Chapter 9: Different

296 31 5
                                    

"First love is just a fail."

Hanya sebuah kata yang diucapkan oleh seorang dokter yang identitasnya begitu dirahasiakan oleh beberapa orang. Dokter yang oleh orang terdekatnya dikenal sebagai Sakura Haruno.

Dalam sebuah acara TV, dirinya kembali hadir tanpa menunjukkan wajah. Namanya melejit kala ia muncul di channel milik seorang penyanyi misterius yang selalu menggunakan suara samaran kala diminta wawancara secara online. Namun, kala bernyanyi, tak diragukan, itu suara aslinya.

Sanoshi, namanya.

Ino, Tenten, Hinata, Neji, bahkan Sasuke tahu Sakura pernah ikut wawancara dengan Sanoshi. Namun, tak sekalipun Sakura mengungkap siapa pemilik suara merdu itu.

Sasuke cemburu? Bukan hal baru lagi.

Kali ini, Sakura kembali menerima undangan wawancara oleh program TV yang kerap mengundang Sanoshi pula, tetapi tak sekalipun pihak program membocorkan identitas Sakura dan Sanoshi.

"Apalagi itu, Nona Dokter?"

"Itu adalah ungkapan yang Sanoshi-San katakan padaku pada pertemuan kami di konten yang kemarin sempat diunggah. Ya, cinta pertama adalah sebuah kegagalan. Sebenarnya, aku pernah mengalami hal semacam itu."

Sasuke, Ino, dan Tenten yang kala itu Sakura minta untuk duduk di apartemen Sasuke saja menontonnya pun hanya menurut. Mereka pasti tidak akan diizinkan masuk ke studio tersebut.

Sasuke? Dia menggeram kesal kala Sakura membahas yang namanya cinta pertama.

Tenten hanya mendengar sekilas dan kembali melanjutkan aktivitasnya membaca komik di ponselnya. Di akhir minggu yang dingin ini, Ino dan Sakura justru mengajaknya ke apartemen Sasuke.

Kesal? Tentu.

Sudahlah, lebih baiknya dirinya tetap membaca komik daripada menyimak perbincangan Sakura dengan pembawa acara yang begitu membosankan.

"Pertama, aku mohon kepada 'dia' agar tidak marah setelah aku pulang dari sini. Ini hanya berbincang pengalaman."

"Hahaha... Baiklah, Dokter satu ini memiliki seseorang yang berarti dan sebut saja orang itu dengan kata 'dia'."

Senyum Sasuke mengembang. Tentu saja menyita perhatian Ino. Gadis mana yang tidak terpesona dengan senyum seorang Sasuke. (Kalau aku jangan tanya, Sasori lebih mempesona:V)

"Jadi, sebelum masuk ke pembicaraan kita lebih dalam mengenai perkataan Sanoshi, aku di sini ingin menerangkan beberapa hal mengenai maksud dari kalimat pembuka yang satu minggu lalu dikatakan Sanoshi. Sebuah perpisahan tidak pernah diharapkan ataupun direncanakan."

Pembawa acara kembali mengangguk mendengar perkataan Sakura. Kalimat itu memang tidak begitu diperhatikan oleh beberapa orang karena dianggap sebagai quote untuk prolog.

Namun, nyatanya, Sakura mengungkap makna kalimat tersebut.

Di sisi lain pun, Neji dan Hinata yang sedang meluangkan waktu untuk sekedar menonton televisi hanya menyimak dengan serius. Sekaligus, sebuah jalan bagi Hyuga untuk menebak kejutan ke depannya yang akan diberikan oleh Sanoshi pada Jepang.

"Ini sebuah surat yang diketik sendiri oleh Sanoshi. Dirinya ingin menyampaikan kata-kata terakhir dalam menutup lembaran dirinya sebagai Sanoshi. Dirinya ingin menjadi seorang dengan identitas baru. Aku akan membacakan isi surat ini.

'Kepada para pendengar musik penuh kegundahan, aku tahu, perpisahan adalah sesuatu yang menyakitkan. Karena ada sebuah virus yang dinamakan merelakan. Sulit? Tentu. Namun, perpisahan bukanlah sesuatu yang direncanakan. Tidak ada yang tahu kapan itu akan terjadi. Ingat satu hal,

The Reason Of Love (2) [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang