18th page's

54 14 4
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENGCOPY ATAU MEMUBLIKASIKAN KARYA SAYA TANPA IZIN.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Selamat membaca.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

⛄⛄

Luna dapat melihat dari sudut matanya jika Jaehoon langsung diam dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Selebihnya tidak terdengar lagi percakapan antara keduanya. Luna tidak mengerti kenapa Jaehoon jadi lebih pendiam hari ini.

Sebelum ke stasiun mereka lebih dulu mampir ke sebuah rumah makan cepat saji dan menikmati makan siang di sana sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Tidak sampai dua puluh menit, mobil taksi yang mereka naiki akhirnya sampai juga di stasiun Seoul. Begitu turun Jaehoon langsung berjalan menuju loket pembelian tiket, Luna mengekor di belakang langkah lelaki itu tanpa bertanya apapun. Wajah Jaehoon masih menampilkan ekspresi yang kurang baik, sepertinya suasana hati Jaehoon sedang buruk. Melihat itu Luna jadi sedikit tidak mood di perjalanannya hari ini.

Jaehoon memesan dua tiket dewasa yang dikenakan harga sebesar 27.600 won. Ia lantas menyerahkan beberapa lembar uang won pada penjaga loket dan menerima dua tiket perjalanan.

"Ikuti aku," titah Jaehoon.

Lelaki itu mengajak Luna duduk di kursi panjang guna menunggu kereta yang ternyata belum datang. Sepertinya mereka datang terlambat untuk naik kereta sebelumnya. Jaehoon sedikit menggeser duduknya. Memberikan ruang cukup lebar antara dirinya dengan Luna. Lelaki itu sibuk mengetikkan pesan panjang entah kepada siapa pada ponselnya.

Luna sendiri hanya berdiam diri sambil memainkan tali tas pundaknya. Tas itu adalah pemberian teman perempuannya dulu saat mereka masih mahasiswa baru. Ah Luna jadi merindukan temannya itu, sudah berapa lama mereka tidak bertemu. Mungkin kapan hari Luna akan menghubunginya untuk bertemu, ia dengar temannya itu sedang berada di Seoul juga.

Luna melirik beberapa calon penumpang lain yang didominasi oleh warga Korea asli juga tengah melakukan hal yang sama dengannya, menunggu kereta sambil duduk. Walaupun ada juga yang sambil berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.

Karena bosan menunggu, Luna pun memberanikan diri untuk bertanya pada Jaehoon. "Apa keretanya masih lama?"

"Tidak tau." Jaehoon menjawab singkat sekali.

"Seharusnya kita tidak usah mampir ke rumah makan untuk makan siang tadi."

"Kau mau kelaparan di jalan?"

"Ya tidak..."

"Sampai di sana nanti aku tidak akan langsung mengajakmu makan. Kau akan kelaparan jika tidak makan siang. Lagi pula kereta sebentar lagi juga datang."

Luna mengeluh dalam hati. Sebenarnya Jaehoon sedang datang bulan atau bagaimana? Kenapa begitu mendengar nama I An tadi lelaki itu menjadi sensitif sekali. Luna mengingat-ingat lagi, saat malam itu dirinya pertama bertemu I An dan di jemput oleh lelaki di sampingnya ini, Jaehoon memang sepertinya tampak begitu akrab dengan I An, walaupun gestur tidak begitu ramah tercetak jelas pada wajah Jaehoon.

Sebuah tanda yang menandakan jika kereta baru saja datang berbunyi. Jaehoon langsung mengantongi kembali ponselnya dan berdiri.

14 Days With You in South KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang