Camelia menggigit bibir bawahnya, mencengkram erat jaket denim hitam Satria ketika motor Yamaha YZF milik pemuda itu melesat meninggalkan rumah. Ia melirik ke kaca spion, menatap wajahnya yang nampak kusut malam itu. Matanya masih sembab meski sudah cuci muka tadi.
Awalnya Camelia menolak keras pergi bersama Satria. Ia bahkan hendak menyuruh Dean untuk mengusir Satria.
Lagipula, apa yang hendak Satria bicarakan setelah rangkaian kejadian yang menguras emosi selama seharian ini?
Motor Satria berhenti di depan gedung apartemen puluhan lantai. Pemuda itu melepas helmnya, menyugar surai hitamnya sekilas.
"Ayo, Mel," ajak Satria, mengulurkan tangannya ke arah Camelia yang malah melamun sembari memegang helm putihnya.
Camelia tersentak kecil, mengulum bibirnya sejenak. Dengan gerakan kaku, ia meletakkan helm di atas jok motor Satria lalu melangkah tanpa menghiraukan tangan Satria yang terulur.Ia merutuk dalam hati, diam-diam melirik Satria yang menunduk sembari tersenyum kecil. Tak tahu mengapa jantungnya seakan mencelos dengan bulir hangat mulai mengumpul di pelupuk matanya.
"Mau ke mana?" tanyanya gugup, menoleh ke arah Satria yang masih diam di dekat motornya yang terparkir rapi di sebelah mobil abu-abu.
"Hm?" Satria mengangkat wajah. "Ikutin gue dulu aja."
Keduanya berjalan beriringan menuju lift, tanpa kata, tanpa isyarat. Satria menekan tombol menuju rooftop, bagian paling atas dari gedung ini.
Sementara itu, Camelia memain-mainkan tali hoodie putihnya asal. Ia meneguk ludah kasar, menatap punggung tegap Satria yang belakangan ini selalu ia lihat.
Lift berdenting pelan. Satria berdehem pelan, melangkah lebih dulu keluar lift menuju pintu besar. Camelia mengekor di belakang, lagi.
Gadis bersurai legam yang hari ini memakai jepit dengan beruang putih Ice Bear dari kartun We Bare Bears yang bertengger manis di ujung rambut itu refleks menahan napas.
Pasalnya, rooftop apartemen yang luas itu dipenuhi oleh lampu tinggi berbentuk hati yang berpendar hangat. Ditambah, dari atas sini, mereka dapat melihat pemandangan kota Jakarta dengan kerlip lampu dari puluhan atau bahkan ratusan gedung pencakar langit. Membuatnya menjadi titik-titik kecil bak kunang-kunang.
"Bagus banget," puji Camelia kagum. Bahkan, ia sampai melompat-lompat riang sembari merentangkan tangan merasakan angin malam yang dingin mengacak anak rambut.
Satria mengulum senyum, berdiri di belakang pagar pembatas melihat ke kejauhan. Pilihannya untuk membawa Camelia ke sini ternyata benar.
"Lo sering ke sini ya, Sat?" tanya Camelia, merapatkan diri ke samping Satria.
"Nggak terlalu sering. Dulu gue diajak Mama ke sini. Makanya gue tau tempat ini." Pandangan Satria menerawang jauh. "Tapi setelah gue masuk SMA, gue gak pernah ke sini lagi."
Hening sejenak.
Senyum tulus Camelia mengembang. Ia menoleh pelan, menikmati euforia menyenangkan yang diciptakan degup jantungnya sendiri.
Karena jatuh cinta ternyata seindah ini.
Camelia tersentak kecil mengingat ada sesuatu yang ingin Satria sampaikan ketika mengajaknya ke rooftop ini.
"Lo... mau ngomong apa?" tanya Camelia pelan.
Satria menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Eung... itu," ucapnya gugup.
"Itu?" ulang Camelia, menautkan kedua alis bingung.
"Kalau lo kira gue cuma jadiin lo pelarian, itu salah besar, Mel. Karena sejak awal gue liat lo, gue udah jatuh cinta sama lo. Bahkan, lo terlihat lebih istimewa dibanding Chelsa yang selama ini gue impikan," jelas Satria dalam satu tarikan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched | Sunwoo, Chaeyoung
FanfictionSatria naksir Chelsa, Camelia naksir Barga. Mereka bekerja sama untuk mendapatkan pujaan hati masing-masing. Tapi, coba tebak siapa yang akhirnya malah jatuh cinta? a sunwoo-chaeyoung fanfiction. dharma universe. lokal!au