5th page's

64 19 9
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENGCOPY ATAU MEMUBLIKASIKAN KARYA SAYA TANPA IZIN.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Selamat membaca.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

⛄⛄

“Ini silahkan diminum dulu supaya sedikit menghangat noona, boleh kan kalau aku memanggilmu noona?”

Lelaki dengan hoodie hitam tadi benar-benar membawa Luna ke sebuah kafe yang ia sebut milik temannya, Kafe Dream namanya. Saat ini lelaki itu terlihat membawakan segelas coklat panas untuk Luna. Tadi saat Luna hendak meminta untuk menumpang mengisi daya ponselnya, teman lelaki itu pun sangat baik dan langsung meminjamkan Luna alat pengisi daya, untung saja cocok dengan tipe ponsel milik Luna. Sembari menunggu ponselnya terisi, Luna duduk di salah satu meja pelanggan di dalam cafe itu.

Luna menerima segelas coklat panas itu menggunakan kedua tangannya dengan sopan. “Terima kasih. Boleh kok, kalau boleh tahu namamu siapa?”

“Panggil saja I An,” jawab lelaki itu.

Luna mengangguk. “Jika dilihat-lihat sepertinya kau masih SMA ya?” tanyanya.

Luna asal menebak saja, pasalnya memang lelaki di hadapannya itu masih terlihat sangat muda, sepertinya lebih muda dari dirinya. Wajah lelaki itu juga masih seperti bocah tapi lumayan tampan. Walaupun tinggi badannya sedikit tidak cocok untuk seorang pelajar SMA, mungkin akan lebih cocok jika disebut sebagai seorang model busana.

I An tersenyum geli. “Apakah aku terlihat semuda itu? Aku adalah seorang juru masak di salah satu resto terkenal di daerah Itaewon, tapi malam ini aku kemari karena baru saja menghadiri pesta ulang tahun temanku.” Lelaki itu menarik kursi untuk duduk lebih dekat dengan Luna. “Kau sendiri noona, siapa namamu? Dan apa yang kau lakukan malam-malam begini sendirian?”

Luna meminum sedikit coklat panas pemberian I An lalu menjawab pertanyaan lelaki itu. “Namaku Deluna, wisatawan asal Indonesia. Aku kemari karena ada urusan pekerjaan,” jelasnya.

Jinjjayo²⁰? Kau dari kota mana noona? Jakarta, Surabaya, atau Denpasar?”

Luna kaget, ia meletakkan gelas yang dipegangnya di atas meja. “Kau tau kota-kota besar di negaraku?”

I An tertawa manis sekali. “Ya tentu tau, aku pernah tinggal di sana setahun yang lalu.”

“Benarkah?”

I An mengangguk. “Aku tinggal di kawasan pariwisata di Surabaya saat di Indonesia.”

Luna tersenyum lebar. “Eh? Rumahku di Surabaya juga tau, daerah Citraland. Kalau kau tinggal di daerah mana nya waktu itu?”

“Di daerah Genteng, aku bekerja di Bumi Surabaya City Resort.” I An berbicara tanpa memalingkan tatapannya lawan bicara. “Sepertinya kita sudah ditakdirkan bertemu noona,” candanya.

“Oh! Benar di sana?”

I An mengangguk lalu kembali berbicara,“Noona tunggu sebentar ya,” pintanya. Lelaki itu pergi ke dapur cafe dan meninggalkan Luna sendirian di meja pelanggan yang ia tempati.

Luna mengangguk saja, tangannya bergerak mengecek apakah ponselnya sudah cukup terisi daya. Ia pun menyalakan ponselnya untuk segera mengabari Jaehoon.

Jaehoon-ssi, maaf |
Aku keluar hotel sendirian |
tanpa mengabari mu dulu
Sekarang apa kau bisa kemari? |
You send a location to J Guide KTO |

14 Days With You in South KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang