"Tenten!!!" Teriak pria Hyuga bermata rembulan.
Matanya membulat sempurna saat menangkap sesosok gadis yang bersimbah darah. Sebuah peluru melesat menembus tepat ke arah jantungnya. Tubuh lemahnya lantas terjatuh perlahan yang segera ditangkap oleh pemilik mata rembulan itu.
Dirinya merutuki kebodohan dan kelengahan yang terjadi. Seharusnya ia yang terkena peluru, bukannya Tenten. Seharusnya ia yang melindungi gadis ini. Bukan sebaliknya.
"Maafkan aku, Tenten. Maafkan aku," Neji memeluk Tenten dengan erat.
Air matanya jatuh begitu saja ditarik oleh gravitasi bumi. Tenten, gadis yang dicintainya selama kurang lebih 12 tahun lamanya, kini harus terluka akibat kebodohannya sendiri. Ia sudah melakukan kesalahan besar dengan tidak menjauhi dan melindungi gadis ini dari marabahaya yang seharusnya tertuju untuknya.
Mengapa semua kesalahan yang Hyuga lakukan harus berimbas pada gadis tak bersalah yang begitu ia cintai. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menangis tanpa arti dalam kebisuan.
"Apa yang kau lakukan, Baka?" lirih Neji.
Gadis bersurai coklat itu hanya tersenyum manis menatap pria yang telah membuat hidupnya menjadi lebih baik.
"Be-Berusaha bahagia untukmu," lirih Tenten.
Neji hanya bisa diam sambil membiarkan air matanya berjatuhan. Seakan dirinya ditarik oleh magnet agar diam di sana untuk menyaksikan bagaimana matinya orang yang dicintainya dalam dekapan.
"Maksudku adalah cari kebahagiaanmu. Carilah pria yang lebih baik dariku. Mengapa kau nekad sekali? Kau ini baka!"
"Kebahagiaanku a-adalah ... Adalah kau, Neji."
Tangan putih yang sedari tadi bertengger menggenggam tangan Neji langsung saja terjatuh terkulai lemas. Mata coklat yang teduh dengan wajah pucat yang menghiasinya kini harus bersembunyi di kelopak mata.
"TENTEN!!!" teriak Neji putus asa.
Keringat dingin mengucur dari dahinya. Matanya terbuka lebar dan napasnya tidak beraturan. Neji hanya memijat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Dirinya sudah dibuat ketakutan oleh sebuah kejadian. Dan ia harus menerima kenyataan bahwasanya itu hanyalah mimpi.
Ia rasa mimpi ini terjadi akibat dirinya yang mengingat perkataan ayahnya. Ya, ayahnya dan pamannya sudah memberitahu kepada dirinya mengenai alasan mengapa Orochimaru begitu seringnya berusaha untuk menjatuhkan Hyuga dan tak jarang berusaha menciptakan konflik yang menyebabkan salah satu anggota Hyuga harus terluka, apalagi meninggal.
Pantas saja dirinya serasa tidak bisa bergerak begitu melihat kejadian yang sangat tidak ia inginkan tadi. Jika dalam keadaan nyata, mungkin ia akan langsung membawa Tenten ke rumah sakit. Bodohnya dia sempat mengira itu nyata.
Neji terus-terusan mengumpat dan menggumam tidak jelas. Hanya karena sebuah fakta mengenai Orochimaru, Neji sampai tidak bisa berpikir jernih dan justru berpikiran yang tidak-tidak.
"Untungnya aku mengakhiri hubungan kita lebih awal. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika itu menjadi nyata."
Neji melirikkan matanya ke arah jam digital miliknya yang terletak di nakas samping tempat tidurnya. Baru pukul 3 dini hari. Jadi, ia bermimpi selama kurang lebih tiga puluh menit. Rasa kantuk dan lelahnya bahkan semakin menjadi. Namun, matanya tak kunjung menutup.
Inilah akibatnya jika dirinya bermimpi buruk. Ia akan mengalami insomnia.
Neji memutuskan untuk berjalan-jalan keluar sebentar. Ia hanya memakai pakaian tidurnya dan langsung memakaikan jaket musim dingin. Ia rasa tak masalah. Siapa juga yang akan melihatnya pagi-pagi buta begini. Lagipula, persetan dengan penampilan. Seperti slogan dan kata-kata bijak dari Sasuke Uchiha yang terhormat, "Jika memang sudah tampan, apa boleh buat. Pakai apapun kita akan tampan Neji."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason Of Love (2) [Fanfic]
FanficTittle: The Reason Of Love (2) Genre: Romance, Love, Hurt, Sad, Drama, Fanfiction Disclaimer: Masashi Kishimoto Pairing: NejiTen By: @Lia_CherryBlossom Describe: Lima tahun menjalin hubungan bukanlah waktu yang sebentar. Butuh keyakinan dan kekuatan...