7th page's

52 17 10
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENGCOPY ATAU MEMUBLIKASIKAN KARYA SAYA TANPA IZIN.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Selamat membaca.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

⛄⛄


“Jaehoon-ssi, I An itu benar-benar sepupumu?” tanya Luna ketika sudah berada di dalam bus. Semalam Jaehoon menyinggung sedikit tentang ini tapi Luna baru bisa bertanya sekarang.

Jaehoon berdehem. “Hm, kenapa?”

Saat ini keduanya tengah dalam perjalanan ke wilayah Chungchon-si, di Provinsi Gangwon. Tadinya Jaehoon sudah mengatur untuk menggunakan transportasi pribadi saja, namun Luna mendadak ingin mencoba pergi menggunakan kendaraan umum. Karena ini buka tur wisatawan biasa melainkan untuk kepentingan kerja semata jadi Jaehoon menyetujui permintaan Luna dan naik shuttle bus untuk sekali jalan saja dengan biaya 7.500 won untuk satu orang menuju Pulau Nami.

Mobil kantor terpaksa dititipkan di showroom milik teman Jaehoon yang lelaki itu sebutkan semalam karena jika harus kembali ke kantor KTO akan memakan waktu lagi dan bisa saja ketinggalan bus. Keduanya menunggu bus datang di belakang Pusat Perbelajaan Shinsegae, daerah Myeongdong. Lalu mulai berangkat pukul 09:10 KST. Mobil bus yang mereka tumpangi melaju dengan santai sambil memutarkan lagu ballad sebagai pengiring perjalanan mereka.

Bus hari itu tidak terisi penuh, hanya ada Jaehoon dan Luna serta satu rombongan tur lain sehingga beberapa bangku penumpang yang lain kosong. Luna dan Jaehoon memilih tempat duduk paling belakang dan duduk bersampingan.

Luna menggelengkan kepala. “Tidak. Hanya bertanya,” jawabnya.

“Dia anak dari paman dan bibiku, ayahnya adalah adik kandung ibuku.”

“Ah begitu ya? Pantas saja terlihat cukup akrab,” Perempuan itu kembali menikmati jumeokbap²² yang dibelikan Jaehoon saat sedang menunggu bus datang tadi.

“Maksudnya?”

Luna mengunyah makanannya, Jaehoon memperhatikan dari samping sambil menunggu jawaban dari perempuan di sampingnya itu. “Biasanya kan begitu, kebanyakan anak akan lebih akrab dengan keluarga dari pihak mama.”

“Kata siapa?”

Dengan tangan kiri yang bebas Luna menepuk dadanya percaya diri. “Kataku,” jawabnya.

“Mitos.”

Mata Luna memincing, dikunyahnya gigitan besar jumeokbap dalam mulutnya dengan kesal. Padahal barusan dirinya hanya berbicara sesuai dengan pengalamannya, malah dikata mitos. Lagi pula Luna juga kan tidak meminta Jaehoon untuk percaya dengan kata-katanya.

Perjalanan Luna dan Jaehoon dari Seoul menuju tempat tujuan memakan waktu sekitar 90 menit. Akhirnya keduanya tiba juga di Dermaga Gapyeong. Dari kejauhan ornamen gerbang kayu berwarna merah dengan nuansa kuno terlihat sangat jelas ketika Luna tiba di tempat itu. Bus berhenti di tempat pemberhentian yang sudah tersedia, Jaehoon membantu Luna turun dari bus sambil mengangkat satu kopernya. Pembayaran bus telah dilakukan menggunakan dompet elektronik lewat ponsel tadi.

“Hati-hati,” ujar Jaehoon. “Biar kubawakan yang ini.”

Luna mengangguk dan mengizinkan Jaehoon menyeret satu kopernya. “Terima kasih, Jaehoon-ssi.”

14 Days With You in South KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang