Bilang kalau ada typo atau nama yang salah
Happy ReadingChenle membuka pintu kamar di sebelah kamarnya, napasnya berhembus lelah ketika netranya menangkap sosok Jeno yang tengah terduduk di atas kasurnya, melamun sambil memperhatikan sesuatu di telapak tangannya.
Si manis dengan surai hitam pekat itu berjalan menghampiri Jeno, mendudukkan diri di atas kasur milik yang lebih tua. Saat itu, baru lah Chenle tahu apa yang sedari tadi—pagi terus Jeno perhatikan di atas telapak tangannya. Kalung milik Jaemin.
Tak ada sahutan berarti ketika Chenle memanggilnya, Jeno bungkam lagi-lagi, Chenle menghela napasnya. Jeno pasti sedang merasa sangat menyesal sekarang. Lelaki itu tak pernah menampakkan dirinya sejak pagi hingga malam ini, memilih untuk mengurung diri di dalam kamar bahkan melewati beberapa jam makannya.
Jika Jaemin ada, mungkin anak manis itu akan memarahi Jeno karena telah melewatkan jam makannya. Iya, rasanya Jeno ingin dimarahi Jaemin saat ini. kalau bisa, dapat pukulan lagi pun tak apa, pukulan Jaemin yang semalam belum cukup bagi Jeno, Jaemin butuh memukulnya beberapa kali
"Jaemin nginep di kosan haechan sama Renjun semalem," ucap Chenle.
"Dia udah makan?" tanya Jeno. Chenle mengangguk, menatap Jeno sedikit iba. Meski, awalnya Chenle sangat marah pada Jeno, tak menutupi hatinya untuk merasa iba di saat yang bersamaan.
Jeno terlihat sangat merasa bersalah, terlihat sangat kehilangan sosok Jaemin di sampingnya. Biasanya, pagi selalu ada keributan di antara Jeno dan Jaemin. Entah yang diributkan hal besar atau sepele sekalipun, asrama tak pernah absen dari keributan sepasang roomate itu.
Hari ini asrama sepi, bahkan beberapa penghuni yang tak tahu bertanya-tanya tentang apa masalah Jeno dan Jaemin. Chenle tak bisa menjawab, hanya mampu menggeleng sambil tersenyum.
"Mending sekarang kakak juga makan," ucap Chenle. Jeno mengangguk, hanya mengangguk, tak ada niat sama sekali untuk beranjak dari kasurnya.
"Gue tau lo kepikiran." itu bukan lagi Chenle yang menyahut, melainkan Jisung yang baru datang, masuk ke kamar sahabatnya ketika melihat pintu terbuka.
"Tapi lo harus isi tenaga." Jeno mengangkat kepalanya, menatap Jisung yang kini tengah berdiri, bersandar di tembok samping pintu. Lelaki dengan surai cokelat itu terlihat bersedekap dada, dengan irisnya menatap Jeno amat datar.
"Lo gak ada niat tonjok gue lagi, ji? gue nunggu dari pagi” Jisung memutarkan bola matanya malas.
"Buat apa gue ngotorin tangan gue buat nonjok lo mulu? percuma, gak pernah sadar juga lo nya," ucap Jisung sarkas.
Iya, apa yang Jisung katakan benar. Jeno tak pernah sadar tentang kesalahannya, selalu berpikir Jaemin tak akan meninggalkannya, seburuk apapun dia. Sayangnya persepsi Jeno salah. Jaemin lelah, dan membencinya. memang pantas, jika dia ada di posisi sahabat manisnya itu, ia juga akan melakukan hal yang sama.
drrt.. drrtt..
Ponsel Jeno kembali bergetar, ia menolehkan kepalanya dengan malas, kembali menemukan panggilan dari Yeeun yang entah sudah berapa kali ia abaikan dari pagi.
"Gak lo angkat tuh telepon pacar?" tanya Jisung. Jeno hanya menggeleng, beralih untuk menelungkupkan wajahnya di atas lutut, kemudian mendengus lelah. Sama seperti Chenle, ada juga rasa iba yang mengetuk hati Jisung melihat bagaimana Jeno saat ini. tapi, memang sekali-kali Jeno harus ditampar keras oleh kondisi seperti ini, Jisung tak akan menyalahkan keadaan.
"Jeno, makan." Taeyong datang, bersama Jaehyun di belakangnya. si manis itu membawa nampan
berisi sepiring makanan, lantas menaruhnya di atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiós || Nomin ☑️(Unpublish)
Random[REMAKE - Complete] BACA DULU DESCRIPTION. DILARANG MEMBAWA/SS CERITA SAYA UNTUK DIJADIKAN KONTEN DI TIKTOK ATAU PLATFORM LAIN. PLEASE Tidak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan mengatakan "Goodbye" Start : 30-05-2020 End : 25-09-2020 Warn! BxB ...