurnya" kata ayah Herry geleng-geleng kepala.

"emang suka begitu mereka sekarang. Ale juga beda sekarang ke adek," ucap teh Ody.

Ya, teh Ody melihat ada keanehan diantara kedua adiknya ini. Iqbaal yang beda dan (Namakamu) yang lebih pendiam sekarang.

:::

bersambung.
jangan lupa vote+comment.

happy reading all!✨❤️
have fun for today!

4 juli 2020
11.50 WIB

Abang Kesayangan × IDR [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang