5. Marah-Marah

487 69 10
                                    

Kalian vote dongg😧😧

Vote yaaa

Yaaaa

Yaaaa

Happy reading🐾🐾


Ayna memasukkan potongan roti yang telah dia oleskan selai cokelat ke dalam mulutnya. Dengan pelan dia mengunyah, pandangan matanya tidak pernah terjatuh pada lelaki yang sudah mencetak gelar suami di dalam hidupnya. Ayna berusaha sekuat mungkin untuk tidak melirik Anka walau hanya sedikit.

Hening.

Setengah jam hanya keheningan yang menyelimuti di antara keduanya.

"Gue ... pergi sendiri hari ini," tutur Ayna tiba-tiba memecah keheningan.

Anka langsung mendongak dan menatap Ayna lekat. "Kenapa?"

Bahu Ayna meluruh dengan gelisah. Kata 'kenapa' yang baru saja keluar dari bibir Anka terus terulang dalam pikirannya.

Kenapa.

Kenapa.

Kenapa dia menanyakan kata 'kenapa'?

Anka semakin menyorot Ayna dengan terang-terangan membuat Ayna kikuk setengah mati.

"Gue--- udah mesen gojek duluan, gak mungkin gue cancel, kalo gue cancel beneran, entar akun gue bakal diblock dari pusatnya." Ada jeda dari ucapan Ayna hingga dia kembali membuka mulut, "kayaknya gojek pesenan gue udah di depan. Gue pergi dulu, Bye."

Ayna berpamitan sejenak lalu melesat kilat mengambil tasnya yang berada di nakas samping televisi dan segera memasang sepatu. Usai semua selesai dia beranjak keluar pintu, namun belum sempat menyentuh gagang, tiba-tiba tangannya sudah dicekal dari belakang dan dirinya dipaksa duduk di sofa ruang keluarga.

Ayna tersentak, matanya menatap Anka yang kini sudah duduk tepat di sampingnya.

"Gu-gue ... mau kursus," cicit Ayna seperti seekor tikus. Anka tidak menggubris dan lebih memilih memeriksa ponsel Ayna. Si empu ponsel hanya diam membiarkan Anka melakukan apapun maunya. Sepuluh menit berselancar dalam benda pipih tersebut, Anka kembali meletakkan ponsel Ayna tepat di atas meja depan mereka.

"Gojek lo udah gue cancel dan akun lo gak bakal diblock. Sekarang, lo hanya perlu jawab pertanyaan gue tadi pagi," tukas Anka sambil terus menghujani Ayna dengan tatapan intimidasi.

Ya, setelah kejadian Anka mengeluarkan pertanyaan yang sanggup membuat Ayna mati kutu, gadis itu pura-pura berakting bahwa dirinya sangat pusing alih-alih kabur untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut. Alhasil Anka belum mendapat jawaban sampai sekarang.

Mulut Ayna terbuka gagap, matanya bergerak kesana-kemari mencari alasan yang tepat untuk menghindari pertanyaan itu lagi.

"Aduduh, gue lupa kalau Ibu Rewel hari ini ngawas, bisa mampus gue kalau telat. Kena cincang, kayaknya gue harus cepet." Ayna bangkit dan mengambil inisiatif kabur, naas, baru satu langkah menjauh, tangannya kembali ditarik kencang hingga membuat tubuh gadis itu terpental ke sofa. Ayna terlonjak, tentu saja. Tenaga Anka begitu kuat hingga membuat dirinya tidak siap menerima tarikan tersebut.

"Lo gak bakal kena cincang, karena gue yang bakal cincang Ibu Rewel duluan. Jadi, sekarang lo tinggal jawab pertanyaan gue."

Bibir Ayna kembali gagap.

Oh, ayolah Ayna, itu hanya pertanyaan mudah, tinggal jawab 'ya lo suami gue' apa susahnya?

Ayna memilin ujung kausnya dengan gelisah, otaknya terus berteriak bahwa itu pertanyaan mudah, namun bagi hati Ayna itu adalah pertanyaan tersulit yang pernah dia jumpai, bahkan fisika saja lewat.

My Lovely AnkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang