9. Orphanage

18.2K 1.3K 44
                                    

Hari ini tidak ada agenda yang berhubungan dengan pekerjaan, dan kali ini Izzy menerima ajakkan Autumn untuk pergi ke panti asuhan. Autumn bilang, gadis kecil itu dan daddynya akan menjemput dirinya. Maka dari itu, Izzy bersiap satu jam lebih awal sebelum mereka datang.

Dress panjang di atas mata kaki berwarna putih tulang dengan corak bunga daisy menjadi pilihan Izzy kali ini. Surai coklatnya Izzy ikat seperti ekor kuda, menyisakan beberapa anak rambut. Penampilan yang cukup sopan dan sederhana untuk mengunjungi panti asuhan. Lalu bagian wajah, Izzy hanya memberikan sentuhan bedak tipis dengan lip balm rasa vanilla untuk bibirnya.

Decitan pintu terdengar, membuat Izzy menoleh. Daddynya berdiri di ambang pintu, tersenyum lembut. "Ada yang mencarimu," kata Hans.

Izzy mengangguk. "Mereka sudah datang?"

Hans balas mengangguk. "Sejak kapan kau berhubungan dengan pewaris Oberoi, sayang?"

"Ah itu, sejak summer camp. Waktu itu Izzy menolong putri terakhirnya yang tersesat, lalu Izzy menjadi dekat dengan gadis kecil itu."

"Ooo, yang sekarang ada bersamanya? Ah dia menggemaskan." Puji Hans tersenyum.

Izzy mengangguk setuju. "Ya. Dia sangat menggemaskan, Dad."

Izzy berjalan beriringan dengan Hans, tersenyata Xander dan Autumn sudah menunggu. "Izzy!" seru Autumn begitu melihat Izzy, gadis kecil itu dengan cepat berdiri dan melangkahkan kakinya menuju Izzy berada.

"Hei, baby."

"Kau sangat cantik Izzy, ah bahkan dress kita sama!" seru Autumn senang. Gadis kecil itu memakai dress yang sama seperti milik Izzy versi kecilnya, tentu dari merk ternama yang sama.

Izzy pun sama terkejutnya, kebetulan yang begitu indah.

Xander menunduk hormat, sembari menyalami tangan Hans. "Saya akan mengajak Izzy untuk pergi ke panti asuhan," katanya canggung meminta izin.

Hans tersenyum, mengangguk. "Ya, silakan. Panggil saja paman. Dan jangan merasa canggung," kalimat Hans membuat Xander ikut tersenyum, menganggukkan kepala.

"Dad, Izzy pergi dulu."

"Grandpa, Autumn pergi dulu bersama Izzy," kata Autumn mencium tangan Hans-membuat ketiga orang dewasa yang berada di ruangan terkejut karena Autumn memanggil Hans dengan sebutan grandpa.

Hans tersenyun hangat, mendengar panggilan Autumn untuknya. Ah, terdengar manis sekali di telinga Hans. "Iya sayang, pergilah. Hati-hati." Hans mengusap kepala Autumn lembut.

Selama perjalanan menuju panti asuhan, Izzy berbincang dengan Autumn, sedangkan Xander fokus pada kemudinya tapi sesekali ikut menimpali. "Izzy mansionmu besar sekali, apa di sana ada kebun dan peternakan?" tanya Autumn.

Izzy mengangguk, "Ada. Daddyku memiliki beberapa sapi dan kuda. Lalu kebun, dulu mommyku yang selalu merawatnya dan sekarang adalah aku."

"Bolehkah aku ke sana?" tanya Autumn.

Izzy mengangguk, tersenyum lebar. "Tentu boleh, baby."

"Ah itu pasti akan menyenangkan. Mansion Dad besar, tapi tidak ada kebun dan peternakan. Hanya ada lapangan luas untuk lepas landas pesawat pribadi Dad."

"Woah, itu sangat keren!" puji Izzy––gadis itu lalu menatap Xander sebelum mengalihkan lagi ke arah Autumn.

Xander hanya menimpali dengan kekehan karena ekspresi Autumn yang menggemaskan ketika bercerita.

Daddy Of 5 ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang