28

150 26 15
                                    


Happy Reading 🤗

***

Baru selangkah Dea akan menghampiri nathan, salah seorang dari ke enam pria tersebut mengunci pergerakannya dari belakang. Tangan pria berpakaian serba hitam itu, melingkari lehernya dengan sebilah pisau berkilat tajam, yang siap mengiris lehernya jika bergerak sedikit saja.

Dea tak menyadari kedatangan pria itu, karena konsentrasinya buyar saat mendengar teriakan kesakitan dari Nathan. Di depannya, ia mendapati Nathan sudah tak sanggup melawan, dengan kedua tangannya terpelintir ke belakang. Dan pria yang menahan Nathan, sepertinya ingin mematahkan tangan yang di pelintirnya.

“Akhh …”

Nathan berteriak kesakitan saat tangannya di pelintir semakin kuat. Ia tak mampu melepaskan diri dari belitan yang menahannya. Tenaganya sudah terkuras habis saat menghadapi setiap serangan yang di tujukan padanya. Ia tak mampu lagi berontak melepaskan diri.

“Hahaha … hahahaha. Malam ini akan menjadi terakhir kalinya kau melihat dunia,” ucap pemimpin ke lima pria itu, disertai dengan gelak tawa kemenangan dari rekannya yang lain.

Malam ini, menjadi bukti kemenangan mereka karena berhasil menangkap orang yang telah membunuh pemimpin mereka. Dendam yang tertunda akan terbalaskan segera, pria yang membunuh Leader Black Lotus akan segera mati.

“Akhh …”

Nathan kembali meringis saat pria sebagai pemimpin itu menghantamkan kepalan tangannya ke perut Nathan. Ia tersedak merasakan rasa perih dan panas di sekujur tubuhnya.

“Hahaha … sakit, hm?” Tanya pria itu menyentak kepala Nathan yang merunduk untuk menatap ke arahnya.

“Ini masih belum seberapa. Akan ada kejutan di setiap detik kau menuju kematian,”

“Di mulai dengan menyaksikan kematian calon pengantin wanita mu!” lanjut pria pemimpin itu mengejutkan Nathan dari rasa sakitnya.

Gadis yang sedari tadi ia lindungi, sekarang berada di tangan musuhnya, dengan pisau tajam yang siap memutus leher mulus itu. Tersirat ketakutan di wajah Dea, Nathan mengutuk dirinya karena lalai melindungi calon istrinya. Bagaimana bisa ia melupakan keberadaan Dea? Dan karenanya, keselamatan Dea menjadi terancam.

“Sh*t. Sh*t! Damn you!!” rutuk Nathan pada dirinya sendiri.

Kelompok berpakaian serba hitam
itu, tersenyum puas melihat raut frustasi di wajah Nathan. Sebuah kesenangan tersendiri bagi mereka melihat lawannya menunduk ketakutan.

Sedangkan Dea, ketakutan dan kekhawatiran di hatinya terus bergelut, mempermainkan perasaannya. Melihat wajah lelaki yang mulai dicintainya, merah padam menahan sakit karena pukulan dan tendangan dari Black Lotus demi melindunginya. Sementara ia hanya mampu menyaksikan tanpa sempat membantu.

Tapi, ia takkan membiarkan Nathan dipukuli lagi. Mereka salah memilih lawan, sekarang gilirannya untuk bertindak. Seorang pun takkan ia lepaskan. Satu pukulan berarti satu nyawa sebagai balasannya.

Dea memperhatikan posisi lawan di sekelilingnya, matanya memindai siapa selanjutnya yang akan ia bunuh setelah pria yang masih menahannya dengan pisau tajam. Setelah menetapkan urutan yang ingin ia habisi, ia mulai menjalankan rencananya.

Mata yang tadinya memancarkan ketakutan dan kekhawatiran berubah tajam bak pedang. Dea sudah muak menahan diri, kali ini ia takkan menahannya lagi. Mereka harus mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan dari apa yang Nathan rasakan.

Dea mengarahkan matanya menatap tangan kekar yang memegang pisau. Pertama, ia harus menjauhkan tangan yang memegang benda terkutuk itu sebelum mengiris lehernya. Mematahkan atau mencabut tangan itu, saat pemiliknya masih hidup tampaknya akan sangat menyenangkan, itulah yang terpikirkan Dea. Namun, ada sesuatu yang menahannya. Ia seperti mengingat sesuatu, rasanya ia pernah melihat benang yang melingkari pergelangan tangan di depannya. Tapi, siapa dan kapan waktunya, ia tak ingat.

“Jangan menyentuhnya, brengsek. Dia tak ada urusannya dengan semua ini!” teriak Nathan.

“Lepaskan gadisku! Berani kau melukainya sedikit saja, kau takkan pernah ku ampuni!” lanjut Nathan penuh amarah.

“Apa? Kau bilang apa tadi? Kau ingin membunuh kami, dengan kondisi begini?” Tanya salah seorang dari ke enam pria itu, sambil menatap Nathan dengan tatapan mengejek.

In your dream! Hahaha …” semua pria itu menertawai Nathan.

Dea yang mendengar gelak tawa itu, semakin membuatnya geram. Rahang mulus itu mengetat kuat melihat perbuatan ke enam pria itu. Terlebih lagi, ia akhirnya mengetahui siapa dalang di balik penyerangan ini. Ia mengingat siapa pemilik gelang benang yang melingar rapi itu.

“Hahaha …” mereka semakin tertawa keras.

“CUKUP!”

“Jika kau masih tertawa, ku robek mulut busuk mu, Alden!!” teriakkan penuh kemarahan dari Dea terdengar keras. Membuat semua pria itu terdiam, tak berani membuka suara.

“Lepas! Sebelum kau ku buat buntung, Daniel,” perintah Dea dengan nada datar nan dingin. Daniel, pria yang di sebut Dea, melepaskan belitan tangannya dan menjauhkan pisau tersebut.

Ya, mereka semua merupakan orang-orang terdekat Dea. Daniel, Alden dan Arden. Dea mengenal mereka semua, dari gelang benang hitam itu. Gelang yang selalu di pakai Daniel. Gelang yang di dapatkannya dari gadis kecil yang dulu pernah ia selamatkan.Dan dari gelang itulah, saat itu juga, Dea meneliti setiap pria di sana.

Ia mengetahui pria sebagai pimpinan itu adalah Alden dari sepatu boot hitam yang menjadi favoritnya sejak tiga bulan terakhir. Dan Dea yakin, pria yang memegangi Nathan adalah Arden, ia mengenalnya dari hoody hitam dengan bordiran kecil lambang Zhorak di bagian bawahnya, jika tidak teliti maka takkan terlihat. Sedangkan tiga pria lainnya adalah anggota Zhorak.

Mereka semua memiliki hubungan yang dekat dengan Dea. Menyadarinya membuat amarah Dea ingin meledak, apalagi mengingat perbuatan mereka yang menyerang Nathan secara bersamaan tadi. Memukuli dan menendangnya dengan beringas.

Jika terlambat sedikit lagi, ia menyadari mereka semua. Mungkin Daniel akan mengalami patah tulang.


***

Typo bertebaran!

Sorry jikalau kurang greget ya guys. N maaf terlalu lambat aku up nya. Semoga masih ada yang menanti kelanjutan story abal2 aku ini😅

Janlupa Voment dari kalian.

Thanks 😍

THE MAFIA GET MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang