Orang kaya bagi orang miskin itu bisa jadi menjadi cita-cita. Begini maksud Indi, kalau misalnya kita ini adalah orang miskin, kata 'orang kaya' adalah menjadi sesuatu yang kita inginkan, yang kita cita-citakan. Siapa yang tidak mau punya uang banyak, rumah megah, harta berlimpah. Indi saja tentunya ingin. Tapi itu adalah pandangan dari sebagian orang yang merasa dirinya adalah orang miskin. Tapi ada juga yang menganggap menjadi 'orang kaya' itu merupakan musibah.
Tahu kenapa bisa? Nah biar Indi jelaskan sekali lagi, menurut Indi_indialehaleha kenapa bisa menjadi orang kaya itu merupakan musibah? karena menjadi orang kaya yang tidak berprikemanusiaan terhadap orang miskin adalah hal yang tidak baik. Terus orang kaya itu pasti punya banyak uang, nah uang itu banyak setannya, nah karena banyak setannya makanya orang kaya dihasut untuk sombong, songong, pelit, medit, boros, dan lain-lain. Kenapa bisa jadi musibah? Karena perilaku yang kayak tadi itu dibenci oleh Allah, nah kalau Allah udah marah? Para orang kaya itu nanti kena azab kayak di sinetron yang di nonton Mak Ipeh di Indosiar atau bisa jadi nabrak tiang listrik. Itu adalah musibah!
Tapi tenang, gak semua kok orang kaya kayak begitu. Banyak kok orang kaya yang merasa dirinya biasa aja. Ini semua dari individunya masing-masing, kalau mau ikut bisikan setan bisa jadi kena azab, tapi kalau ikut bisikan malaikat bisa jadi dia selamat.
Kalau bicara tentang orang kaya, otak Indi langsung memproses nama Bintang. Ragilang Bintang, begitu nama yang tertera di KTP milik pria itu.
Setelah mengajaknya kabur saat lagi makan dengan alibi ketemu klien, yang rupa-rupanya menghabiskan waktu dengan memilih-milih baju di butik, setelah itu menahan jidatnya dengan mengumumkan batasan antara dia si orang kaya dan Indi si orang miskin, membuat Indi mengira-ngira apa jabatan si Star songong itu di sini sehingga bisa naik lift yang katanya khusus orang kaya itu. Manajer? CEO atau mungkin Founder perusahaan? Peduli amatlah! Semoga saja lift yang katanya untuk orang itu rusak. Amin yarabbal alamin
"Indi, kamu sudah pintar pake mesin fotocopy kan? Nah ini kamu fotocopy masing-masing tiga rangkap habis itu kasih ke saya lagi"
"Oke mbak"
Tugas pertama memanggil!
Setelah pulang atau bisa dikatakan kembali lagi ke kantor setelah menemani si Star songong itu dengan bedak di jidat yang berkurang (mungkin melengket di tangan si Bintang laut) Indi harus belajar bagaimana cara mengendalikan mesin fotocopy, jangan di ragukan kemampuannya. Setelah berhasil merusak satu buah mesin alhamdulillah kini Indi bisa menggunakannya dengan cepat dan tepat. Bersyukur dia tidak langsung dipecat saat itu juga.
Sayang sekali, mesin yang berjumlah 3 unit (yang tadinya ada empat tapi berhasil dirusak) yang terletak satu lantai diatas ruangannya itu semuanya terpakai dan itu artinya harus mengantri. Budayakan antri dimana saja, walaupun itu adalah hal yang menyebalkan.
"Heh loh tau gak? Katanya akan ada penilaian mulai bulan depan, baik karyawan baru atau pun lama bakalan di nilai"
"Yang masalah penempatan luar jawa itu ya?"
"Iya, katanya penilaian mendasar itu target kerjaan kita harus tercapai. Yang gak tercapai harus siap di tendang ke pulau antah berantah"
"Ih gue gak mau ah, kalau target gue gak tercapai terus di tendang ke luar jawa mending gue resign terus kawin sama pacar gue"
"Gue juga begitu. Tapi semoga aja target gue tercapai"
Indi yang mau tidak mau, niat tidak niat pada akhirnya ikut menyimak. Tentu saja dia juga menyetujui ide kedua mbak-mbak ini. Setuju seandainya dia juga sudah punya pasangan, tapi sayang hilalnya bahkan belum kelihatan. Ada yang diharapkan tapi ternyata sudah punya gebetan, aduhai sekali hidup ini.
Indi ingin sekali seperti Mak Ipeh yang hanya karena buru-buru terus bokong seksinya menampar wajah tentara yang sedang jongkok di trotoar lagi mungut Hp yang jatuh, lalu ada adegan tatap-tatapan hingga benih-benih cinta mulai bermekaran hingga takdir membawa mereka selangkah lagi menuju halal.
Atau seperti kisah Mamak yang bertemu bapak saat mengantarkan makan siang buat Mbah dulu di sawah, lalu Mamak dengan didukung kekuatan angin tornado terpeleset hingga jatuh ke sawah dengan menarik serta bapak yang berjalan didepannya. Lumpur sawah yang membawa cinta, ugh! So sweet.
Gak adakah satupun cowok yang bisa diajak kawin kalau-kalau dia di tendang ke luar jawa karena target kerja gak tercapai? Padahal hari pertama kerja saja belum berakhir. Sungguh sekali lagi, hidup ini aduhai sekali.
"Permisi mbak-mbak"
Indi memasang senyum termanisnya, sudah cukup rasanya meratapi nasib dan sekarang waktunya menghentikan mbak-mbak ini yang sudah hampir lima menit masih berdiri didepan mesin fotocopy padahal sudah tidak ada kepentingan lagi dengan si mesin. Apalagi ternyata pembahasan mereka bukan lagi masalah di tendang ke luar jawa, apa tadi? Kalau tidak salah mereka menggosipi orang yang katanya bertengkar dengan Pak bos di lobi.
Ini benar-benar buang-buang waktu!
"Bisa gantian mbak? Saya juga mau fotocopy"
Masih dengan senyuman manisnya Indi bertengger dibelakang mereka.
"Oh iya ma-"
Kedua mbak-mbak tadi berbalik dan langsung membelalakan mata melihatnya. Senyum pepsodent Indi masih bertahan di lima detik pertama tapi perlahan-lahan luruh saat pelototan mata dari kedua mbak-mbak ini belum juga hilang.
Apa ada potongan cabe di giginya? Atau gincunya keluar jalur? Kenapa mereka melihatnya seperti melihat setan.
"Ma- maaf bu, permisi"
Indi mengerjap dan menolehkan wajahnya ke mbak-mbak yang sudah berlari meninggalkannya.
"Bu? Gue dipanggil bu? Setua itukah?"
"Iya setua itu"
Suara berat dari arah lain mengambil alih perhatian Indi. Itu dia! Ragilang Bintang yang membuat bedak dibagian jidatnya hilang.
"Apa lihat-lihat?"
Pria itu, Bintang. Menatap datar pada Indi yang dengan entengnya ikut mengikuti gaya Bintang lagi bersidekap.
Jangan lupakan dagunya yang juga mengikuti gaya Bintang. Naik dengan sombongnya. Indi berdecih dalam hati, dia pikir cuman dia yang bisa bergaya sombong.
"Apa lihat-lihat?"
Kernyitan di kening Bintang merupakan respon pertama saat mendengar perkataannya malah diikuti oleh karyawan baru ini.
"Kamu mengikuti perkataan saya, itu tidak sopan untuk ukuran karyawan baru seperti kamu"
Indi menatap tajam pada pria didepannya yang sudah mengangkat name tag miliknya.
"Indira Pangestika, staf marketing" Kata Bintang pelan.
"Kamu kenapa disini, tidak kerja? Lantai ini sudah tidak boleh di datangi oleh karyawan lain pada jam begini. Sana pergi"
Indi berdecih pelan lalu mengangkat kertas ditangannya. "Maaf yah Pak Bintang yang terhormat, saya sedang mengerjakan tugas pertama saya sebagai karyawan baru. Jadi anda tidak bisa mengusir saya seenak jidat anda"
Bintang tersenyum "Dengar ya Indira Pangestika, semua karyawan lama sudah tahu kalau jam segini lantai ini harus dikosongkan. Kamu sebagai karyawan baru juga harus mematuhi itu. Kalau mau fotocopy sana kelantai dua"
Indi berdecak. "Kenapa sih harus di kosongkan?"
"Karena pacar saya mau datang" jawab Bintang dengan entengnya yang malah membuat Indi terbelalak.
Kemon! Girlprennya mo datang aja pake harus dikosongin. Orang kaya kadang suka bercanda.
"Memang pacar Pak Bintang segendut apa sampai-sampai satu lantai harus kosong?"
Kini giliran Bintang yang berdecak dan menatap tidak percaya dengan yang Indi ucapkan.
"Yang pasti badannya tidak setipis kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Hati Seorang Indi
Genç Kız EdebiyatıIni berisi tentang catatan hati seorang Indi. Ingat, Indi bukan Istri. Karena kalau Istri itu judul sinetron. Indi menghabiskan waktunya dengan berjualan masker wajah. Menjadi reseller disalah satu produk membuat Indi harus pandai-pandai merayu kons...