(10) Cukup

977 170 22
                                    

"MIPAM ZUZUZU ZUZUZU"

"Jihye diem enggak lu, gue turunin nih!" Ancam doyoung yang tengah menggores sepedanya dengan gue yang tengah berada di boncengannya

"MIPAM NANANA NYAM NYAM NYAM"

"Hye, kalo enggak hafal gak usah nyanyi. Mending diem deh, polusi suara banget" protes Doyoung lagi saat gue bahkan tak menghiraukan ancamannya

"MIPAMMMMM~~~" Nyanyi gue sembari menunduk agar dapat berteriak di telinga Doyoung

"Song jihye, diem!" Gue tertawa puas saat mendengar geraman kesal dari mulut Doyoung sembari membenarkan posisi gue agar tidak jatuh

"Ngakak banget tau by, itu lagunya seru banget" ucap gue sembari menepuk pelan bahu Doyoung yang tengah gue pegang

"Yaa jangan lepas tangan gitu entar jatoh" marah Doyoung, gue mendengus kasar lalu diam di boncengannya setelah menggumam pelan

"Byyy, anginnya enak" ucap gue saat angin sore berhembus menerpa wajah gue. Membuat beberapa helai rambut gue ikut terbang. Gue merentangkan tangan membuat Doyoung lagi lagi mengomel krasak

"Jihye tangannya!" Gue kembali memegang bahu cowok itu saat Doyoung kembali menegur gue

"Yaa maap, kan biar kaya yang di drama drama by" ucap gue. Tiba tiba cowok itu berhenti menggoes sepedanya, membuat gue mengernyit bingung

"Kok berhenti?" Tanya gue, Doyoung mendongak sebentar untuk menatap gue yang juga menatapnya kebingungan

"Turun, Lo di depan aja. Ngeri gue, takut Lo jatoh" titahnya. Gue mendengus kesal walaupun tetap turun seperti perintahnya, lalu berdiri di samping cowok itu

"Minggir mau naik" ucap gue setengah ikhlas yang di respon Doyoung dengan melepaskan satu tanganny di setang sepeda

"Nah kan gini gue enggak perlu neriakin Lo kalo banyak tingkah" ucap Doyoung saat kembali menggenggam setang sepeda setelau gue naik

"Gue kan udah lama enggak di bonceng naik sepeda, by" bela gue, Doyoung hanya menggumam pelan sembari kembali mengayuh pedal sepedanya

"By" panggil gue lagi setelah hening beberapa saat sembari sedikit agak mendongak untuk menatap Doyoung yang fokus pada sepedanya

"Hmm, apa?" Sahutnya sembari melirik gue sebentar

"Lo pernah enggak sih mikir" ucap gue terjeda sembari kembali menatap ke arah jalanan yang ada di depan gue

"Gue punya otak, ya iyalah pernah mikir" sahut Doyoung yang membuat gue menggeram kesal. Pengen nyubit tapi takut sepedanya oleng

"Enggak gitu maksudnya! Belum selesai" ucap gue yang di sahuti dengan tawa renyah dari seorang Kim Doyoung

"Yaa terus? Makanya kalo ngomong tuh jangan di potong potong"

"Lo tuh, harusnya dengerin dulu" protes gue balik

"Ya apa?"

Gue menarik nafas panjang sebelum melontarkan pertanyaan yang hendak gue ajukan, kembali mendongak sebentar untuk menatap Doyoung

"Kira kira, kalo nanti kita udah sama sama berkeluarga kita masih bisa begini enggak ya?" Tanya gue sembari menatap lurus jalanan

"Gue masih bisa enggak ya meluk Lo kapan gue mau, nyeret Lo kalo gue lagi sendirian di rumah. Minta ini itu, manja manja" sambung gue lalu setelahnya kembali menghela nafas panjang. Please, Doyoung punya pacar aja gue udah berasa enggak punya Doyoung lagi apalagi dia punya istri

"Bisa lah" jawab Doyoung pasti. Gue terkekeh saat mendengar nada mantap yang membuat gue luamayan senang. Jadi berasa Doyoung enggak akan ninggalin gue

"Karna, gue yakin banget istri gue nanti bakalan seneng kalo lo selalu kaya gini sama gue" tambahnya, gue mengernyit bingung. Emang ada ya cewek yang suka kalo orang yang dia sayang apalagi punya hubungan khusus sama dia nempel sama cewek lain begini?

"Emangnya kenapa?" tanya gue bingung. Doyoung tiba tiba tertawa kecil, dan detik berikutnya gue malah membeku karena sebuah kecupan singkat mendarat di puncak kepala gue

"Karna, gue maunya Lo yang jadi istri gue nanti. Gimana, mau enggak?" Jawab cowok itu dengan di sertai pertanyaan di akhir. Beberapa menit berlalu namun gue belum juga menjawab karna masih speechless karna perlakuan dan ucapannya tadi. Dia kira jantung gue enggak bisa maratonan kali ya

"Hye, kok diem? Kenapa? Lo mau enggak?" Tanyanya lagi, gue menggeleng refleks saat tersadar dari lamunan gue. Gila, jantung gue

"Gak mau ya?"

"MAU" Doyoung tertawa puas saat gue mengucapkan kata itu dengan nada yang lumayan tegas. Sedangkan gue langsung merutuki diri sendiri karena malu

"Jadi mau? Kalo jadi pacar gue mau enggak?" Pertanyaannya membuat gue meloto kaget lalu memukul lengannya dengan refleks

"Hye, ntar jatoh!" Pekik Doyoung saat setelah berhasil mengendalikan sepeda itu seperti semula setelah oleng beberapa detik

"By, Lo tuh bisa enggak sih jangan bikin gue jantungan gitu? Kaget tau enggak. Gak usah becanda!" Omel gue pada Doyoung yang sekarang malah kembali tertawa

"Gue enggak bercanda, gue serius" jawabnya. Gue menggeleng pelan, lalu mengeratkan pegangan gue pada setang sepeda Doyoung

"Lo baru aja putus, by"

"Dua bulan itu cukup hye buat gue move on" yakin cowok itu pada gue. Gue menggeleng pelan

"Lo enggak percaya kalo gue udah lupain Jina?" Tanya cowok itu pada gue, gue terdi sebentar sampai akhirnya lebih memilih mengangguk membenarkan

"Iya, gue gak percaya" Doyoung menghela nafas berat saat mendengar jawaban lirih dari gue

"Gue harus apa biar Lo percaya? Gue serius, hye, gue serius mau sama lo" ucapnya terdengar sendu, gue kembali diam lalu memegang tangan kiri cowok itu yang berada di setang sepedanya

"By, beli seblak di komplek sebelah yang baru buka itu yuk. kemaren gue sama jisung ke sana, seblaknya enak. Gue juga mau makan bareng lo" ajak berusaha mengalihkan topik. Bukannya gue enggak mau, gue cuman takut. Takut di jadiin pelampiasan, karna gue tau sesayang apa Doyoung sama jina dulu

"Yaudah kalo Lo enggak mau. Tapi gue bener bener serius, hye. Gue mau Lo jadi pacar gue karna gue sayang sama Lo, bukan karna gue mau jadiin lo pelampiasan" ucap Doyoung sebelum membelokkan arah sepedanya. Gue terdiam lalu mengalihkan tangah gue dari tangannya dan kembali menggenggam setang sepeda Doyoung di sisi lainnya

"Cepetan, by. Ntar tutup, udah jam setengah lima ini" desak gue, dan lagi lagi untuk mengalihkan pembicaraan kami. Kembali, Doyoung menghela nafas panjang

"Gue sayang sama lo. i'll be waiting for you, gue janji" ucapnya setelah kembali memberikan kecupan singkat di puncak kepala gue

Gue memejamkan mata gue sebentar, menetralkan sesak yang tengah gue rasakan. Sekarang gue paham gimana sakitnya saat harus nolak permintaan dari hati gue sendiri dan lebih memilih logika

Ah, kenapa gue jadi begini sih. Gue udah pernah ada di titik di mana gue harus ngiklasin dia tapi enggak bisa gue lakuin, dan saat dia mau gue jadi pacarnya gue malah nolak dia

Bfriend

Author note

Sorry kalo lebih banyak typonya ya
Sorry baru up juga, soalnya lagi kebanjiran :)

[4] Bfriend || Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang