15. Jaket Dito

213 40 7
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Besoknya, aku mulai kuliah lagi. Diantar Alvin sampai gerbang kampus dan sebelum cowok itu pergi, ia mengingatkan aku untuk tak bertemu rampok kemarin.

Hahaha, aku masih saja merasa lucu dengan kejadian kemarin.

Aku sempat bertanya darimana Alvin tau istilah rampok dan dia menjawab karna sering menonton serial televisi di salah satu saluran yang mempertontonkan video cctv aksi rampok di berbagai tempat dan Alvin mendefinisikan sendiri kehadiran Dito kemarin sebagai seorang rampok karna kedatangannya yang tiba-tiba.

Tentunya aku tertawa. Alvin dengan segala tingkahnya yang selalu membuat aku tertawa.

Aku melangkah pelan dan menikmati tiap langkah sembari melihat ke sekitar.  Sehari saja tidak melihat gedung-gedung kampus, aku jadi rindu. Rasanya seperti ada hal yang terlewat jika aku tidak ada dalam keramaian mahasiswa di sepenjuru kampus barang sehari.

Jalan setapak menuju gedung C ditumbuhi pohon-pohon rindang yang sudah cukup tua. Bangunan gedung  C juga masih dalam model lama, katanya gedung C ini gedung yang pertama kali dibangun saat kampusku diresmikan. Di sini sejuk, terdapat parkiran motor dengan area pavingblock yang sudah penuh dan ada beberapa mahasiswa yang saling berbicara di bawah pohon.

Gedung C sudah berada tepat di depan mataku. Aku melangkah melewati gang kecil di antara kelas di gedung A untuk mencapai gedung C. Suasana lengang yang berbanding terbalik dengan yang aku rasa barusan membuat aku waspada saat melewati gang kecil ini.

Dan setelah sampai di ujung gang, tiba-tiba saja ada yang berdiri di hadapanku lalu berseru, "Aaa!"

"Kampret." Satu kata yang mewakili perasaanku. Terkejut dan kesal menjadi satu saat si pelaku yang membuat ku kaget dengan senangnya tergelak lepas.

Aku mendesis pelan dan menendang tulang keringnya. "Kampret, ngapain sih lo pake ngagetin gue segala!"

"Haha muka lo lucu banget pas kaget tadi, asli." Fakhri masih tertawa.

Ya, si pelaku yang membuat aku terkejut adalah Fakhri, si ketua kelas yang menyebalkan.

"Lo ngeselin." Aku memilih meninggalkannya dan menaiki tangga menuju lantai dua gedung C.

Dia mengikuti, masih terus tertawa.

"Lo kemaren kenapa gak masuk?"

"Emang kenapa?"

"Ditanya malah balik tanya."

Aku berbalik, menghadapnya.

"Gue sakit, terus kenapa kalau gue gak masuk kemaren?"

"Sakit? Sakit apa?"

Aku mengernyitkan kening, Fakhri belum menjawab pertanyaanku dan malah bertanya hal lain lagi.

"Demam biasa." Aku menjawab seraya berbalik dan masuk ke dalam kelas.

"Terus sekarang gimana? Udah gak demam lagi kan?"

Aku semakin dibuat bingung dengan tingkah fakhri, ia bertanya seolah-olah benar-benar mengkhawatirkan keadaan ku. Sampai ia menempelkan punggung tangannya di keningku untuk merasakan secara langsung kalau aku sudah tidak demam lagi.

Tentu saja kejadian itu dilihat oleh beberapa teman kelas ku yang sudah ada di dalam kelas, mereka serempak bersorak dan mulai mengejek kami.

"Fakhri kampret!" seruku sebal.

***

Kehebohan kelas yang masih mengejek dan menyorakiku dengan Fakhri sudah tertinggal di belakang. Aku melangkah cepat menjauhi gedung C. Dan saat melewati gang kecil menuju gedung A, tiba-tiba saja hujan turun. Aku bergegas berteduh dari tempias hujan.

Aku melangkah melewati kumpulan mahasiswa di teras gedung A menuju tempat yang agak lengang. Hujan turun begitu saja tanpa aba-aba padahal tadi pagi cuaca cerah dengan langit biru tanpa awan. Hal yang tak terduga memang sering terjadi saat musim pancaroba seperti sekarang.

Baru saja sembuh dari demam, aku rasa kalau lama-lama terkena angin dingin sebab hujan demam ku akan kembali datang. Aku tidak membawa jaket sama sekali karna tidak menduga akan hujan lebat seperti ini.

Aku menemukan kursi panjang di depan kelas yang kosong tanpa penghuni. Aku duduk sembari bersedekap dada dan mengusap lengan sendiri mencoba mengusir dingin.

"Duh, ni hujan kapan berenti." Aku bergumam sendiri seraya cemberut.

"Bakal lama kalau hujan kayak gini mah, " sahut seseorang yang mendudukkan diri di sebelahku.

Aku menoleh dan mendapati Dito tersenyum lebar.

"Ngapain di sini?"

"Duduk."

Aku melihat ada kursi panjang yang juga kosong di depan kelas sebelah. "Di sana juga kosong, kenapa harus duduk di sini?"

"Karna kamu duduk di sini. Aku maunya duduk deket kamu."

Aku berdecak pelan dan memalingkan wajah, malas menanggapi Dito lagi.

"Gak dingin Sa?"

"Enggak."

"Kalo gak dingin kenapa ngusap-ngusap lengan?"

"Ya, gapapa."

Ia terkekeh. "Kalau lagi hujan gini keinget kita yang dulu deh. Waktu pertama kali kita ketemu."

Aku diam tak menanggapi.

Kemudian Dito tak bicara lagi. Cukup lama kami saling diam, hingga aku merasa dia berdiri. Lalu ia menyampirkan jaket denimnya di lenganku. "Pake ya biar ga dingin."

Kemudian aku hanya melihat punggungnya yang berbalut kaos putih berjalan menjauh.

***

Buat yang lagi uas online sama kayak aku, semangat yaaa💪

[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang