#Daegu, 2010
[10 Tahun yang Lalu]
Aku adalah seorang anak tunggal. Hidupku sangat bahagia saat itu. Segala yang aku inginkan, ayah selalu belikan. Hingga pada saat umurku 15, hidupku berubah 360 derajat.
Ayah dan ibu sering sekali pergi untuk berbisnis.
Hari itu, sabtu sore, aku mendapat panggilan dari kepolisian. Mereka mengatakan ayah dan ibu mengalami kecelakaan. Mobil mereka bertabrakan dengan mobil lain dari arah berlawanan. Ayah dan ibu meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Aku terpukul, seakan dunia rasanya telah hancur.
Nenek dari ibuku adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Sejak itu, aku pindah ke Korea dan tinggal bersamanya di Daegu.
Walau sudah berkepala tujuh, nenek masih terlihat sehat dan bugar. Semenjak kakek meninggal beberapa tahun silam, nenek mengandalkan hidup dengan berkebun dan menerima kiriman uang dari ayah. Ibu selalu mengajaknya untuk tinggal bersama kami di Indonesia, tapi nenek selalu menolak. Sedangkan orang tuaku tidak bisa meninggalkan bisnis mereka di Indonesia.
~🌸~
Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di Korea. Sekolah Menengah Pertama Daegu. Bersebelahan dengan Sekolah Menengah Atas Daegu. Jaraknya tak begitu jauh dari rumah, hanya 20 menit dengan berjalan kaki menuju kesana.
"Annyeonghaseyo, namaku Park Tira. Aku pindahan dari Indonesia. Senang berkenalan dengan kalian. Semoga kita dapat berteman baik."
Jika kau bertanya-tanya apa aku bisa berbahasa korea atau tidak, jawabannya ya. Aku sangat lancar. Sejak kecil ibuku selalu berbicara dengan bahasa korea padaku. Dan berbahasa indonesia ketika bersama ayah dan orang lain.
"Baik Tira, silahkan duduk di sebelah Yuna." Kata pak guru sambil menunjuk bangku kosong baris kedua paling belakang.
Aku segera duduk dan menyiapkan buku pelajaran.
"Hai, aku Lee Yuna." Kata sebelahku sambil mengulurkan tangan dan tersenyum padaku.
"Hai, aku Park Tira." Balasku.
Semenjak itu, aku dan Yuna menjadi teman dekat. Kami selalu bersama saat di sekolah.
~🌸~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Sukai Aku Lagi
عاطفيةDulu dia yang selalu membiarkanku memakan slice pizza terakhirnya. Dulu dia yang selalu mengoleskan obat merah saat kakiku berdarah. Dulu dia yang selalu memujiku saat mendapat nilai sempurna di kelas. Dulu dia yang selalu tertawa bersamaku pada hal...