Chapter 13.

53 9 0
                                    

Efek kemarin ternyata berpengaruh besar pada Rida, ia selalu merasa kedua pipinya memanas kala mengingat kejadian kemarin. Bertemu dengan Raka di Kafe membuat Rida harus menghindari cowok itu karena jantungnya yang belum kembali normal.

Hari ini Rida memang sudah bekerja seperti biasa, ia sudah benar-benar sehat seperti sediakala.

Melihat gesture Rida yang selalu salah tingkah saat di dekat Raka, membuat ide jahil di otak Rina muncul.

Rina menghampiri Rida yang berada di dapur, ia membisikan sesuatu kepada temannya itu.

"Cie yang udah dijenguk sama doi, langsung sembuh ya?"

"Ih apaan sih Rina," Rida cepat-cepat pergi dari dapur, ia berjalan menuju meja nomor enam.

Rina cekikikan geli melihat tingkah Rida, ia tahu kalau Rida kemarin sore dijenguk oleh Raka, ia mengetahuinya karena kemarin ia bertanya kepada Mila kenapa cewek itu yang menjadi menager Kafe, dan Mila bilang kalau Raka sedang di rumah Rida.

Tadinya Rina akan ke rumah Rida hari ini bersama Mila, karena Mila yang mengajak. Akan tetapi rencana ke rumah Rida harus batal, karena Rida sudah masuk bekerja.

***

Raka mengirim pesan kepada Mila kalau hari ini Rida sudah ada di Kafe karena sepupunya itu berpesan untuk memberitahukannya kalau Rida sudah sembuh.

Kemarin Raka dan Mila sekolah karena Mila harus mengambil raportnya, dan Raka ikut untuk lebih mengenal sekolahnya dan meresmikan sebagai murid baru di sekolah Mila.

Rasanya Raka tidak sabar menunggu satu minggu lagi untuk bisa satu sekolah dengan Rida, meski pacarnya itu akan menjadi adik kelasnya, namun tak apa, hal tersebut bukanlah suatu penghalang untuk selalu bersama saat di sekolah nanti.

Diam-diam Raka menahan senyum geli mengamati Rida yang selalu menghindar darinya, Raka tahu apa penyebabnya, kemarin pun ia tidak menyangka kalau dirinya akan melakukan hal yang tak pernah ia lakukan bersama Rida.

Sekarang sudah waktunya jam pulang, Raka mengantar Rida ke rumahnya meski sempat mendapat penolakan karena Rida merasa canggung.

Selama di perjalanan, tidak ada yang mereka bicarakan, keduanya sama-sama bungkam.

Mungkin tidak ada yang mau mereka bicarakan, atau mereka sibuk dengan pikiran masing-masing?

"Aku... aku besok izin gak masuk kerja, ya?" Rida memecah keheningan di dalam mobil, suaranya pelan saat bertanya demikian.

Raka menoleh, ia menaikan satu alisnya ke atas. "Kenapa? Kamu kan baru masuk."

Menggigit bibir bawahnya kecil, Rida meringis. "I–iya, sih. Gak boleh ya?"

"Kasih tau dulu alasannya."

"Aku besok mau ke sekolah kamu buat daftar, dianter sama ibu. Terus siangnya mau siapin kebutuhan sekolah."

Rida mengembuskan napas gusar, ia takut Raka tidak memperbolehkannya. Apalagi Rida sudah dua kali tidak masuk. Rida bisa meminta izin kepada papihnya Mila, tapi kan semingguan ini Raka lah yang menjadi manager, maka dari itu Rida menanyakan kepada Raka.

"Boleh, nanti aku kasih tahu Om Herwan."

Rida menghembuskan napas lega, tapi ada satu hal yang belum ia bicarakan kepada Raka, dan itu mengganggu pikirannya.

"Raka...."

"Hm?"

"Gak jadi," Rida menyengir. Ia turun dari mobil karena sudah sampai di depan rumahnya.

Raka ikut turun, mencekal tangan Rida yang hendak berlalu. Tidak biasanya Rida akan melenggang begitu saja.

"Kok buru-buru?"

Varida [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang