10. Baikan

624 68 30
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum membaca:)

Happy reading💜💜



Ayna mengerjapkan mata yang kali ini terasa berat, dia mengedipkan mata berulang-kali tatkala cahaya mulai menyapa korneanya.

Retina Ayna berkelana menyisir sudut kamar yang belum berubah dari semula dia melihat. Ayna mulai bangkit, dia meringis saat merasakan punggungnya kembali mengilu. Namun Ayna tidak perduli, kaki jenjangnya mulai melangkah keluar dan mengedarkan pandangan ke sepenjuru rumah.

Langkah Ayna membawanya menyusuri ruangan. Harapan Ayna hampir saja pupus saat tidak menemukan apa yang dia cari, tapi ketika bola matanya tidak sengaja menatap ke luar jendela saat itu juga Ayna berlari kencang ke lantai bawah menuju teras rumah.

Napas Ayna terengah-engah, dia bertopang lutut menetralkan deru napas. Ayna mengedipkan mata dua kali, menjernihkan pandangan. Ketika deru napasnya mulai normal, Ayna berjalan menuju objek perhatiannya.

"Anka...," cicit Ayna nyaris tidak terdengar. Namun yang dipanggil tampak menoleh dan mengangkat satu alisnya.

Ayna berubah kikuk, refleks dia menggarut tengkuk belakangnya. Anka sendiri hanya menoleh singkat sebagai respon lalu kembali ke kegiatan semula, yaitu mencuci motor.

Motor.

Tunggu. Mencuci motor?

Kening Ayna mengerut. "Kenapa lo nyuci motor?"

Jelas Ayna bingung, selama ini Anka sudah mengganti alat kendaraannya menjadi mobil.

Anka memeras spon berbusa yang berperan sebagai alat pembersih motornya lalu melemparkannya ke lantai. Dia beralih mengambil selang dan menyiram motor agungnya yang selalu menemaninya sejak SMA, mengabaikan Ayna yang tengah menunggu satu kata keluar dari bibirnya.

Melihat Anka tidak menggubris, Ayna memilin ujung baju cemas. Dia menggigit bibir bawah sambil menunduk sedih.

Ekor mata Anka melirik Ayna, ada rasa tidak tega dalam dirinya karena telah mengabaikan gadis itu. Terlebih melihat kelopak matanya yang seperti disengat lebah, bengkak. Oleh sebab itu spontan Anka menyipratkan sedikit air dari selang ke arah Ayna. Anka terkejut menyadari aksinya.

Ayna terlonjak kala air dingin menyapa kulit mulusnya. Gadis itu mendongak dan menatap Anka yang terbengong.

Tampaknya Anka masih belum menalar perbuatannya, dia ikut menatap Ayna hingga mereka berdua saling bertatapan dalam beberapa detik. Sampai tiba-tiba Ayna merebut selang dan menyemprotkan seluruh air pada Anka. Anka terkesiap, sontak melindungi dirinya dari air menggunakan telapak tangan. Sementara Ayna tampak bahagia, dia terbahak melihat Anka basah kuyup akibat ulahnya.

Tidak mau kalah, Anka merebut selang dari genggaman Ayna dan berganti menjadi menyiram Ayna sepenuhnya. Kali ini Ayna yang berusaha melindungi dirinya dari air menggunakan telapak tangan.

Anka tertawa kecil melihat Ayna kewalahan menghadapi semprotan air darinya, bahkan Ayna tidak bisa melindungi diri hingga sebagian air tidak sengaja terminumnya.

Ayna menjerit tertahan, "arghhhh ampun-ampun," pinta Ayna sambil berusaha melindungi diri, dia memejamkan mata, berbalik badan, berjongkok, kembali berdiri menghadap Anka lalu bertolak pinggang. "STOPPPP!!!" teriak Ayna.

Anka tak mendengar, dia meneruskan aksi, tertawa kala melihat Ayna termuntah-muntah di tempat akibat air masuk ke hidung gadis itu.

"Ka, stop. Lo gila," pinta Ayna dengan suara serak, matanya memerah karena percikan air sempat mengenai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lovely AnkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang