17. Ketemu Shinta

184 33 13
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Suasana berubah tegang. Tiba-tiba saja seperti ada ring yang membatasi dan kami berlima tepat berdiri di tengah-tengahnya.

Satu lawan empat.

Tentu saja yang lebih banyak akan menang. Namun, sorot mata Nadine membuat nyaliku ciut. Dia terlihat terlalu mengintimidasi ku. Dan entah kenapa aku refleks bergerak mundur.

Kak Fira langsung berdiri di depanku. Kristi dan Wulan juga ikut. Aku tepat berada di belakang mereka bertiga.

"Kalian ngapain?" ujarnya masih terdengar marah.

"Elo yang ngapain? Suka-suka Sasa aja lah pake jaketnya Dito. Toh, Dito juga bukan pacar lo kan?"

Melesat tepat di ulu hati.

Pernyataan yang jelas-jelas dibuat menjadi pertanyaan itu benar-benar membuat Nadine tertohok. Dan sialnya, gadis itu makin terlihat marah. Wajahnya pun ikut memerah.

Dia mendesis dan siap meluapkan amarahnya. Namun, sebelum itu terjadi tiba-tiba saja dari arah belakang Nadine datang seorang laki-laki dan menarik gadis itu untuk segera menjauh dari kami.

"Bawa tuh jauh-jauh cewek lo ya, kalau perlu ga usah balik lagi. Hush hush!" seru Kak Fira heboh.

Aku hanya terpaku pada sosok itu. Dia tinggi, kulitnya putih bersih, wajahnya bisa dikategorikan cantik seperti idol Korea. Namun, postur tubuhnya persis seperti Dito.

"Liatnya gitu banget Sa," ucap Kak Fira menyadarkanku.

"Eh, dari belakang dia mirip Dito, Kak," sahutku.

"Banyak yang bilang gitu kok. Kalian bisa panggil dia Kak Key, salah satu senior jurusan teknik seangkatan sama Kakak yang masih bertahan. Pas kalian latihan dasar kepemimpinan itu, dia yang jagain Nadine terus. Waktu itu dia lagi pilek jadi suaranya kurang lebih kayak Dito, orang-orang yang gak deket sama dia tentunya kaget. Tapi, suara normal dia jauh lebih berat dari suara Dito. Coba deh kapan-kapan kalian ajak ngobrol. Easy going kok orangnya."

"Kak Key bucin Kak Nadine dong," balas Wulan setelah mangut-mangut mengerti dengan penjelasan panjang dari Kak Fira.

Jadi, misteri kemarin tentang Dito yang menjaga Nadine di ruang istirahat panitia sudah terbukti salah.

Kak Fira tertawa. "Keliatannya gitu kan? Tapi, Kakak pernah nanya langsung ke Key, katanya dia cuma ngerasa simpati aja ke Nadine karna Nadine ini ngingetin dia ke seseorang."

"Aduhh Kak Nadine udah kayak bahan pelampiasan aja," ujar Kristi seenaknya yang mengundang gelak tawa dari kami bertiga.

Kami lalu masuk ke dalam student center dan mulai membagikan surat-surat undangan untuk tiap-tiap organisasi. Setelah lantai satu selesai, kami melanjutkan ke lantai dua.

Ruang organisasi di lantai atas ukurannya agak lebih besar. Dan disini lumayan lengang.

Kami berdiri di depan ruang organisasi dpmf (dewan perwakilan mahasiswa fakultas) dkv atau desain komunikasi dan visual. Dari luar, kami bisa melihat bagaimana desain ruangan itu terlihat menarik. Aku dan Kristi yang berdiri di belakang Kak Fira dan Wulan berbisik-bisik mengomentari bagaimana cantiknya desain ruangan organisasi fakultas dkv ini.

"Ini baru ruangan dpmfnya, gimana ruangan hmjnya ya Sa?" ucap Kristi.

"Ga ada hmjnya, karna anak dkv cuma satu jurusan, jadi mereka langsung ke bemf," jelas Kak Fira.

Aku dan Kristi mangut-mangut mengerti. "Iya, gila sih ini pasti lebih bagus."

Setelah selesai menyerahkan surat undangan dan beberapa kalimat setelahnya, kami pun bergeser ke sisi kiri. Di sini ruang bemf (badan eksekutif mahasiswa fakultas) dkv terlihat lebih menarik. Glow in the dark lah bahasa zaman sekarang.

Aku dan Kristi yang bertugas menyerahkan surat undangan. Kami mengetuk dinding sekat antar ruang, karna di sini tidak ada pintu sebagai gantinya hanya dipasang tirai gorden atau dibiarkan terbuka sama sekali.

Hanya ada seorang mahasiswi yang terlihat sibuk di balik laptopnya. Dia memunggungi kami.

Rambutnya hitam pekat dan sangat pas dengan hiasan ruangan yang glow in the dark. Kulitnya putih pucat dan saat ia menoleh ke arah kami aku tersentak kaget sampai menahan napas.

Ia berdiri dan berjalan mendekati kami seraya mengembangkan senyum. Kristi mulai berbicara beberapa alasan kenapa kami datang, lalu ia menyikutku untuk menyerahkan undangannya.

Aku mengulurkan undangan tersebut dan dia mengucapkan terimakasih. Namun, sebelum pamit aku sama sekali tak bisa melepaskan pandangan dari wajahnya.

Dia terlihat familiar sekali. Sangat.

Makanya, sebelum dia berbalik dan sibuk kembali dengan laptopnya aku segeran menahan dan berujar.

"Kamu Shinta kan?"

***

Akhiranya selesai uas online juga😭

[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang