Almost Revealed

109 16 1
                                    

Author PoV

🏡 Flashback mode on

Suara musik di speaker menggema di seluruh ruangan. Membuat mereka semua terbangun dan menuju ke arah speaker itu berada.

"Siapa sih nyalain speaker seharian kayak gini?" ucap firma sembari menguap.

"Gatau lagi dah." kata derryl mematikan speakernya. Kemudian bergelayutan di pundak thasha.

"Eh bentar deh, speakernya kan punya nana. Orangnya kemana?" tanya thasha bingung.

Derryl seketika mengerutkan kening ketika menyadari perkataan kekasihnya. Tidak, Jangan lagi.

Kini Derryl berharap agar Satria segera turun dan berkumpul bersama yang lain agar ia memastikan tidak terjadi sesuatu yang buruk dengan Nana.

"Haikal sama dimas juga tumbenan ga bangun duluan. Kan biasanya mereka tuh yang paling risih ada suara keras." celetuk firma.

"Yaudah sekarang kita ke kamar nana yuk. Kok gue khawatir ya sama dia." kata thasha.

"Iya ayo, kita semua jangan ada yang pencar." jawab derryl.

Bersamaan dengan perkataan derryl, lelaki dengan pakaian yang sudah berantakan berjalan dengan kacau. Menghampiri teman-temannya yang sudah berbalik menatapnya dengan shock.

"G-gue d-disini"

Haikal berjalan gontai dengan pisau penuh darah yang masih ia genggam. Kakinya gemetar kemudian bersimpuh di hadapan teman-temannya yang hendak berkumpul di depan kamar salsabila rona.

Teman-temannya menatap haikal dengan kaget. Mereka sangat terkejut dan ngeri dengan kondisi haikal yang menangis dengan penampilan acak-acakan beserta pisau tumpul di tangan kanan haikal.

"Kal? Lo kenapa?" tanya derryl mengerutkan keningnya. Kini ia semakin bingung dengan kejadian hari ini.

"D-dimas.. N-nana hiks" haikal mengusap air matanya dengan kasar.

Firma mengerutkan keningnya. Dia melihat pisau yang ada di genggaman haikal. Dan saat itu pula hatinya terasa sesak.

"Kal.. L-lo ga-gamungkin pe-pelakunya kan? bilang ke g-gue.. Dimas kenapa?!" tanya firma dengan ekspresi datar.

Haikal mendongak, melihat wajah firma yang ketakutan.

"Dia-" haikal bungkam. Tenggorokannya serak. Dia tidak mampu berbicara di hadapan teman-temannya. Apalagi di depan firma yang terlihat menanti jawaban darinya.

"Kal jawab gue!" firma hampir menangis. Perasaanya sakit. Entah karena apa, tapi rasanya sakit sekali hingga gadis itu ingin menangis.

Haikal tetap bungkam sembari melanjutkan isakanya.

"LO DENGER GUE GAK SIH! DIMAS KENAPA? hiks" firma menarik kerah haikal. Memaksa pria itu untuk berbicara.

"Dimas mati! Terus Nana dibawa kabur sama pembunuh itu gara-gara nolongin gue! Puas lo?!"

Firma shock. Badannya lemas sehingga tidak mampu untuk berdiri.

"Nana diculik?!" tanya derryl setelah mendengar penuturan haikal. Derryl melirik teman-temannya yang sedang berkumpul. Namun ia tidak menemukan batang hidung Satria disini.

Derryl mengerutkan keningnya. Sial! Sudah pasti pelakunya adalah Satria. Memangnya siapa lagi? Satu-satunya orang yang tidak hadir dalam kejadian ini hanya-

"Gue ga salah denger kan kalo Nana diculik?" Tanya seseorang yang baru saja muncul dari bilik pintu kamar. Hal itu sukses membuat Derryl membulatkan matanya sekaligus mengernyit keheranan. Ya, orang yang baru saja muncul adalah Satria.

Holidays Trip [00-01 Liners]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang