10. Menjauh

388 98 21
                                    

Pasca kejadian kemarin, Camelia seperti menghindar dari Satria. Saat di kelas pun, gadis itu tak mau  bertemu pandang atau sekedar menyapa. Wajahnya selalu dipalingkan ketika tanpa sengaja pemuda itu meliriknya.

Ketika hampir papasan di koridor, Camelia sebisa mungkin putar balik.

Ketika Satria menghampirinya di kantin, Camelia pindah meja.

Camelia sadar ini semua salah. Ia menyukai Barga---sangat menyukai. Tak seharusnya ia membiarkan pikirannya terombang-ambing karena perlakuan Satria selama ini.

Ia dan Satria hanya terikat pada perjanjian kerja sama untuk mendapatkan pujaan hati masing-masing. Tak lebih.

"Mel, lo pucet banget. Mau ke UKS nggak?" tanya Julia yang sedang menyalin PR Geografi milik Serenia.

Camelia menggeleng lemah, menidurkan kepalanya di antara lipatan lengan. Kepalanya terasa berat dan pusing sejak semalam. Bahkan ia belum makan apapun sejak kemarin sore.

"Iya, Mel. Lo belum makan juga kan?" timpal Serenia.

"Nggak mau. Gue mau di sini aja," tolak Camelia dengan suara seraknya.

"Ya tapi Mel---"

"Udah, Re. Jangan dipaksa kalau anaknya gak mau," potong Julia cepat.

Ia tidak tahu pasti apa penyebab utama Camelia sakit hari ini. Tapi sepertinya ini efek dari hujan deras kemarin sore.

Padahal kenyataannya bukan hanya karena itu.

Bel masuk berdering nyaring.

Julia membelalakkan matanya lebar-lebar, mempercepat kegiatan menulisnya. Biasanya, Pak Atma guru Geografi itu selalu datang tepat waktu. Kadang-kadang malah datang sebelum bel.

"Ayo, PR-nya kumpulkan di depan."
Nah, kan. Baru aja diomongin, Pak Atma sudah berdiri di dekat meja guru sembari meletakkan tas jinjingnya.

Camelia mengangkat kepala, meraba lacinya mencari buku tulis Geografi yang ia simpan pagi tadi. Nihil. Bukunya tiba-tiba tak ada di sana.

Gadis dengan surai legam itu menunduk, melihat keadaan lacinya. Kosong. Apa ia lupa menyimpannya di suatu tempat?

Sepersekian detik kemudian, ia baru ingat bukunya ia sisipkan di antara buku paket di dalam tas.

Ketika Camelia berbalik hendak memeriksa tas, Raeka yang duduk di belakangnya refleks berteriak.

"MEL, MIMISAN!"

Seisi kelas langsung menoleh cepat. Pak Atma yang sedang memeriksa PR Geografi bahkan berlari kecil menghampiri Camelia yang sekarang menutup hidungnya dengan telapak tangan.

Tapi percuma. Darahnya tetap merembes melalui sela-sela jari.

"Serenia, bawa Camelia ke UKS," perintah Pak Atma.

Serenia yang duduk bersama Raeka mengangguk pelan. Ia menuntun Camelia keluar diiringi tatapan penasaran dari siswa-siswi IPS 2.

Kalian pernah nggak mimisan gara-gara demam?

Itu yang Camelia rasakan sekarang. Suhu tubuhnya serasa naik drastis dibanding pagi tadi. Ditambah hidungnya mampet dan tenggorokannya sakit. Lengkap sudah penderitaan Camelia.

"Sini gue bersihin dulu darahnya," ucap Serenia, mendudukkan Camelia di atas kasur.

Gadis dengan surai hitam yang diikat satu itu melesat menuju lemari obat dan alat medis. Ia mengeluarkan satu pack kapas dan sewadah air beserta obat demam.

Tak lama kemudian, pintu UKS terbuka. Bu Nida selaku pengurus UKS refleks menghampiri Camelia setelah melihat seragam gadis itu penuh dengan bercak darah.

Switched | Sunwoo, ChaeyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang