Chapter 7: Berbohong Lagi

355 40 54
                                    

"Siapa orang ini? Apa maksudnya peluru?"

Tenten memang sengaja mengaktifkan perekam agar Neji bisa mendengar apa yang dikatakan penelpon dan tidak menuduhnya yang tidak-tidak. Ia langsung mematikan sambungan dan menatap ke wajah tenang Neji.

Dirinya terfokuskan pada kain putih yang ada di tangan Neji. Tenten menarik pelan lengan Neji dan menaikkan lengan kemeja Neji. Dapat ia lihat perban putih yang sudah sedikit terulur kainnya karena terlepas dari ikatannya.

"Apa maksud ini semua? Tidak mungkinkan peluru mengenai tangan Neji?" batinnya.

Tenten kemudian kembali menutup lengan kemeja Neji dan berpikir sejenak. Dirinya tidak menyadari bahwa ternyata kehidupan perusahaan begitu menyakitkan.

Tenten tak habis pikir. Sebenarnya apa yang mau direbutkan oleh para pengusaha. Apakah kekuasaan atau uang? Apa gunanya itu semua? Alasan yang baginya klise.

Karena itu lingkaran bisnis Konoha yang menurut mereka paling gila.

"Cepat sembuh, Neji."

• • •

"Tenten, kau pasti gila. Masa iya, setiap saat kau harus memimpikan—"

"Memimpikan apa?" tanya Neji.

Tenten langsung menoleh ke arah Neji yang sudah rapi dengan kemeja hitamnya. Sepertinya tubuh Neji terlihat lebih baik dari sebelumnya meski wajahnya masih sama pucatnya.

Tenten lantas berdiri dan melirik ke arah ponselnya. Baru pukul enam sore. Berarti dirinya sudah tidur tiga jam?

Tenten lantas menepuk jidatnya dan merutuki dirinya. Neji hanya mengernyit melihat gumaman tidak jelas Tenten.

"Ada apa?" tanya Neji lagi.

Bukannya menjawab dengan baik-baik, Tenten justru cemberut mengomeli Neji. "Kenapa kau tidak membangunkan aku saat kau sudah bangun? Bagaimana jika kau pingsan?"

"Aku tidak selemah itu. Aku tidak membangunkanmu karena aku tidak tega," ujar Neji.

Tenten hanya menghela napas kasar dan menatap kesal ke arah ponselnya. Sudah ada tiga puluh panggilan dari Ino. Ia yakin tugas kantornya bertambah.

"Neji, aku ingin memb—"

"Neji-nii!!!!" teriak Hanabi senang.

Tenten membelakkan matanya lebar. Jadi, sedari tadi ia hanya ada di mansion bersama Neji? Tenten rasanya ingin meminta bumi menelannya. Namun, sudahlah, masih ada beberapa maid di sana.

"Neji-nii, aku memenangkan lomba menyanyi. Ternyata tadi aku salah melihat jam. Maafkan aku, Neji-nii." Ujar Hanabi penuh sesal. Tenten enggan menatap Hanabi. Dirinya masih kesal dengan perkataan gadis remaja tersebut.

Dirinya lebih memilih diam ketimbang ikut campur dalam urusan adik kakak tersebut.

"Maafkan aku juga, Kak Tenten. Sebagai gantinya, aku membelikan kalian makanan," seru Hanabi. Ia menunjukkan paper bag putih yang Tenten yakini adalah makanan kesukaan Hanabi sendiri.

Namun, dirinya salah. Kala Tenten kembali dari dapur untuk mengambilkan mereka bertiga peralatan makan, dirinya melihat tiga bungkus mie udon korea super pedas.

The Reason Of Love (2) [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang