(11) Soal itu

944 168 18
                                    

Gue duduk termenung dengan pipi yang menempel pada meja kaca yang ada di ruang keluarga. Jari gue bergerak mengetuk ngetuk meja itu pelan, gue banget kalo lagi nunggu sesuatu atau lagi mikir

Tapi sekarang gue belum bisa di sebut lagi mikir dan juga belum bisa di sebut lagi nunggu. Soalnya yang firikirin dan di tungguin aja masih belum pasti

"Jihye" gue menoleh saat suara Doyoung yang baru memasuki area ruang keluarga gue itu menyapa Indra. Cowok yang bikin gue berfikir keras dan menunggu itu benar benar datang rupanya. Gue fikir hari ini dia ada ekschool

"Hmm" gumam gue yang kini tengah fokus membentuk lingkaran kecil di meja yang tengah gue sandari itu menggunakan jari telunjuk

"Enggak mau nginep di rumah gue aja gitu?" Tanya cowok itu setelah duduk di samping gue. Gue menggeleng pelan, cuman di tinggal tiga hari sama mama papa enggak bakalan bikin gue kesusahan kalau sendirian di rumah

"Gak, nanti rumah kosong" jawab gue, Doyoung menggeleng heran sedangkan gadis e kini berpindah posisi jadi menoleh ke arah cowok itu dengan pipi gue yang masih menempel pada meja

"Tapi kata papa, Lo di suruh ke rumah gue aja nginep. Takut anak gadisnya susah ini itu. Kalo di sana kan ada bunda sama ayah dan gue juga tentunya" ucap Doyoung meyakinkan. Gue tetap menggeleng pelan, gue udah lama enggak nginep di situ, rasanya bakalan aneh. Jadi lebih baik di rumah sendiri aja selagi bisa

"Gue di sini aja, lagian kalo ada apa apa gampang kok gue tinggal ke sana. Orang cuman lima langkah" ucap gue menenangkan sembari menepuk kaki cowok itu pelan. Doyoung hanya mengangguk pasrah untuk menanggapi jawaban gue tanpa kembali menanyakan apakah gue mau menginap atau tidak

"Btw, ngapain lo nemplok di situ kaya cicak?" Gue menyengir lebar, lalu membenarkan posisi agar lebih nyaman

"Enak aja nemplok gini" jawab gue asal yang membuat Doyoung geleng kepala dan tangannya terangkat untuk mengusap lembut kepala gue

"Ada sofa Lo duduk lesehan, ada gue Lo masih aja nemplok ke meja" gue bangkit dari posisi 'nemplok' gue itu lalu duduk menghadap Doyoung

"Emangnya apa korelasi antara gue nemplok ke meja sama ada lo?" Tanya gue bingung, cowok itu tiba tiba tersenyum genit lalu mencolek dagu gue untuk bercanda

"Ada lah, Kan masih ada gue yang bisa lo tempelin dari pada lo nempelin meja" ucap cowok itu sembari melebarkan kedua lengannya membuat gue meroona sekaligus kesal dalam waktu yang bersamaan

"Gak usah modus" ucap gue sembari mendorong dadanya menjauh. Cowok itu tertawa, tau enggak sih kalo Doyoung itu ketawa gue jadi gemes dan baper sendiri. Padahal dia cuman ketawa

"Gak modus njir, cuman nyari kesempatan aja" gue ikut tertawa lalu memukul bahunya pelan. Kalo di fikir fikir Doyoung ini keliatan biasa aja setelah kejadian seminggu yang lalu, bahkan besoknya dia  kerumah gue seperti biasanya setelah gue tolak waktu itu. Kaya yang enggak pernah kejadian apa apa gitu. padahal gue udah siap siap takut Doyoung tiba tiba berubah ke gua, ternyata enggak. Bahkan enggak ada sedikit pun perubaha dari dia, masih suka gombal masih manis dan masih nyebelin kaya biasanya

"Rambut Lo udah panjang, kenapa belum di potong?" Tanya gue setelah hening beberapa saat. Tangan gue tergerak untuk menyisir rambut cowok itu menggunakan jemari gue. Doyoung mengangguk sembari ikut menyentuh ujung rambutnya

"Lagi mager aja. Kecuali lo mau nemenin" ucap Doyoung bersamaan dengan tangan gue yang berhenti menyisir rambutnya

"Kalo mau gue temenin tuh bilang, gak usah banyak alasan" ucap gue kesal. Doyoung tersenyum bodoh, lalu mengacak rambut gue gemas

"Yaaaaa, makanya besok temenin" gue menepis tangannya, lalu mendengus kesal sembari merapikan rambut gue yang berantakan

"Ck, iya. Gak usah pake ngeacak acak rambut segala" protes gue. Doyoung mengangguk sembari tertawa pelan. Liat rambut Doyoung yang sekarang udah mulai panjang bikin gue jadi kepikiran sesuatu

[4] Bfriend || Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang