Selamat Membaca😄
***
Evaluasi hari ini benar-benar kacau. Masalah penjemputan guest star yang tiba-tiba saja Kak Fira tidak ikut serta, menjadi poin utama.
Kak Mawar yang memberi tahu forum. Semua orang kaget tentunya. Mungkin hanya kami bertiga yang pura-pura terkejut dan beberapa orang lainnya.
Kak Mawar benar-benar merasa bersalah, ia sampai menangis dan meminta maaf langsung pada Kak Fira. Namun ketua dpo yang menjadi tukang perkara dari semuanya tak hadir di evaluasi acara ini.
Ketua umum organisasi kami yang mewakilkannya untuk meminta maaf. Kak Fira hanya menganggukkan kepala menerima permintaan maaf itu, namun ekspresinya sama sekali tidak sejalan dengan apa yang baru saja ia lakukan.
Kalau mungkin sedang tidak evaluasi, Kak Fira sudah menyumpah serapahi orang-orang itu.
Beberapa hal lagi yang menambah kekacauan evaluasi hari ini. Lempar pendapat dan tidak menerima kesalahan yang malah menuduh orang lain membuat evaluasi tidak selesai-selesai.
Hari sudah malam. Jam delapan tepatnya. Dito berdiri mengambil alih evaluasi yang sudah tidak kodusif. Akhirnya kami dibubarkan.
Kepala ku pusing, perutku lapar, meskipun bukan menjadi orang yang ikut berdebat, melihat orang berdebat di depan mata saja sudah membuat ku lelah.
"Capek ya?" tanya Dito menghampiriku. Aku sedang duduk di jalan setapak sebelah lapang basket lama yang menjadi tempat evaluasi.
Dia berlutut di belakangku dan mulai memijit pelan keningku. "Gimana? Udah lumayan?"
Aku mengangguk pelan dan perlahan berdiri. "Laper, cari makan yuk!"
"Ayo!" Dito menggenggam tanganku. Kami berjalan menuju motornya yang di parkir. Agaknya karna lelah, beberapa panitia yang melihat kami bergandengan sama sekali tak menaruh minat untuk menggoda kami.
Aku memakai helm yang Dito ulurkan. Setelahnya, aku duduk di jok belakang.
"Tangannya mana?"
"Ha? Maksudnya?"
"Tangan kamu." Ia berbalik, menarik ke dua tanganku ke pinggangnya. Menyuruhku memeluknya dari belakang.
Aku terkekeh kecil. Memeluknya erat dan menyandarkan kepala di punggungnya. Rasanya nyaman.
Lampu-lampu jalan berwarna oranye menambah penerangan deretan warung tenda pinggir jalan yang menjual berbagai jenis makanan.
Dito sengaja memperlambat laju motornya seraya mencari salah satu pedagang pecel ayam yang katanya super enak itu.
"Lagi gak jualan kali," ucapku karna tak juga menemukan warung tenda yang Dito maksud dan faktor perutku yang sudah tak sanggup minta diisi.
"Bentar dulu Sa, rasanya ada di sini deh. Nah kan iya!!" Dia berseru senang. Menepikan motornya di antara motor pengunjung lain dan menyuruhku turun.
Setelah menyerahkan helm pada Dito aku bisa dengan jelas mencium aroma bakaran yang membuat perutku semakin bergejolak.
"Baunya enak kan?"
"Iyaa." Aku mengangguk senang. Dan kami berdua langsung masuk ke dalam warung tenda serta memesan. Setelahnya kami mencari tempat duduk yang tersisa, karna warung tenda ini cukup ramai.
Kami mendapat tempat duduk di ujung saat aku lihat dua orang pengunjung yang tadi duduk di sana sudah beranjak pergi, aku langsung menarik tangan Dito untuk bergegas, takutnya nanti malah ada yang menempati lebih dulu.
"Eh, elo Fik?" Dito tiba-tiba bersuara. Aku juga menoleh ke samping Dito dan mendapati Kak Fikri di sana.
"Halo Kak Fikri," sapaku.
Dia yang awalnya biasa saja saat Dito menyapa langsung merubah ekspresi saat aku yang menyapanya. Pantas saja, sebab disebelah Kak Fikri ada seorang gadis. Aku tidak tahu dia siapa, tapi masih anak organisasi agaknya karna baju kebesaran salah satu organisasi di kampusku yang dipakainya.
"Pacarnya Kak Fikri ya?" Aku bertanya pada Dito dengan berbisik. Sebab jarak tempat duduk kami lumayan dekat, Kak Fikri dan gadis itu tepat di sebelah meja kami.
Dito mengangkat bahu. "Gak tau, aku bingung yang mana sebenernya cewek dia, abis kalau ketemu di luar gini dia sering bawa cewek yang beda-beda."
Astaga, Kak Fikri benar-benar buaya. Meskipun aku sudah mendengarnya dari orang-orang tapi setelah melihat secara langsung aku tetap tak bisa menahan kesal.
"Dia lagi deketin temen aku juga."
"Si Kristi kan?"
Aku mengangguk.
"Bilangin ke Kristi, dia tu emang buaya."
Aku mengangguk lagi. "Kalau kamu?"
"Aku kenapa?"
"Kalau kamu buaya juga gak?"
Dito langsung tersedak sebab aku menanyakan itu saat ia sedang meneguk segelas air. "Ya enggak lah!" jawabnya sewot.
"Biasa aja dong jawabnya gak usah pake urat."
"Kamu sih nanya yang aneh-aneh."
"Aku kan cuman mau pastiin. Mana tau kamu juga gitu, mending tau sekarang kan pas kita masih baru-baru pacaran gini."
"Terus kalau masih baru-baru pacaran gini emangnya harus gimana?"
Aku menoleh yang malah mendapatinya tersenyum menyebalkan. Sialan! Aku sudah salah bicara.
***
Hei aku ada cerita baru judulnya :
Break Up or NoMampir yuk^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)
Romance[Completed] [HS] => [Hujan Series] Urutan membaca : [HS] Pagi Itu Hujan [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan [HS] Gerimis Siang Itu ** Ketika petrikor menguap ke udara. ketika hujan menyisakan basah. ketika itu pula, kamu kembali datang. ** Start...