24. Bermuka Dua

5K 1.1K 917
                                    

Kabar Red Blood yang menjuarai baseball cup menjadi topik hangat di setiap pemberitaan tentang olahraga. Sudah pasti pihak sekolah berbangga diri akan kabar baik yang dibawa oleh atlet JIPS dan mereka mendapat keuntungan dari kabar baik itu. Terutama untuk menutup berita buruk yang sempat beredar seminggu belakangan ini di mana pembullyan atlet terjadi di sana.

Dengan bangganya para anggota Red Blood berjalan, menebarkan pesona kemenangan bersama dengan anggota cheerleader yang mengekor di belakang mereka. Biasanya, mereka akan lewat di loker dengan menggertak siapa saja yang menghalangi jalan atau berteriak-teriak mengejek murid kelas Aksara. Tetapi mereka tidak melakukan hal itu lagi sepulang dari kejuaraan di Singapura.

Memang terasa ganjil bagi April, namun ia paham juga kenapa kawanan itu tidak bertingkah lagi. Saat ini JIPS masih dalam pengawasan dan Red Blood menggunakan topeng mereka dengan baik seolah cerita mereka yang gemar membully hanyalah karangan semata.

Beberapa menit setelah lewatnya pasukan Red Blood, beberapa siswa-siswi JIPS memberi hormat kepada kepala sekolah yang lewat di lobi JIPS bersama dengan ketua yayasan. 

Fedelin William.

"Itu bokapnya Januariz, yah? Cakep banget!" seru Tomori yang ada di samping April. Keduanya ikut memberi hormat salam terhadap kepala sekolah dan ketua yayasan dengan sopan. "Gue yakin, bokapnya Januariz pasti nggak pernah makan tumis kangkung."

April hanya berdecak mendengar bisikan dari Tomori yang begitu berisik di sampingnya. Padahal selangkah lagi, ketua yayasan dan kepala sekolah akan melewati mereka. Bisa-bisanya gadis itu berkelakar di tengah-tengah keheningan seperti ini.

Di samping tersorotnya perhatian para murid JIPS akan kedatangan ketua yayasan mereka, April terkesiap ketika langkah kepala sekolah berhenti tepat di depannya bersamaan dengan langkah ketua yayasan. Gadis itu mendongak, melihat senyuman yang terbentuk dari bibir Fedelin membuatnya mengernyit lugu.

"Aprilia Rohani?" tegur Fedelin. April menatapnya penuh arti, menjawab ya dengan sedikit kegetiran yang nyaris terlihat. Fedelin menepuk bahu gadis itu pelan. "Terima kasih sudah menjadi seorang penulis terbaik di blog sekolah."

Gadis yang sedang dalam sorotan publik itu tersenyum ramah. "Ya, pak. Saya hanya melakukan tugas saya."

"Saya memaklumi tugasmu yang tidak menuliskan tentang kabar bullying yang beredar akhir-akhir ini ..." Pria itu benar. April memang tidak menyinggung tentang kasus bullying JIPS, padahal kepala sekolah sudah memintanya untuk menuliskan kebohongan di sana. Terdengar kekehan pelan dari ketua yayasan seakan yang terkesan dingin. "Tapi jika kamu masih ingin berada di JIPS, berbuatlah yang terbaik."

April tak merespon setelahnya, hanya menatap dengan seksama betapa sinisnya senyuman kepala sekolah yang ada di belakang sang ketua yayasan. Melihat gadis itu hanya diam, ketua yayasan dan kepala sekolah meneruskan langkah, memasuki JIPS tanpa menunggu respon dari April lagi.

Beberapa murid JIPS berkasak-kusuk tidak jelas. Bukan meributkan tentang ucapan ketua yayasan, tetapi mereka tengah bertanya-tanya, apa yang diperbincangkan ketua yayasan dengan April? Karena mereka tak mendengar dengan jelas perbincangan keduanya.

"Maksudnya apa, Pril?" tanya Tomori ketika suasana lobi JIPS kembali mencair. Jujur saja, Tomori tidak mengerti ke mana arah pembahasan April dan ketua yayasan tadi.

"Entah," balas April, tak acuh sambil mendengus malas. Manik matanya sempat bertemu dengan Januariz yang ada di gerbang sekolah—sedang berdiri dengan wajah datar di sana. Sepertinya, lelaki itu ikut menyaksikan perbincangan rahasia April dan ketua yayasan, hanya saja enggan untuk menghampiri mereka. 

Seamless (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang