DILARANG MENJIPLAK, MENGCOPY ATAU MEMUBLIKASIKAN KARYA SAYA TANPA IZIN.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Selamat membaca.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
⛄⛄
Desember 2019.Udara dingin berhembus tenang bercampur dengan sinar matahari sore yang sedikit menghangatkan. Suara bising di dalam ruang tunggu sebuah bandara begitu jelas terdengar, terlihat seorang perempuan bermantel coklat muda tengah duduk di ujung sebuah bangku panjang dengan dua koper besar di sampingnya.
Dua puluh menit yang lalu akhirnya Luna berhasil mendarat dengan sempurna dan menghirup udara segar Negeri Ginseng yang teramat ia rindukan. Ada perasaan senang sekaligus gelisah bercampur menjadi satu, semacam dejavu⁴ saat Luna baru saja turun dari pesawat tadi. Satu tahun telah berlalu semenjak pendidikan S2-nya rampung dan kini Luna telah bekerja sebagai staf untuk Indonesia Tourism Market Research di KTO Indonesia. Saat ini dirinya diutus ke Korea Selatan dengan misi menjelajahi tempat wisata musim dingin untuk diperkenalkan kepada wisatawan Indonesia. Diberikan waktu 14 hari, Luna harus menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Kedatangan Luna hari ini agak lebih cepat dari perkiraan karena tadi jadwal penerbangannya dimajukan. Sedikit bosan menunggu, perempuan itu pun memainkan ponsel untuk mengabari orang tuanya. Mengirim beberapa pesan yang mengatakan bahwa dirinya sudah mendarat dengan baik.
"Permisi, dengan Deluna-ssi⁵?" tegur seorang lelaki berkemeja abu-abu, yang baru saja menghampiri Luna.
Luna yang sedang sibuk bermain ponsel pun reflek mendongakkan kepala lalu melirik tanda pengenal yang tergantung di baju lelaki di depannya. "Ah iya benar, saya Deluna. Omo⁶! Apakah anda Pak Kim?"
Melihat respon Luna yang tampak begitu terkejut, yang dipanggil Pak Kim tersebut terkekeh pelan. "Iya, Benar. Saya Kim Junyoung staf KTO Korea Selatan yang menghubungi anda tiga hari lalu. Kenapa seperti kaget begitu, Luna-ssi?"
"Saya kira anda adalah seorang bapak-bapak, ternyata masih muda begini. Maafkan saya sudah salah sangka," ujar Luna tampak malu.
"Hahaha, tidak apa-apa. Ini dua koper milik anda?"
Luna mengangguk sopan. "Benar, Pak. Eh-"
Lagi-lagi Pak Kim terkekeh. "Tidak perlu sungkan untuk memanggil saya bapak hanya karena wajah saya yang masih seperti bujangan, Luna-ssi. Saya sudah beristri bahkan memiliki anak dua, jadi panggil pak saja tidak apa-apa." Pak Kim menarik dua koper Luna menggunakan tangan kanan dan kirinya. "Ayo kita jalan ke mobil. Ini biar saya bawakan."
"B-baik, Pak. Terima kasih," ucap Luna masih sedikit canggung.
Luna akhirnya berjalan di belakang Pak Kim, mengikuti langkah lelaki yang tampak sangat tidak pantas disebut sebagai bapak-bapak itu. Bayangkan saja wajahnya itu terlihat masih sangat muda tapi siapa sangka jika beliau sudah berkepala tiga.
"Tadi jadwal keberangkatan anda dari Jakarta dimajukan, ya?" tanya Pak Kim membuka percakapan ketika di perjalanan.
"Iya, Pak. Untung saya sudah ada di bandara setengah jam sebelumnya. Kalau tidak pasti saya sudah ketinggalan pesawat."
KAMU SEDANG MEMBACA
14 Days With You in South Korea
RomanceLuna mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Korea Selatan dari kantornya bekerja selama dua minggu guna melakukan research tempat wisata di negara itu untuk diperkenalkan pada wisatawan Indonesia. Dalam perjalanannya selama di Korea Selatan ia men...