Chapter 8

663 133 19
                                    

Mba Ayu tertawa terbahak saat Indi menceritakan kronologi kejadian barusan. Sekarang ini mereka sedang ada di klinik dekat perusahaan untuk mengobati kakinya yang tergores belum lagi ternyata ada memar di pinggangnya akibat ditimpa bodi bongsor motor Mak Ipeh yang beratnya berkilo-kilo.

"Hati-hati sama Pak Bintang, pacarnya kalau ngamuk gak bisa tenangin. Kacung kampret kayak kita ini pasti yang bakal disalahin, untung-untung nih kalau kita dibuang di luar pulau jawa tapi masih status karyawan. Lah kalau dipecat? Cari kerja sekarang susah"

Indi yang mendengar itu hanya mangut-mangut sambil sesekali meringis saat mbak Ayu membersihkan lukanya dengan alkohol.

"Jadi nama panggilannya Bintang?"

"Hush! Pake Pak, Pak Bintang"

"Oke, Pak Bintang. Kemarin nih Mbak waktu mau fotocopy dilantai atas aku diusir sama Pak Bintang, katanya pacarnya mau datang. Emangnya pacarnya segendut apasih sampai satu lantai harus dikosongin"

Suara tarikan plester luka terdengar selanjutnya Mbak Ayu menempelkannya di pinggiran kain kasa yang menutupi lukanya. Indi yakin untuk beberapa waktu kedepan luka ini akan menjadi koreng yang gak banget untuk diperlihatkan. Bagaimana caranya mau membuat Mas Arya terpesona kalau begini, belum juga mulai eh korengan datang menghadang.

"Iya kemarin lupa mau kasih tau kamu. Lantai itu kalau jam segitu memang harus kosong karena pacar Bos mau datang, kita kacung kampret cuma bisa nebak aja kenapa juga harus satu lantai yang ditutup. Kan mereka kalau mau pacaran diruangan bos aja cukup kali"

Indi mengangguk membenarkan terus badannya maju sedikit dan berbisik pelan "emang pacarnya siapa mbak?"

"Kamu gak kenal. Nanti juga kalau kamu udah lama disini pasti tau"

Yah penonton kecewa....

"Nah ini luka kamu udah selesai. Sekarang waktunya kerja. Mbak udah kirim materi buat presentasi minggu depan. Tolong kamu bikin jadi dua belas slide, itu udah sama pembuka dan penutup dan besok-besok kamu pake celana atau rok yang dibawah lutut aja supaya lukanya ketutupan. Terus itu heels kamu yang patah    dibuang didepan ada tong sampah disitu. Kamu pake ini aja dulu" kata Mbak Ayu sambil mengeluarkan Heels hitam yang tingginya tak setinggi heels miliknya.

Kepala Indi berdenyut memikirkan heels kesayangan merah menyalanya patah. Apa kata Mbak Ayu tadi? Buang? Oh astaga itu pembunuhan namanya. Heels itu Indi beli dengan penuh perjuangan, harus memeras keringat dan nyerocos terus didepan Hp untuk siaran langsung diberbagai sosmed kemudian harus jatuh bangun menggunakan motor Mak Ipeh untuk mengantarkan orderan masker Cantip. Lalu heels itu patah dan dibuang?

Langkahi dulu mayat Indi! Indi tidak akan membuangnya, mungkin nanti Indi akan menempelkannya kembali pakai lem korea. Katanya lem itu sangat ampuh untuk merekatkan kembali apa yang sudah terpisah, seperti kamu dan dia.

Sampai di mejanya Indi mengecek e-mailnya dan membuka dokumen yang dimaksud Mbak Ayu dan mulai bekerja. Sebenarnya gugup karena ini pertama kalinya duduk sebagai karyawan kantor. Ini seperti film-film yang dinonton Indi, masing-masing karyawan memiliki sekat sehingga walaupun ruangan ini punya enam anggota tim mereka masih memiliki privasi walau sedikit.

Diujung ruangan juga ada pantry yang penuh dan lengkap. Ada gula , kopi saset, teh, soft drink, bahkan Mi instan dengan berbagai rasa lengkap.

Indi sudah mempertimbangkan untuk memasak mie rasa soto nanti. Lumayan tidak mengeluarkan uang lagi kalau mau makan Mie instan. Kantor ini memang idaman.

"Halo Indi, gue Roma. Kita satu tim sekarang"

Indi menoleh dan mendapati sosok pria ceking sudah berdiri di samping kubikelnya.

"Halo mas, aku Indi"

Indi menyambut uluran tangan Roma yang entah nama panjangnya Roma Irama atau malah Roma kelapa. Setidaknya bagi Indi si Roma ini cukup ramah.

"Lo kalau ada yang gak ngerti boleh ditanyain ke gue atau rekan yang lain. Gak usah tegang dan bawa santuy aja. Btw udah pada kenal sama kita semua kan? Nih gue kenalin ulang yah karena kemarin anggota tim gak lengkap. Ini Mbak Ayu, dan lo pasti udah kenal. Terus yang dipojokan sana itu Joko tapi bukan yang dari Jendela SMP, dia dari Jendela kubur"

Plak!

Lemparan spidol langsung tepat sasaran dan mengenai jidat Roma.

"Santuy kali Ko!"

"Ha-halo mas Joko"

"Halo In"

Dih gitu doang?

"Udah, dia emang orang gitu. Sok cool. Lupain Joko kita pindah ke cewek cantik sebelah sana namanya wulan. Kita-kita pada gak setuju dia dijodohin sama Joko gara-gara namanya sama dengan pemain Jendela SMP, kasihan Wulannya kalau dipasangin sama Joko. Terus  itu yang lagi make-up namanya Mbak Reya, senior kita semua disini jadi lo kalau ada butuh bantuan ke mbak Reya pasti selesai urusan. "

"Iya makasih mas"

"Aihh jangan panggil gue Mas. Roma aja"

"I-iya Roma"

Indi merasa kikuk. Roma banget? Indi merasa jadi A-

"Sama-sama Ani"

Lalu tawa membahana terdengar seluruh ruangan. Fix! Indi yakin semua kepribadian anggota tim ini akan terkuak satu-satu.

Setelah perkenalan dan menyelesaikan tugas dari Mbak Ayu yang katanya puas dengan hasilnya, Indi bertugas kembali untuk fotocopy di lantai kemarin. Astaga semoga saja dia tidak bertemu dengan syaitonirojim karena sesuai arahan Mbak Reya kalau pacar Pak Bos sudah pulang.

Ting!

Pintu lift terbuka dan sayangnya penampakan didepan Indi membuat Indi melotot dan sontak memundurkan langkah.

Ragilang Bintang dimana? Itu disana!

"Permisi Pak"

Indi menundukkan wajahnya dan buru-buru keluar dari lift. Ragilang Bintang sedang bersama Ibunya yang walau sudah tua masih kelihatan cantik terlebih bodinya yang membuat mata Indi sepet. Usia setengah baya aja punya bodi yang aduhai sedangkan dirinya yang masih muda kurus kerempeng begini. Indi merasa kalah dengan yang kepala 4 atau mungkin lima padahal dirinya masih kepala 2. Mungkin selain misi membuat Mas Arya terpesona Indi akan memikirkan bagaimana menggemukkan badannya, mungkin dengan menu makan siang indomie dan bakso beranak selama sebulan ampuh menabung lemak dalam tubuhnya.

Hasil akhirnya hanya dua, kalau bukan  gemuk berarti dia akan kena Hipertensi.

Pak Boss meraih bahu ibunya kemudian masuk kedalam lift namun saat lift akan menutup tangan lentik itu menyela.

"Kamu!"

Mati! Indi berpikir dengan cepat apa kira-kira kesalahannya sehingga ibu sang bos menunjuknya. Bukannya Mbak Reya bilang lantai ini sudah bisa digunakan lagi karena pacar Pak Bos sudah pulang? Dan memang betul, karena Pak Bos saat ini sama Ibunya.

Terus kira-kira apa? Apa pak Boss mengadu ke Emaknya? Tadi pagi habis Indi raba-raba?  OMG! Baru juga masuk dua hari masa mau dipecat, jujur Indi capek kalau harus siaran langsung di medsos dan nyerocos kek rapper.

"Awas kalau kamu berani raba-raba Bintang. Mau kamu dikirim keluar pulau jawa?"

"Sa-saya mi-"

"Mau kamu saya laporkan ke polisi?"

Double kill!

"Karena kamu karyawan baru, saya maafkan. Tapi jangan sampai saya mendapati laporan tentang kamu lagi. Bintang itu pacar saya!"

Triple kill!

Gila! Indi langsung tersedak ludah sendiri dan menatap Pak Boss yang hanya diam dan cenderung dingin.

Astaga! Jadi boss pacaran sama Emaknya sendiri?

Catatan Hati Seorang IndiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang