Another side

121 20 1
                                    

Salasabila rona POV

Nafasku tercekat. Laki-laki ini seperti pembunuh. Oh ralat, dia memang Psikopat!

Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus mengaku telah mengetahui semua rahasianya?

Tidak!

Jika aku jujur, Derryl akan mati. Tapi jika aku tetap seperti ini-

Bagaimana jika aku mati?

Sepertinya memang harus aku yang mati.

"Lo lemah banget sial. Bahkan gue aja ga tega ngebunuh lo. Mantra apa yang lo pake? gimana bisa lo buat Satria tergila-gila?"

Satria mengeratkan cengkramannya pada leherku.

Apa maksutnya? Mana kutahu jika Satria tergila-gila padaku. Semuanya terjadi begitu saja seperti air yang mengalir.

Dia masih mencengkram leherku. Menuangkan perasaannya di hadapanku sembari mengeratkan cengkramannya lebih dalam.

Aku hanya bisa diam dan memukuli lengan kekarnya itu. Gila, dia kuat sekali! Aku bisa mati karena cakaran tangannya yang berada di leherku.

"Tolong..sa-sakit uhuk"

Aku akan mati

Kurasakan pandanganku mulai kabur, dan kepalaku terasa pening mengingat pasokan oksigen di tubuhku terus berkurang. Hal yang bisa aku lakukan hanya menangis. Sungguh, dia kejam sekali.

Bunuh saja aku tuan psikopat! Selamat, misimu sudah berhasil!

"Uhuk" aku terjatuh. Buru-buru aku memukul dadaku yang terasa sesak dan segera kuhirup oksigen sebanyak mungkin.

Aku tidak tahu kenapa dan keajaiban apa yang mendatanginya, disaat aku sudah pasrah dengan hidupku dia tiba tiba melepas cengkramannya dari leherku dan mengacak rambutnya kasar.

Kenapa?

"maaf" laki-laki itu tertunduk dan segera menghampiriku. Memelukku yang terpaku di lantai.

Aku tercengang dan masih menangis. Aku berusaha menghindar, anehnya laki-laki itu tidak mengelak.

Siapa Satria sebenarnya?

"Na maaf. Gu- gue" dia menatap nanar tangannya.

"Apa gue nyakitin lo?" Mata laki-laki itu berubah sendu. Kulihat dia menangis.

Aku mematung. Beribu pertanyaan berkelebat hebat di otak ku. Ketakutan seketika menggerayangi diri ku.

Apakah dia sebahaya ini?

Mengapa harus aku yang bisa membuatnya kembali normal?

Satria bipolar?

Aku menyeka air mataku sendiri dan menatap nanar laki-laki dihadapanku yang kini menangis tidak berdaya.

"How could you do that?" tanyaku pelan.

Satria tidak menjawab. Mungkin dia tidak tahu maksutku. Tapi perkataannya yang tidak jelas bisa samar-samar kudengar.

"Iblis itu kembali hiks." Satria memukul kepalanya dengan frustasi. Bola matanya melirik ke kanan dan kekiri.

"Na aku takut. Nana tolong aku. Aku gamau hilang gara-gara iblis itu Na. Gamau." lirih nya.

Otakku bekerja lebih cepat. Demi Tuhan, aku sendiri pun tidak tahu maksutnya. Apa yang harus aku lakukan?!

Iblis apa?

Apa satria bisa melihat hantu?

Tapi kenapa dia bilang tidak ingin hilang?

Persetan dengan semua itu, aku menghela nafas iba ketika melihat Satria mengeluh ketakutan. Aku segera memeluknya. Mendekap tubuhnya yang gemetar hebat setidaknya agar ia tenang. Bisa kurasakan, dia bukanlah mahluk kejam seperti tadi. Dia terlihat lebih rapuh dari sebelumnya.

"Aku takut na hiks hiks. Tolong aku. Jangan hilangkan aku."

Aku tidak berkata apa-apa. Aku sibuk mengusap punggung Satria. Bermaksud menyalurkan semangat untuk laki-laki yang sedang meracau tidak jelas ini. Dia ketakutan.

Dan aku masih belum mengerti semuanya.

"Jangan takut. Aku gaakan ninggalin kamu sendirian. Kamu gaakan hilang. Ada aku disini Satria." bisikku lembut.

Anggap saja begitu. Karena aku mulai tertarik dengan kehidupannya.

Sejak- entahlah.

Aku tidak peduli dia gila atau bipolar atau sudah milik Ryujin waktu aku melihatnya mencium adik Jeno terang-terangan di rekaman cctv. Yang jelas dia laki-laki pertama yang berhasil membuatku penasaran.

Hanya saja- apakah aku sudah terlalu jauh?

TBC

Holidays Trip [00-01 Liners]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang