Never the twain shall meet

762 34 34
                                    

"Cinta memang katarak sampai mendekati picek."
Vivi Permatasari

"Gue nggak bisa deket sama dia!"

"Enggak akan pernah bisa. you know it is something that is impossible!" Ujarnya tanpa menurunkan nada bicaranya. Mata Abrizio memicing terus menatap ponsel yang menampilkan foto seorang gadis.

"Kenapa?! Dia terlalu baik buat lo? Terlalu lembut untuk ukuran cowok bad kaya lo?!" Zen yang geram langsung menyaut ponsel Abrizio, lantas memandangi sekali lagi wajah imut cewek yang paling di benci sahabatnya itu.

Abrizio menghisap rokoknya dalam dalam hingga perlahan asapnya keluar melalui lubang hidung.

"Gue enggak bisa biarin cewek itu terus terusan ngintilin gue."

"Tapi ..." Perkataan Zen terputus karena Abrizio yang mengambil ponselnya lalu melenggang pergi tanpa menghiraukan Zen di belakangnya.

💔💔💔

"Zio ntar malem gue ikut ..."

"Gak."

"Ih gue belom selesai ngomong tauk."

"..."

"Abrizio jalannya jan cepet cepet." Abrizio menghentikan langkahnya, ia mengatur nafasnya yang memburu menahan amarah. Diliriknya gadis yang sedang menyebikkan bibirnya, jujur Abrizio begitu gemas ingin sekali ia mengecupnya. Argh! Ada yang lebih penting dari gadis ini yakni menjauhinya.

"Capek?" Tanya Abrizio dan gadis itu hanya mengangguk tetapi kali ini dengan mata mengerling, kapan lagi ye kan di tanyain seperhatian gitu sama kecengan! Hoho.

"Gue mau naik tangga lo naik lift biar nggak capek."

"No way. Capek gue udah ilang kok sayang hehe." Abrizio melirik sinis gadis yang tingginya hanya sebatas bahunya. Ia kembali berjalan tanpa memperdulikan gadis di belakangnya yang terus saja mengejarnya mencoba menjajari langkah panjang Abrizio.

"Zio, gue er- ke kelas dulu ya. Bye!" Serunya ketika Abrizio sudah sampai di ambang pintu kelasnya. Sekali lagi Abrizio menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

Mana ada coba orang yang rela relain naik tangga ke lantai tiga cuma demi nganterin kecengan gajelass macam zio sedangkan kelasnya sendiri IPA 3 berada di lantai paling bawah. Kebutaan cinta membuat kita goblog nggak ketulungan.

"Hei. Ngapain nganyer di depan pintu, pamali." Zen yang baru saja datang langsung menyeret Abrizio yang mematung di tempatnya masuk ke dalam kelas.

"Ardania udah balik ke kelasnya?" Pertanyaan Zen hanya mendapat anggukan samar dari Abrizio. Sepertinya Abrizio mulai linglung setelah kurang lebih setengah bulan gadis bernama Ardania itu mengejar ngejarnya dengan tidak tahu malu.

"Dahlah, mending lo sikat aja tuh cewek. Gue kasian ngeliat dia pantang mundur gitu."

"Kalo bisa udah gue sikat dari kemarin-kemarin, tapi gue nggak bisa karena dia itu spesies cewek yang paling gue hindari seumur hidup."

"Nggak bodygoals? Kaya si Lisa? Xixi?"

"Yeah. Dia terlalu child buat gue."

"Entah apa yang merasukimu Ardania sampai-sampai suka sama bad boy cem Abrizio." Setelah mengucapkan itu Zen mendapatkan bogem gratis tepat di kepalanya.

"Hei, Be." Gadis berpakaian serba ketat berjalan mendekati Abrizio lalu dengan tidak tahu malunya ia bergelayut manja di lengan kekar Abrizio.

"Gue cabut bentar mau ngambil rokok di kantin," kata Zen seraya memutar bola matanya malas ketika melihat Lisa.

Kumpulan Cerpen Remaja Komedi Romantis [SUDAH TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang