Chapter 15: If It The Last

325 21 13
                                    


"Cepat, Sakura! Injak gas!"

"Kau ini, baiklah!"

Sakura diam. Sesekali, ia melirik Tenten yang memandang cemas jalanan ke depan dengan pandangan kosong. Tangannya menggenggam erat ponsel yang ia pegang. Jantungnya tak karuan membuat tangannya agak bergetar. Untuk sekedar berdiri pun, sepertinya ia lemas.

"Ten," panggil Sakura pelan. Jujur saja, ini pertama kalinya Sakura main kebut-kebutan.

"Ehm?"

"Kau tidak ikhlas 'kan Neji pergi ke Singapura? Kau sadar 'kan, bahwa sebenarnya kalian hanya meluapkan masalah yang kalian pendam?"

"Jangan bertanya padaku di saat seperti ini!" gugup Tenten.

"Iya 'kan? Sudah kuduga."

"Iya! Puas? Baiklah, sekarang fokus saja mengemudi."

Sakura hanya mengangguk. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlalu berlebihan menginjak gas. Takut-takut polisi menilang mereka. Terlebih, lisensi mengemudi Sakura tertinggal di apartemen.

Sakura jujur saja cukup panik. Ia berharap tunangannya di sini, karena Sasuke pasti akan mengebut lebih baik darinya. Konsep yang sangat tidak baik.

Tiba di parkiran rumah sakit Konoha, Sakura langsung mengerem tiba-tiba, membuat kedua gadis itu begitu terkejut.

Tenten segera keluar dengan seluruh tubuh yang agak bergetar. Ia berlari pelan ke dalam rumah sakit. Di sana, ia segara mencari sosok pria berambut kuning jabrik. Dengan tangan yang bergetar, ia menelpon Naruto.

"Na-Naruto, kau ada di sisi rumah sakit mana?"

"Tenten-chan? Aku ada di dekat taman belakang rumah sakit. Di bagian dekat jendela, kolidor ke-3."

Tut ... Tut ... Tut ...

Tenten berlari sesuai dengan arahan yang tadi Naruto ucapkan. Mulutnya terus menggumamkan perkataan Naruto mengenai tempat Naruto berdiri saat ini.

"Dekat jendela kolidor ke-3, dekat jendela kolidor ke-3. Taman belakang, taman belakang. Astaga! Semoga kau baik-baik saja, Neji."

Tepat menemukan kolidor ke-3 yang dimaksud Naruto, Tenten segera berlari ke sana. Ia menemukan Naruto yang tengah berdiri menghadap ke sebuah jendela kaca besar yang menghadap ke taman belakang.

"Naruto," panggilnya.

Tenten hanya bisa menarik napasnya yang terasa berat. Ia tidak ingin tahu, mengapa Neji bisa ada di tempat yang paling ia benci. Namun, ia juga harus tahu bagaimana bisa disaat baru ia lega sesaat setelah tidak melihat Neji, Neji harus berada di tempat ini.

Ia tidak sanggup, sungguh!

Melihat badan Tenten yang bergetar ketakutan seperti itu, Naruto segera menenangkan Tenten dengan mengajaknya duduk ke sebuah bangku rumah sakit.

"Sudahlah. Tenang. Katakan, apa yang ingin kau katakan!" titah Naruto pelan.

"Neji, di mana, Neji?"

The Reason Of Love (2) [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang