X

332 123 18
                                    

***

Flashback on

Setelah berbulan-bulan tidak ada yang kembali dari Dea yang dulu. Dea masih tetap datar dan tak banyak bicara sejak dibawa pulang dari rumah sakit. Sejak hari itu, setelah menamatkan SMA nya yang tertunda, Dea sering menghabiskan waktunya di luar rumah. Apa yang dilakukannya tidak ada dari keluarganya yang mengetahui.

Bahkan Vero abangnya tidak tau apapun yang dilakukan adiknya. Meskipun ia sudah berusaha mencari tahu bahkan berkali-kali membuntuti adiknya keluar rumah namun ia selalu kehilangan jejak sang adik.

Siang hari, Vero mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya, dan sungguh terkejut ia mendapati bahwa adiknya yang turun dari motor yang banyak diminati kaum pria.
Motor Ducati warna hitam mengkilap terparkir rapi di halaman rumahnya.

Sekalipun Vero tidak sampai akal memikirkan perubahan adiknya, bahkan ia tidak tau kapan adiknya belajar mengendarai motor tersebut.

“De, ini motor siapa? Kapan kamu bisa bawa motor?”

Vero menyuarakan kebingungan yang bercokol di kepalanya. Dea yang ditanya hanya diam dengan tatapan datarnya. Setelah itu ia melanjutkan langkah menuju kamar yang terletak di lantai dua. Vero yang melihat kepergian sang adik tanpa menjawab pertanyaannya mengusap wajah dengan kasar. Ia tidak tau bagaimana mengahadapi kediaman Dea.

Dea sebenarnya tidak ada niatan untuk mengacuhkan keluarganya. Apalagi setelah melihat raut lelah Vero menghadapi kelakuannya, membuat hatinya perih.

Tapi, semua itu dia lakukan karena ia tak mau lagi terlihat rapuh di mata orang-orang yang dia sayangi. Dan juga karena ia sudah nyaman dengan dirinya yang sekarang, meskipun adakalanya ia ingin bermanja seperti dulu dengan mama, papa dan abangnya.

“Maaf … ”

Satu kata terdengar pedih terlontar dari bibir Dea dengan sedikit bergetar. Namun bukan berarti ia menanggis. Air matanya sudah berhenti menetes sejak ia sadar dari komanya.

***

Seperti malam sebelumnya, Dea berkumpul dengan para lelaki yang sejak beberapa bulan yang lalu menjadi temannya bermain. Namun, bukan permainan seperti remaja pada umumnya.

Kumpulan laki-laki yang terdiri dari tiga orang tersebut adalah anak didik dari pemimpin dunia gelap yang sangat disegani banyak kalangan.

Siapa yang tidak kenal dengan ‘Zhorak’. Nama kelompok mafia yang terkenal di banyak negara. Di pimpin oleh Carter Zhorak yang merupakan keturunan pemimpin terdahulunya Wuko Zhorak.

Tiga anak laki-laki yang didik oleh Carter langsung adalah Daniel Dirgara. Pemuda keturunan Indonesia-Jerman, yang memiliki kecerdasan otak di atas rata-rata, dan ahli IT. Ia juga memiliki kemampuan yang hebat dalam bertarung.

Alden Weston. Anak broken home yang di asuh oleh Carter sejak umur lima belas tahun. Ia sama hebatnya dengan Daniel dalam urusan adu jotos, namun ia lebih hebat dalam hal persenjataan. Merakit senjata adalah hal yang sangat dia sukai.

Banyak senjata yang dipakai anggota Zhorak merupakan hasil rancangannya sendiri. Bahkan mafia dari negara lain banyak yang ingin membeli dengan harga yang luar biasa hanya untuk satu senjata rakitan Alden.

Pemuda terakhir yaitu Arden Lucio. Pria kelahiran Amerika Serikat namun masih memiliki darah Indonesia. Namanya memang tidak jauh berbeda dengan Alden. Namun sifat mereka sangat bertolak belakang.

Arden adalah sosok pria yang tenang dan dewasa dalam bertindak, sedangkan Alden, pria itu sangat usil dan tidak bisa diam. Juga terkadang ceroboh dalam bertindak, namun akan sangat berbeda di saat ia serius.

Arden bergabung dengan Zhorak atas permintaan langsung dari Carter. Karena Carter melihat kemampuan tersembunyi dari Arden. Sebab itulah ia melatih Arden menjadi salah satu pria yang juga dihindari keberadaannya bagi mafia lain.

Arden merupakan pria yang sering di andalkan Carter untuk mengantikannya mengurus Zhorak. Karena ia memiliki kemampuan yang hampir sama hebatnya dengan Carter.

Kembali lagi pada Dea, saat ini ia sedang sibuk berlatih menembak dan beladiri. Hanya dalam beberapa bulan ia sudah mahir dalam urusan menembak dan mengutak atik komputer. Hanya dalam beberapa bulan juga ia mampu menjadi hacker yang handal, itu semua ia dapatkan dari belajar dengan Daniel.

Bahkan sekarang kemampuan hackernya jauh lebih hebat dari Daniel. Sunguh luar biasa, dan takkan ada yang menyangkanya. Dalam pertandingan, ia juga berhasil mengimbangi Carter dan dapat mengalahkan Arden dengan mudah.

Ilmu bela diri yang di ajarkan Carter dan Arden dapat dengan mudah dia kuasai. Bahkan terbilang mudah bagi Dea. Dalam waktu yang tak terlalu lama sudah banyak jenis beladari yang ia bisa.

Pencapaian yang mencengangkan diraih Dea semenjak ia berubah. Namun ada satu hal yang perlu di ingat. Meskipun Dea berlatih dan sering berkumpul dengan anggota Zhorak bukan berarti ia termasuk kedalam mafia tersebut.

Dea tak pernah menerima ajakan Carter yang memintanya untuk bergabung. Dan Carter tidak pernah memaksanya, tidak ada yang tau apa alasan pasti Dea mempelajari semua hal-hal yang berhubungan dengan mafia.

Carter hanya membiarkan Dea keluar masuk wilayah Zhorak karena ia menyayangi gadis itu, ia menganggapnya sebagai putri sendiri sejak bertemu Dea ditaman, duduk menatap datar ke langit. Ia seolah dapat merasakan kesedihan dan kesakitan yang tersirat dari raut wajah dan tatapan mata yang kosong saat menatap wajah Dea.

Karena itulah ia memberikan pelukan untuk pertama kali kepada gadis itu, dan menjadikannya tangguh untuk kuat menghadapi kesakitannya.

***

THE MAFIA GET MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang