Percakapan dengan sang mama dan daddy semalam berakhir canggung. Sang mama sedikit tak suka dengan perkelahian Adrien
Sejujurnya, Adrien juga ogah ogahan bila harus membuang tenaga untuk berkelahi tapi keadaan selalu memaksa, seakan membangkitkan energinya untuk berkelahi
Mungkin karena prinsip yang tertanam sejak kecil bahwa jangan sampai menyakiti orang lain apalagi wanita, orang tua, dan anak anak
Lagipula perkelahian kemarin tidak bisa sepenuhnya dianggap perkelahian. Pria itu tidak menyerang balik dan Adrien ataupun Jason tidak babak belur
Ah yasudahlah, semoga saja perkelahian kemarin itu yang terakhir
Hari sudah pagi dan ini waktunya Adrien memberi jawaban pada opanya
Ya meskipun mereka tak lagi di London, Iq harus tetap memberi jawaban via telefon
Axel masih tertidur jadi ini kesempatan baik untuk berbicara dengan sang opa
Duduk di dekat jendela kamar dan menatap indahnya langit pagi London hari ini
"Halo Opa"
"Good morning cucu ganteng opaa!"
"Good morning- um are you free now?"
"Yea! I'm free, just chillin in my backyard. What's the matter?"
"What-you forgot it?"
"aumm..... Of course not!"
"alright. Cool"
"So? You have the answer?"
"Yea kinda-"
"Tell me"
"I'm in"Terdengar suara cekikikan opa di seberang sana. Adrien sangat tau bahwa inilah yang diinginkan opa, jadi apa salahnya mencoba?
"That's ma boyyyy"
"But.."
"But what?"
"If I am not good enough, please let me go. Aku nggakmau bikin reputasi perusahaan jelek"
"No you won't my boyyy"
"How you know that?"
"My stomach just told me"
"...."
"Oke! I'll waiting for you in Jakarta and we'll start the detail learning"
"Alright, see you when I see you grandpa"Sambungan terputus. Adrien membuang nafas kasar. Ia tak tahu menahu masa depan keputusan yang baru saja diambil
Sergey milik sang Opa dan Daddy sudah sangat mendunia dan bila dirinya bekerja di sana tidak maksimal pasti bisa merusak reputasi dan mengecewakan Opa dan Daddy
Aktifitasnya harus terhenti ketika tangan mungil Axel menyentuh kulit tangannya
"Kak... " ucapnya sambil mengucek mata
"Hmm"
"Laper.."
"Hah"
"Laperr, pengen makann"
"Omelete aja ya?"
"Iya"
"Cuci muka dulu, kakak tungguin di luar"
Sarapan pagi ini sedikit terganggu
Entah bagaimana Jason sudah berdiri di depan pintu apartemen Adrien dengan muka babak belur
Kaos putihnya sudah ternodai warna merah darahUntung saja Axel masih di kamar mandi sehingga Adrien cepat cepat menyuruh Jason mengganti baju
"LO NGAPAIN SIH ANJING" marah Adrien
"Gue laper"
Adrien tak menjawab. Axel sedang terdiam melihat kakaknya dan seorang asing dengan pandangan kosong
Tiga porsi omelete dengan rasa seadanya menjadi menu utama mereka. Susu coklat bagi Axel dan air putih bagi Adrien dan Jason
"Gue dipukulin anak buah papa lagi, Dri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sept Mille Deux Cent Quatre-vingt Quatre
FanfictionDIJODOHIN; JAEHYUN the next chapter