• e m p a t b e l a s •

2.2K 209 7
                                    

Seungmin melepas genggamannya lalu menghela nafas sambil membuka pintu rumahnya,

"jangan khawatir, ada gue"
Hyunjin mencoba menenangkan Seungmin dengan mengelus punggungnya,

"gue udah siap sama semuanya, kalo gue diusirpun, ga masalah"

mereka berdua masuk kerumah mewah itu, lalu duduk di ruang tamu, menunggu orang yang harus mereka temui.

Hyunjin berusaha terlihat senormal mungkin, dia tidak mengira akan menemui orangtua Seungmin secepat ini.

"menjijikkan"

Keduanya langsung menoleh,
orang yang mereka tunggu akhirnya datang, tuan dan nyonya Kim langsung duduk dan menatap dua pemuda itu bergantian.

"bagaimana bisa aku punya anak menjijikan seperti mu?!"

"aku hanya ingin pergi dari rumah ini dengan cara baik baik" Seungmin merotasi matanya lalu menghela nafas, "sebenarnya aku masih ingin menghormati kalian, tapi mendengan itu, aku jadi menyesal kembali ke rumah ini"

Hyunjin melirik Seungmin yang terlihat tenang, tidak seperti dirinya yang sudah takut karena tatapan dua orang dihadapannya.

"kalau begitu pergilah sekarang, jangan bawa apapun dari rumah ini, anggap saja kau tidak punya orang tua"

deg

Seungmin tau kalau orangtuanya akan marah besar, tapi dia tidak tau kalau kata kata itu akan terucap dari kedua orang yang dia hormati sejak kecil.

"aku yang tidak punya orangtua"

semua langsung menoleh ke pemuda yang berdiri di dekat tangga,

"Kim Yohan, apa maksudmu?!"

"benarkan, aku yang tidak punya orangtua, kalian hanya orangtua angkat ku"

"lihat? tidak ada anak yang kalian didik dengan baik" Seungmin berdiri lalu menarik Hyunjin,
"aku pamit, jaga Yohan jangan biarkan dia tersiksa seperti ku"

"kak, aku ikut denganmu"

Seungmin menoleh, "kau yakin--"

"TIDAK!"

Tuan Kim menarik tangan Yohan,
"pergi tanpa apapun, aku tidak mau Yohan jadi sepertimu"

Yohan tersenyum miring sebelum melepas genggaman ayah angkatnya itu,
"pacarku juga seorang laki laki"

.
.
.
.

"lo yakin mereka bakal baik baik aja?"

Seungmin mengangguk, "mereka gak mungkin kehilangan gue, tapi mungkin mereka kehilangan lo, pewaris"

"cih, lo harus tau gimana mereka perlakuin gue kaya boneka"

"sejak kapan?"

Yohan merotasi matanya, "em..sejak dia netapin gue sebagai pewa--"

"bukan itu bodoh, maksudnya sejak kapan lo pacaran sama Hangyul"

"oh itu, dua tahun?"

"hah?!" Seungmin terkejut, "jadi lo udah lama, kok bisa gue gatau"

"ya gimana lo mau tau, kita kan emang jarang ketemu, gedung aja pisah, lo juga jarang mau kalo diajak makan bareng"

Seungmin mengangguk, memang benar.

.

Setelah mengantar Yohan ke rumah Hangyul, Seungmin dan Hyunjin pergi ke supermarket untuk membeli makanan.

"lo mau yang kuning atau coklat"

Seungmin terdiam karena tidak mendapat jawaban, dia menoleh dan melihat Hyunjin yang sibuk memilih pakaian.

"hei! kita kesini buat beli makanan, lo ngapain?"

Hyunjin menunjukkan kaos putih polos yang terlihat besar, "kayanya lo harus beli baju juga, kan lo ga bawa apa apa, masa iya lo pake kemeja gue yang kebesaran terus terusan? bisa kenyang gue tiap hari"

"bangsat"

.

Mereka akhirnya mengambil beberapa baju yang cukup untuk Seungmin.

"mau makan apa?"

"dirumah aja, gue mau masak"

Hyunjin tersenyum, "jadi pengen cepet cepet nikah"

PLAK

"aw . kok malah dipukul?!"

"cari kerja dulu, nama kita pasti udah dihapus dari perusahaan, gamau gue nikah sama pengangguran" Seungmin berjalan mendahului Hyunjin.

.
.
.
.
.

Sudah satu bulan Seungmin dan Hyunjin tinggal bersama, kadang Yohan juga datang mengunjungi mereka bersama Hangyul, calon suaminya.

Hyunjin juga sudah mendapat pekerjaan baru, walaupun gajinya tidak sebesar diperusaahan lama, tapi itu sudah cukup untuk membiayai hidupnya dan tentu saja Seungmin.

Seungmin merasa lebih bahagia walaupun hidupnya lebih sederhana. Dia juga bekerja ditoko hewan, tapi hanya dua hari dalam seminggu.

"mau makan apa hari ini?"

Hyunjin yang baru saja pulang kerja langsung duduk di samping Seungmin dan memelukanya,
"makan kamu boleh?"

"gak lo bau"

Hyunjin malah mencium leher Seungmin,

"Hwang!"

"mandiin ya? atau mau mandi bareng?"

"mandi sama lo yang ada makin kotor"
Seungmin bangkit lalu pergi kedapur meninggalkan Hyunjin yang masih kecewa.

"yaudah deh gue mandi" Hyunjin dengan langkah malasnya membuka bajunya dan masuk kekamar mandi.

Lima belas menit kemudian Hyunjin keluar dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya.

Dia tidak sadar kalo Seungmin ada di kasur sedang memperhatikan dia. Sedikit canggung, karena mereka tidak pernah melakukan itu lagi, iya, mereka hanya melakukannya sekali lalu tidak pernah lagi karena Seungmin selalu menolak.

"engh"

Hyunjin membulatkan matanya, terkejut saat ada tangan melingkar diperutnya,
"Seungmin?"

Lelaki itu berbalik, dan melihat Seungmin dengan wajah merahnya,
"tadi gamau--"

"iya tadi lo bau, gue cuma minta cium, ga lebih"

CUP

Hyunjin langsung mencium bibir si manisnya, Seungmin dengan senang hati membalas tiap lumatan yang kekasihnya berikan.

"mpphh--"

Tok Tok Tok

Keduanya terdiam dan terpaksa melepas ciuman yang baru saja mereka mulai,

"shit!"

"gue bukain" Seungmin berjalan keluar kamar dan membuka pintu,

Yohan berdiri sambil membawa paperbag ditangannya
"min"

"kenapa?"

"gue nikah minggu depan, ini, lo pake ya, gue gapunya wali lain selain lo"

Seungmin tersenyum lalu mengambil paper bag itu, "iya, semoga semua lancar"

Yohan mengangguk, "lo kapan nikah sama Hyunjin?"
pertanyaan itu membuat Seungmin sedikit bingung, dia tidak hanya belum siap, tapi dia baru berkencan beberapa bulan dengan Hyunjin.

"jangan kelamaan, kalian cocok kok, lagian udah tinggal berdua, kalian pasti udah ngelakuin itu kan?"

"sttt" Seungmin menutup mulut Yohan, bisa bisanya lelaki tinggi itu mengatakan hal kotor dengan santai.

"secepatnya"

sahut Hyunjin yang entah sejak kapan berdiri dibelakang Seungmin.

TBC

Debolezza • HyunMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang