3. Benda Aneh

591 63 6
                                    

Happy reading😀

"Serius lo masih mau di sana?"

Ayna mengangguk yakin, dia menenteng ranselnya di pundak sembari menatap Anka lekat.

"Gue mau buktiin sama ibu rewel itu, kalau gue bukan cewek yang gak bener," ucap Ayna penuh keyakinan, tatapan matanya mengobarkan api yang menunjukkan bahwa dia tidak sedang bercanda.

Anka menghela napas lalu berjalan mendekati Ayna. "Jadi sekarang lo mau kesana lagi?"

Ayna mengangguk. "Gue bakal lebih rajin datang biar gue semakin cepet jago masak. Dan lo, gak terlalu lama nungguin gue."

"Emangnya lo bisa? Gue takut lo malah bener-bener ngebakar itu tempat, Na." Anka menatap Ayna cemas seolah apa yang dia pikirkan akan menjadi kenyataan.

Ayna mendengus. "Lo mah! Gue bisa kali. Itu sebabnya gue mau lebih sering belajarnya. Ka, lo doain gue dong. Kata ibu-ibu depan komplek kita, doa para suami tuh manjur buat istri. Pokoknya mulai sekarang lo harus rajin berdoa! Tiap makan harus berdoa, tiap tidur, tiap masak, tiap jalan, tiap bernapas, juga tiap--"

"Iya-iya, Na." Anka memutar bola mata malas kala Ayna terus menyerocos.

Anka memperhatikan Ayna yang kembali mengangguk dan beralih mengenakan sneakers.

"Eh, tapi sejak kapan lo bergaul sama ibu-ibu depan komplek?" tanya Anka ketika menyadari Ayna mengatakan seperti tadi.

Kepala Ayna menoleh sekilas. "Sejak ... semalem? Gojek gue turun depan komplek, terus gue jalan ke dalem dan diajak ngobrol bentar sama tuh ibu-ibu. Malah nanyain gue bermacem-macem lagi. Ribet banget dah jadi emak-emak." Ayna bangkit berdiri saat sneakersnya sudah terpasang sempurna di kaki. Gadis itu merapikan celananya yang sedikit melorot lalu berjalan mendekati Anka.

"Gue naik gojek aja deh, Ka. Gue tahu kerjaan lo numpuk karena ambil cuti satu minggu kemarin."

"Enggak. Gue anterin aja." Anka mengambil kunci mobil dan menarik Ayna keluar rumah.

"Tapi, Ka, lo kan--"

"Na, gue suami lo, udah sewajarnya gue anterin lo kemana aja," potong Anka cepat seraya mengunci pintu rumah. Dia menarik Ayna menuju mobilnya dan memasukkan Ayna secara paksa.

"Tapi kan--"

"Udah, lo tinggal duduk aja. Kan gue yang kemudi."

Ayna membuka mulut ingin kembali protes namun urung kala Anka membekab mulutnya menggunakan tisu.

"Udah diem!"

Anka mulai menyalakan mesin dan mengeluarkan mobil dari perkarangan rumah.

"Titip rumah ya, Pak," pesan Anka pada satpam rumahnya. Satpam tersebut tersenyum sambil mengangguk kecil. Dibalas Anka dengan anggukan juga. Lelaki itu mulai menjalankan mobil di jalan raya.

Ayna melirik Anka kesal. "Ka, lo gak perlu gini kali. Gue masih sanggup sendiri."

"Masa?"

"Ihh iya!

Anka tak mengindahkan Ayna dan fokus menyetir. Bayang-bayang kejadian masa lalu dimana dia menyebabkan Ayna masuk rumah sakit membuat Anka lebih berhati-hati dalam mengendari transportasi. Dia tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali.

Tak sampai lima belas menit mobil Anka sudah berhenti tepat di parkiran kursus masak Ayna. Memang tempat tersebut tidak terlalu jauh dari kediaman mereka. Anka sengaja mendaftarkan Ayna kesana agar lebih mudah berkunjung kapan saja.

Ayna turun dari mobil. Dia mengambil ancang-ancang beranjak masuk, namun kala matanya menangkap Anka ikut turun dari mobil membuat matanya menggelinding ke bawah.

My Lovely AnkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang