3rd page's

72 22 13
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENGCOPY ATAU MEMUBLIKASIKAN KARYA SAYA TANPA IZIN.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Selamat membaca.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ


⛄⛄


Hari ini karena ada sebuah urusan mendadak yang mengharuskannya menunda perjalanan, Jaehoon baru bisa mengajak Luna keluar dari hotel pukul 1 siang tadi. Sekarang sudah pukul tiga sore hari, Luna belum juga ingin pulang dari sini. Jaehoon membawa Luna ke kawasan Gyeongbok-gung Palace, yaitu istana terbesar dan termegah yang letaknya di sebelah utara kota Seoul tepatnya di daerah 161 Sajik-ro, distrik Jongno, Seoul. Bangunan bersejarah yang dibangun pada era kerajaan Joseon itu biasa buka dari pukul 9:00 pagi sampai pukul 18:00 sore. Dan dalam waktu kurang dari 10 jam itu, wisatawan bisa dengan puas berjalan-jalan dan menikmati keindahan istana baik dari dalam maupun dari luar.

"Kalau saja salju sudah turun dan menyelimuti tempat ini pasti akan lebih indah ya, sayangnya aku tidak sekuat itu dengan udara di atas salju," ucap Luna.

"Ini masih pertengahan bulan Desember, tentu saja salju belum turun. Biasanya salju banyak turun di akhir bulan ini atau awal bulan Januari," tutur Jaehoon. "Kenapa tidak menunggu itu tiba saja baru terbang kemari?"

Luna mengangguk paham. "Sebenarnya kantor memintaku berangkat di bulan Januari, tapi aku tidak terlalu kuat dengan udara yang terlalu ekstrem. Dulu saja saat masih kuliah aku pernah jatuh sakit karena kedinginan ya akhirnya kantor memberikan jadwal keberangkatan padaku di bulan Desember saja untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Jadi sebisa mungkin aku harus menyusun laporanku nanti dengan baik walau tidak bertemu salju disini."

"Kau pasti akan bertemu salju sebelum kembali ke Jakarta," ucap Jaehoon santai. "Jika kedinginan mantel hangatku bisa kau pakai," imbuhnya.

"Lidahnya fasih sekali berbicara begitu," ujar Luna bermonolog.

Dirinya dan Jaehoon saat ini tengah menikmati lingkungan Istana Gyeongbok-gung dengan berjalan kaki, baru beberapa menit karena tadi siang sebelum kemari Jaehoon menemani Luna dulu mencari masjid untuk beribadah sekaligus mampir ke sebuah rumah makan terdekat untuk makan siang. Luna terlihat mengenakan hanbok¹⁶, yang ia sewa di Seonhwa Hanbok yang terletak di sudut jalan menuju Istana Gyeongbok-gung sebelum berjalan-jalan tadi. Biaya sewanya cukup murah, hanya dikenakan tarif sebesar 28 ribu won atau sekitar 332 ribu rupiah untuk seharian.

Dari tadi Luna terlihat seperti kesusahan berjalan sambil mengangkat kain hanbok yang panjang dengan tas yang menggantung di lengannya, melihat itu Jaehoon meraih tas tersebut dari Luna untuk dibawa olehnya. "Biar kubawakan," katanya.

Luna menoleh, hendak kembali merebut tas miliknya itu. "Tidak perlu, aku bisa bawa sendiri kok. Kau kan sudah bawa kamera nanti jadi merepotkan mu."

"Yang kerepotan berjalan itu kau, Luna-ssi."

Senyum Luna mengembang diam-diam, pemuda ini cukup peka juga batinnya. Karena terlalu bersemangat dan tidak hati-hati, sepatu pantofel Luna talinya tidak sengaja terurai hingga membuat perempuan itu hampir tersungkur ke tanah jika saja tidak ada lengan Jaehoon yang dengan sigap menahannya. Cepat-cepat Luna menjauh, "Maaf, aku-"

"Lain kali pakailah sepatu yang tidak akan menyusahkan diri sendiri seperti ini."

Luna sempat kaget, Jaehoon tiba-tiba saja berjongkok di depannya memasangkan kembali kaitan sepatu milik perempuan itu seperti semula dan memastikan agar itu tidak terlepas lagi nantinya. Kebetulan saat itu di dekat mereka berdua ada banyak wisatawan lain yang lewat dan tentunya menyaksikan adegan barusan dengan mata kepala mereka, pasti tidak sedikit yang mengira jika kedua muda-mudi ini adalah pasangan yang romantis. Luna tersenyum tipis menahan malu pada orang-orang itu sembari meminta Jaehoon untuk kembali berdiri dan mengajaknya kembali berjalan. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini.

14 Days With You in South KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang