Chapter 8: Terima Kasih

268 29 6
                                    

Tenten terdiam. Matanya mengerjap beberapa kali. Namun, tak dapat dipungkiri jantungnya berdebar kencang.

"A-Apa? Aku? ... Mencintaimu?" ulang Tenten.

Neji mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang sebenarnya membuat Tenten ingin memukul wajahnya.

"A-Aku..."

"Kau masih mencintaiku atau tidak?" Tekan Neji tegas.

Tenten tidak tahu harus menjawab apa. Bahkan untuk bicara saja susah. Jika bisa, ia ingin berlari dan berteriak karena gejolak di dalam dirinya.

"Apa maksudmu?" Tanya Tenten balik. Baiklah, Neji mulai kesal. Ia tidak suka pertamyaannya dijawab dengan pertanyaan.

Namun, apalah dayanya yang rela menunggu sebuah jawaban hingga 30 menit lamanya. Ya, mereka sudah 30 menit di dalam mobil dan Neji tak kunjung berjalan.

Daripada diam di tempat, Neji memutuskan untuk melajukan mobilnya di jalanan kota Tokyo. Ia kemudian menyetel lagu favoritnya yang pernah ia nyanyikan dan mungkin sering tetapi pernah Tenten dengar suaranya melalui lagu ini.

Lagu mandarin berjudul, "A Journey To Meet Love" atau "旅行的爱情"

Tenten terus memutar otaknya. Memorinya langsung teringat saat pertama ia mulai akrab dengan Neji Hyuga. Kesan yang sangat unik.

Ia masih diam karena dirinya juga bingng dengan apa hendak ia katakan. Haruskah ia mengatakan yang sejujurnya. Ia takut Neji hanya akan mengejeknya.

Terdiam beberapa menit sambil menikmati lagu yang mengalun lembut di telinganya.

"Jadi?" tanya Neji.

Tenten masih diam. Tampaknya, Neji sudah kehabisan kesabaran untuk menunggu. Sudah cukup dirinya menunggu untuk pertanyaan simpel yang sebenarnya sangat rumit bila harus dijawab.

Iya, pertanyaannya simpel. Hanya saja, jawabannya sangat rumit.

Neji meminggirkan mobil dan menatap lurus sambil tetap diam. Tenten juga sama. Baginya, Neji seakan menyudutkan dirinya. Membuat dirinya harus berada di antara cinta dan harga diri. Dirinya tidak mau seenaknya kembali ke hidup pria yang melukai perasaannya.

Namun, tak dapat dipungkiri, ia memang masih memiliki sebuah rasa yang tidak pernah padam.

"Jawab saja! Apakah sesulit itu menjawab pertanyaan yang bahkan hanya perlu satu kata!? Ya atau tidak?"

"Bagimu memang sepele tapi, bagiku tidak!"

Neji diam. Dirinya menarik napas dalam. Rasa bersalahnya semakin menjadi. Mungkin dirinya memang salah telah menanyakan pertanyaan yang sudah pasti jawabannya, tidak!

Neji kembali melajukan mobilnya tanpa peduli pada bagaimana ekspresi Tenten saat ini. Ia paham, semua butuh waktu. Namum, Neji tidak bisa sabar menunggu karena ia ingin jawaban secepatnya.

Ia ingin semua ini terjadi dalam satu malam itu dan beban pikirannya akan hilang.

"Kurasa aku menanyakan pertanyaan bodoh," kikik Neji.

Tenten langsung tersenyum dan menyetel lagu yang berbeda. Lagu dengan suasana yang lebih berisik. Dirinya kemudian menyanyi tidak jelas. Yang membuat Neji terkekeh.

"Aku tahu suaraku bagus. Tidak perlu tersenyum seperti itu," imbuhnya percaya diri.

Neji kembali terkekeh dan berkata, "Benarkah? Tenten, coba kau lihat!"

The Reason Of Love (2) [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang