26. Payung Abu-Abu Dito

155 31 12
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Payung abu-abu itu melindungiku dari hujan yang belum juga berhenti yang malah semakin lebat. Sedangkan si pemilik payung sudah basah kuyup.

Tak lama setelah Dito menarik tanganku dan aku terhuyung lalu ia menahan tubuhku dengan tubuhnya --untung saja tak banyak orang yang melihat-- mobil bak terbuka datang dengan tiang-tiang besi untuk tenda bazar.

Dito mengarahkan mobil itu ke lapangan basket lama yang tak terpakai lagi, tepat di samping kafetaria. Ia juga membantu menurunkan tiang-tiang besi itu bersama panitia cowok lainnya dan tak peduli hujan membasahi tubuhnya.

Dia aneh sekali. Memberikan payungnya padaku dan malah hujan-hujanan memang sih kalau membantu menurunkan besi-besi itu tidak bisa menggunakan payung, namun setidaknya tadi dia tak usah berlagak baik memberi payungnya padaku. Duh, aku jadi kesal sendiri.

Karena banyak dari panitia cowok lain yang membantu, pekerjaan jadi cepat selesai. Setelahnya Dito menghampiriku, cowok itu ikut berteduh di bawah payung.

Dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat dengan jelas bagaimana ia basah kuyup.

Ia menyeringai dan berujar, "Dingin Sa."

"Ya kenapa tadi ngasih payung ke aku terus ujan-ujanan?"

"Gak gitu tadi konsepnya. Mobil angkut tiang tendanya gak masuk dalam rencana."

Apa sih maksudnya?

"Yauda terus sekarang gimana? Ada baju ganti gak? Kalau dibiarin kayak gini nanti malah sakit sebelum acara dimulai."

Ia malah tersenyum lebar. Aku semakin dibuat kesal saja.

"Ada di mobil. Anterin aku dong ke mobil, masa aku ujan-ujanan lagi."

Aku menurut, mengikutinya ke mobilnya yang diparkir. Ia yang memayungi kami berdua.

"Masuk," suruhnya saat ia membuka pintu mobil bagian depan.

"Ngapain?"

"Tunggu aku di dalem mobil, aku mau ganti baju di sana." Ia menunjuk salah ke salah satu gedung tepat di sisi lain tempat parkir.

Aku menurut. Duduk di kursi penumpang bagian depan. Sedangkan dia sedang sibuk di bagasi mencari pakaian ganti.

"Jangan kemana-mana ya," ujarnya sebelum menutup pintu mobil.

Aku melihat dia berjalan menjauh menuju gedung itu dengan payung abu-abu miliknya. Sekarang, tinggal aku sendiri di sini. Entah kenapa, meskipun aku bisa saja pergi, tapi aku tetap menurut diam menunggunya.

Rasanya aneh. Hening dan sepi. Aku melihat air hujan yang jatuh mengenai kaca depan mobil Dito. Melihatnya turun mengalir deras, seperti air terjun.

Merasa bosan. Dan agaknya Dito masih memerlukan waktu yang lama. Aku melihat-lihat apa saja yang ada di dalam mobil cowok itu.

Mobilnya cukup bersih. Ada beberapa putung rokok di asbak. Permen kopi, tisu, pengharum mobil, serta mainan kucing yang kepalanya bergoyang-goyang terletak di dashboard.

Hanya itu. Tak ada yang menarik. Aku tidak berani melihat isi laci mobil, atau beberapa tempat yang sepertinya tempat yang cocok untuk menyimpan sesuatu, misalnya foto, atau benda kecil lainnya.

Aku memilih menyandarkan kepala dan berusah untuk tak tergiur menggeledah isi mobil Dito.

Aku baru merasakan hendak terlelap saat suara ketukan di jendela mobil membuat aku membuka mata. Ternyata Dito sudah selesai berganti pakaian.

Dia membuka pintu mobil bagian kanan, lalu masuk.

"Ngantuk ya? Maaf ya aku lama. Abis beli ini tadi, laper sih. Kalau hujan gini ya Sa, yang enak tuh makan mie."

Aku melihat bungkusan plastik berisi dua stirofoam. Dan dua cangkir kertas.

Ia memberiku satu cangkir kertas. Aromanya harum dan aku menyesap sedikit, ternyata coklat panas. Aku refleks tersenyum.

"Suka?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Bagus deh. Ini di makan dulu." Dia membuka tutup stirofoam dan memberikannya padaku serta garpu plastik.

Aku mulai melahapnya dan sialnya aku tak bisa berhenti makan. Jujur saja aku merasa lapar.

Ia tersenyum senang. Mulai memakan makanannya juga. "Seneng deh, akhirnya kita bisa makan bareng lagi."

"Uhuuk uhuukk." Aku langsung tersedak mendengar ucapannya.

***

Jadi pengen makan mie😌

[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang