13. Autumn Said: 'Grandpa!'

14.6K 1.2K 59
                                    


Lagi, di pagi hari yang cerah. Ketika seharusnya Izzy menghabiskan akhir pekan dengan bersantai atau melukis, Autumn datang dengan Xander yang mengantar.

Izzy bahkan masih memakai piyama dengan surainya yang acak-acakan khas bangun tidur, daddnya membangunkan dan tanpa menyuruh Izzy membersihkan diri terlebih dulu, pria paruh baya itu menariknya keluar kamar. "Autumn," setelah diam beberapa detik dan sadar dari keterkejutan, Izzy membuka suara.

"Hai!" sapa Autumn tersenyum cerah hingga memperlihatkan giginya, .gadis kecil itu melambaikan tangan.

"Hai, masuklah," kata Izzy akhirnya mempersilahkan keduanya untuk masuk.

"Ah tidak, aku akan pergi karena ada urusan. Dan Autumn akan di sini," kata Xander. "Putriku tiba-tiba saja mengajakku untuk pergi ke mansionmu, aku sudah melarangnya tapi dia memaksa."

Izzy mengangguk mengerti. "Tidak apa. Lagipula dia pernah berkata ingin bermain kemari," balasnya.

Xander mengangguk. "Terima kasih. Nanti sore aku akan menjemputnya. Maaf jika merepotkanmu."

"Autumn, Dad pergi dulu. Kau jangan nakal dan tetap patuh pada Izzy," kata Xander pada Autumn.

Gadis kecil itu mengangguk mengerti, sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam mansion menghampiri Hans, membuat Xander menggelengkan kepalanya. "Jika begitu, aku pergi dulu," kata Xander membuat Izzy mengangguk.

"Yeah, hati-hati."

🍁

"HAHAHA GRANDPA! AUTUMN MENYUKAINYA!" Izzy dapat melihat Autumn yang tertawa bahagia karena gadis kecil itu mampu menaiki salah satu kuda milik Hans.

Hans terkekeh pelan, melihat gadis kecil itu yang terlihat bahagia menunggangi kuda sedangkan Hans berjalan sembari memegang talinya. "Kau bahagia?" tanya Hans. Ugh, bahkan mereka terlihat seperti kakek dan cucu.

Autumn mengangguk semangat, "Bolehkah Autumn sering-sering bermain di sini?" tanyanya. Hans mengangguk, "Tentu boleh, sayang."

"Thank you grandpa!"

"Youre welcome, sweety."

Setelah berputar tiga kali, Autumn turun dibantu dengan Izzy sedangkan Hans melangkah pergi memasuki kandang kudanya. "Izzy, Autumn juga ingin melihat sapi dan memerah susunya," ujar Autumn pada Izzy.

Izzy mengangguk, menggandeng tangan Autumn. "C'mon baby!"

Izzy membawa Autumn menuju ranch sapi, di sana Hans memiliki lima ekor sapi perah dan sepuluh ekor sapi potong berjenis limousin. Ya, selain memelihara tiga ekor kuda balap, Hans juga memelihara lima belas ekor sapi dengan dua jenis berbeda. Dan kebetulan sekali, hari ini adalah jadwalnya untuk memerah susu sapi.

Di sana, sudah ada dua seorang pria yang memang ditugaskan untuk memerah susu sapi. "Paman Luke, gadis kecil ini ingin memerah susu sapi," kata Izzy tersenyum, menunjuk Autumn pada seorang pria bernama Luke.

Paman Luke tersenyum hangat, memberi kode Autumn untuk mendekat. Tapi, gadis kecil itu terlihat malu-malu. "Tidak apa, mendekatlah," bisik Izzy membuat Autumn melangkahkan kakinya perlahan tanpa keraguan.

Autumn lalu berjongkok, tepat di samping paman Luke. "Bagaimana cara memerahnya?" tanya Autumn memberanikan diri.

Paman Luke lalu memberikan Autumn arahan, dan mengajari gadis kecil itu dengan perlahan hingga Autumn bersorak senang ketika dirinya mulai memerah dan mengeluarkan susunya. "Izzy, lihat! Autumn bisa, yeay!" serunya senang.

Izzy mengacungkan jempolnya pada Autumn, "Kau memang yang terbaik, baby!"

🍁

"Ah, melelahkan tapi juga menyenangkan." Autumn menjatuhkan tubuhnya di atas sofa empuk.

Izzy terkekeh, lalu memberikan segelas jus jeruk pada Autumn. "Minumlah."

"Terima kasih," kata Autumn menerimanya.

"Aku akan membersihkan diri terlebih dulu, kau mau ke kamarku atau di sini saja?" tanya Izzy.

"Di sini saja," balas Autumn meminum jusnya.

Setelah kepergian Izzy, Autumn memilih untuk berbaring di atas sofa tidak lupa gadis kecil itu meletakkan gelasnya terlebih dulu di atas meja.

"Hari yang melelahkan, sweety," suara Hans yang terdengar membuat Autumn bangun dari posisinya.

Autumn mengangguk, tersenyum lebar. "Melelahkan tapi juga sangat menyenangkan, grandpa."

Hans mendudukkan tubuhnya di sofa single sebelah Autumn. Pria paruh baya itu menatap Autumn yang memainkan jemarinya, Hans merasa gemas dengan Autumn. Ia merasa sudah memiliki cucu meskipun itu bukan dari putrinya. "Sejak kapan kau mengenal Izzy, sweety?" tanya Hans membuka pembicaraan.

Autumn terdiam, sedikit berpikir. "Ketika summer camp, Izzy sangat baik. Dia yang menolong Autumn ketika tersesat di hutan."

"Benarkah?" tanya Hans tertarik.

Autumn mengangguk meyakinkan. "Iya. Autumn marah pada Austin dan Aiden karena merasa kesal telah diganggu. Membuat Autumn kabur ke hutan."

"Lalu Izzy dan Autumn ikut tersesat tapi akhirnya Dad menemukan kita," lanjut Autumn bahagia.

"Nanti pergilah ke rumah pohon, Izzy memiliki rumah pohon di kebun." Kalimat Hans membuat Autumn berbinar.

"Rumah pohon?"

Hans mengangguk. "Woah. Autumn tidak sabar melihatnya, apakah bisa melihat sunset?"

"Tentu bisa, bahkan terlihat sangat indah."

Izzy sudah selesai membersihkan diri, dan berniat menghampiri Autumn. "Baby, kau ingin membersihkan diri?"

Autumn menggeleng cepat, gadis kecil itu turun dari sofa. "Tidak. Izzy, Autumn ingin ke kebun, lalu ke rumah pohon."

"Grandpa bilang Izzy punya rumah pohon," lanjutnya bertanya.

"Ada kebun tulip, dan rumah pohon di dekatnya. Kita bisa melihat sunset di sana," jawab Izzy. "Kau ingin ke sana?"

Autumn mengangguk bersemangat, gadis kecil itu bangun dari posisinya. "Grandpa ikut?"

Hans menggeleng, pria paruh baya itu tersenyum. "Bersenang-senanglah, Izzy akan mengajakmu berkeliling."

"Bye Grandpa!" Autumn melambaikan tangannya dan dibalas oleh Hans.

"Bye sweety!"















Semarang, 20 Agustus 2020

Daddy Of 5 ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang