6th page's

43 17 8
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENGCOPY ATAU MEMUBLIKASIKAN KARYA SAYA TANPA IZIN.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Selamat membaca.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

⛄⛄

"Malam ini tidurlah di kamarku," ulang Jaehoon.

Luna jelas saja langsung melongo. "Bagaimana bisa kau dan aku tidur satu kamar?"

Lift yang mereka berdua naiki berbunyi, tidak lama setelahnya pintu pun terbuka. Jaehoon melangkah keluar mendahului Luna. Karena kamar Jaehoon berada tepat di depan lift jadi mereka tidak perlu berjalan jauh-jauh, tangan lelaki itu terlihat merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan kartu akses kamar dari sana. "Jika tidak mau silahkan tidur di luar kamar, atau kau bisa kembali ke bawah sekarang dan mengatakan kepada resepsionis hotel jika kau menghilangkan kartu akses mu lalu membayar denda," ujarnya bersamaan dengan bunyi pintu kamar terbuka.

"Dompetku tertinggal di dalam kamarku, bagaimana bisa aku bisa membayar denda jika tidak punya uang?"

Jaehoon memandang Luna sesaat. "Jadi kau mau masuk tidak?" tanyanya.

Tidak ada pilihan lain lagi sekarang bagi Luna selain menuruti perkataan Jaehoon, Luna pun dengan terpaksa memasuki kamar inap milik Jaehoon. Begitu masuk aroma khas lelaki itu langsung tercium dengan jelas. Luna sampai geleng-geleng kepala, kenapa kamar hotel serasa jadi kamar pribadi seperti ini batinnya.

Luna duduk di sofa dekat jendela melihat kearah Jaehoon yang sedang melepas jam tangan. "Ada apa?" tanya Jaehoon ketika tahu jika Luna memperhatikannya. "Kenapa melihatku terus?"

"Tidak ada. Siapa juga yang melihatmu terus," bantah Luna.

Perempuan itu langsung mengalihkan pandangannya kearah lain dilihatnya ke tembok dan baru menyadari jika saat ini jam dinding telah menunjukan pukul 22:00 KST. Jaehoon mendekat ke tempat tidur dan mengambil satu bantal dari dua bantal yang ada. Lalu beralih membuka lemari di samping kaca dekat televisi untuk mengambil selimut cadangan. Diletakkannya kedua benda itu di samping Luna duduk. "Aku akan tidur di sofa kau silahkan tidur di atas tempat tidur," ujarnya.

"Eh? Tidak apa-apa kau tidur di sofa? Nanti badanmu sakit semua bagaimana?"

"Tidak, tenang saja." Jaehoon kembali berjalan, hendak menuju kamar mandi. "Kau tidurlah dulu, Luna-ssi," sambungnya.

Luna yang juga memang sudah merasa sedikit mengantuk, dari tadi menguap terus. Dilepasnya mantel panjang yang ia kenakan,. Ketika Luna baru saja ingin tiduran di atas tempat tidur untuk merenggangkan badannya yang sedikit pegal, ia segera duduk lagi saat Jaehoon telah keluar dari kamar mandi. Lelaki itu sudah berganti pakaian rupanya. Jaehoon melirik Luna cukup lama, sebelum akhirnya merebahkan diri di atas sofa lalu menarik selimut putih tebal yang tadi guna menyelimuti tubuhnya sendiri. Keduanya tidur dengan tempatnya masing-masing.

Tidak ada lagi suara yang terdengar di kamar itu hingga tengah malam, tapi Luna terlihat kembali melirik jam dinding yang tertempel tepat di atas televisi, sudah pukul 2 dini hari tapi dirinya belum juga bisa tertidur. Dilihatnya sosok Jaehoon dengan kaos polos hitam sudah terlelap dengan sangat pulas di atas sofa. Luna menghela nafas berat, bagaimana bisa si Jaehoon itu bisa dengan tidur dengan mudah sementara dari tadi jantung Luna terus berdetak tidak normal berada satu ruangan yang sama dengan lelaki itu.

"Mama, mbak Una harus gimana?" Luna berbisik pada dirinya sendiri.

"Kenapa, Luna-ssi?" tanya Jaehoon dengan suara seraknya tiba-tiba, membuat Luna cukup kaget dibuatnya.

14 Days With You in South KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang