Stay

86 20 0
                                    

Author POV

Nana mengenggam pisau yang ia temukan di dapur. Entah bagaimana caranya, perkataan Nirmala berhasil menganggu pikiran Nana. Nana tidak dapat berpikir jernih lagi sekarang. Ia hanya ingin masalah ini cepat selesai tanpa memakan banyak korban lagi.

Yah walaupun mengorbankan 1 nyawa demi menyelamatkan 4 nyawa lagi tidak apa-apa bukan?

Nana meneguk ludah gugup, ia tahu bahwa membunuh adalah perbuatan dosa. Namun ia tidak ada pilihan lain untuk melindungi dirinya dan teman-temannya.

Perlahan Nana berjalan ke arah mobil Jeno yang sepertinya sudah menunggu Nana sedari tadi.

"Kita nggak bisa pergi dari sini!" teriak Nana dari luar

Seisi mobil mengernyit, memandangi aksi Salsabila Rona dari balik kaca mobil. Bahkan Jeno dan Derryl yang duduk di kemudi depan terpaksa turun dari mobil menghampiri Nana.

"Lo kenapa sih Na?" tanya Derryl.

Nana mendecih. Menatap Derryl dingin.

"Kamu jangan munafik ya Derryl!"

"Maksud lo apa?" tanya Derryl yang tidak paham dengan arah pembicaraan Nana.

"Jangan pura-pura bodoh kamu! Aku ga nyangka kamu bisa sekejam itu!" bentak Nana. Membuat Thasha, Haikal dan Firma ikut turun dari mobil.

Derryl mengusap wajahnya frustasi. "Coba lo tenang dulu. Jelasin baik-baik."

Nana mendecih sembari mengeluarkan ponselnya. Ia memutar rekaman yang Haikal kirim.

Hahaha Salsabila Rona itu mau banget di bego-begoin! Dia percaya dong sama gue kalo gue ada di pihaknya. Padahal mereka itu sampah!

Rekaman itu terhenti.

"S-siapa yang n-ngirim?" tanya Derryl sedikit terkejut.

Melihat respon Derryl, Nana terkekeh. "Ga penting siapa yang ngirim. Tapi kamu gabisa berpura-pura lagi sekarang."

"Nggak Na! Itu bukan gue! gue berani sumpah." ucap Derryl.

"APA KAMU MASIH MAU MENGELAK?! JELAS-JELAS ITU SUARA KAMU DERRYL! SUARA KAMU!" bentak Nana yang sepertinya sudah hilang akal.

"Dan bodohnya aku udah menaruh kepercayaan besar sama kamu. Sebenernya kamu juga ikut andil dalam pembunuhan ini kan? Maaf kali ini ga akan bisa." lanjut gadis itu, sembari menggengam erat sebilah pisau yang ia sembunyikan di balik tubuhnya sedari tadi.

"Ya tapi gue gapernah sekalipun ngomong gitu! Percaya sama gu-AKHH!"

Derryl menggelepar setelah mendapat serangan tiba-tiba dari Nana. Derryl yang tidak menyerang itupun kehilangan banyak darah. Bahkan saat ini Nana terlihat seperti monster.

"AAAAAAAAAA!" Jerit Thasha dan Firma yang melihat kejadian tersebut.

Ya, Nana menikam jantung Derryl berkali-kali. Letaknya sangat pas dengan jantung Derryl. Sehingga darah yang muncrat mengucur kemana-mana. Menikamnya tanpa ampun, seperti menaruh perasaan dendam yang membara.

Derryl menatap Nana dengan sisa kesadaran yang tersisa.

"Na lo s-sa..sa..lah"

Derryl pun kejang dan menghembuskan nafas terakhir setelah nafasnya sempat tercekat.

Nana terkulai lemas. Ia tertunduk. Bahunya bergetar sambil menangis. Ia merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan. Nana muak-dengan dirinya sendiri.

"Maafin aku Derryl." lirih Nana.








Sementara Jeno melihat kejadian tersebut dengan puas. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Diam-diam merasa senang.

Kenapa Jeno terlihat senang?

TBC

Halo psycho ganteng :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo psycho ganteng :')

2 part lagi end. nunggu votenya 10 deh baru up😂

Holidays Trip [00-01 Liners]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang