Bita, bakso dan Arya

413 11 0
                                    

Happy reading...

"Jatuh cinta itu seperti menancapkan belati ke ulu hati, semakin dalam tusukannya akan semakin dalam lukanya dan akan semakin lama juga pulihnya"

Ting ... Ting ... Ting ...

Suara sendok yang di ketukkan pada mangkuk terdengar nyaring, seperti biasa Bita gadis berambut Curly langsung berlari keluar rumah untuk menghampiri sesosok tukang bakso bakar langganannya.

"Pak!" Gadis itu tersenyum dengan mata berbinar ketika melihat bola bola bakso yang sedang ditusuk oleh pak Bolang. Pemilik gerobak bertuliskan BAKSO BOLANG itu langsung dengan sigap menyiapkan pesanan Bita seperti biasanya tanpa bertanya terlebih dahulu.

Hidung Bita melebar menghirup dalam-dalam aroma beberapa tusuk bakso yang di panggang.

"Wah, tumben baksonya jam segini tinggal sedikit, pak." Bita baru menyadari kalau bola bola bakso yang biasanya di tata di balik kaca gerobak menumpuk kini sudah nyaris habis.

"Allhamdulilah neng Bit, tadi ada pemuda seumuran neng yang borong bakso bolangnya bapak," jawab pak Bolang dengan raut tak kalah ceria.

"Laris manis tanjung kimpul, bakso bolang abis duit terkumpul!" Tiba-tiba Bita berteriak seolah ialah yang menjual bakso bakar tersebut.

Pak Bolang menggeleng sambil tersenyum lantas menyodorkan lima puluh tusuk bakso bakar yang sudah matang.

"Ini neng bit, baksonya."

"Ini pak Bol, uangnya." Keduanya langsung berpisah melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

***

Bita baru selesai mandi, handuk masih melilit tubuhnya namun ia belum ada niatan untuk berganti baju malah berjalan mendekati meja dekat ranjang dimana sepiring bakso bakar miliknya berada.

"Tanggung, gue abisin dulu deh," gumamnya pada diri sendiri.

Di saat ia sedang asyik mengunyah Bita teringat ucapan pak Bolang sore tadi yang sedikit mengganjal.

"Siapa yang borong bakso bakarnya pak bolang ya? Selain gue mana ada! Gabisa di biarin gue harus cari tau. Kalo ketemu, gue ajak mukbang bakso bakar bolang!!" Serunya ambisius.

***

Suara riuh di kelas membuat Bita langsung merasa lapar, sayangnya jam istirahat masih kurang satu jam lagi ditambah ia harus mengisi tugas yang di berikan oleh guru matematikanya, karena beliau sedang sakit maka ia hanya mengirimkan segudang tugas untuk para muridnya.

Bita mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan tidak ada yang bisa ia andalkan kecuali pemuda yang duduk di bangku pojok kanannya, siswa pindahan beberapa hari lalu. Dia cukup pandai di bidang akademik, tanpa menunggu lama Bita pun menghampirinya.

"Hei," sapa Bita sedikit ragu.

Mata cokelat madu yang tadinya menunduk kini mendongak menatap Bita.

"Gue boleh nyontek?" Tanyanya to the to the point

"Kalo lo bisa ngerjain sendiri kenapa harus bergantung sama orang lain?"

Bita mengerutkan dahinya, pasalnya pemuda yang ia kira kalem ternyata memiliki lidah setajam silet.

"Gue gabisa, makanya gue minta bantuan lo." Ia tidak mau kalah.

"Bantuan buat lo tambah bodoh?"

"Arya!" Seru Bita sebal ia tidak terima di katai bodoh, dia tidak bodoh hanya saja ia malas berpikir.

Tanpa aba-aba Bita menyerbu Arya dengan pukulan beruntun.

"Dasar ya lo, cowok belagu! Sok pintar! Rasain, nih!"

Kumpulan Cerpen Remaja Komedi Romantis [SUDAH TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang