10

5.5K 472 5
                                    


Naruto adalah milik Masashi Kishimoto
Saya hanya meminjam tokohnya saja.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Happy reading⭐

...

Malam ini hujan deras disuguhi dengan kilatan petir yang bergemuruh kuat bahkan bisa membuat yang mendengarnya ketakutan. Berbeda dengan wanita berhelaian pink ini, Sakura. Ia masih sibuk memandang kaca besar yang memperlihatkan suasana diluar sana yang diguyur hujan.

Suasananya begitu tenang seakan dirinya sendiri didunia ini karena fakta pun begitu. Kedua tangan Sakura memegang kaca itu yang diluarnya sudah diterjang hujan menujukan beberapa titik hujan yang menetes disana. Kaca itu dingin seperti keadaan saat ini.

Yah sekarang ia kembali berada dirumah sakit atas paksaan Sasuke dan Matsuri yang tentunya kemarin berdebat cukup panjang. Dan pada akhirnya ia kembali menjalani perawatan yang sia-sia.

Bahkan untuk bertemu Sarada dirinya terbatas saat ini karena banyaknya terapi yang ia ikuti. Ia sebenarnya tidak mau tapi mau bagaimana lagi ia juga akan merasa bersalah lagi jika tidak mengikuti perintah Sasuke dan Matsuri.

Petir terus bergemuruh kuat diluar sana hujan pun sama, seakan mereka menangis bersamanya mengerti akan rasa sakit yang ia alami. Sakura pada akhirnya kalah dan membiarkan air matanya keluar seperti malam sebelumnya.

Suara pintu terbuka dan seketika lampu yang sengaja ia matikan akhirnya hidup menerangi ruangan yang semula gelap. Bahkan tanpa melihat orang Sakura tahu itu adalah Matsuri kakaknya yang hari ini bergantian untuk menemaninya.

Dengan cepat ia mengusap air matanya, untungnya ia baru menangis sebentar jadi tidak mengakibatkan matanya membengkak dan membuat kakaknya kembali khawatir lagi.

"Sakura belum tidur? " Matsuri berjalan mendekat kearahnya dan menyamakan posisinya terduduk juga menatap kaca itu seperti yang dilakukan Sakura.

"Kakak tahu kau pasti merindukan Sarada, semenjak kau kesini aku bahkan tidak mengizinkanmu barangkali bertemu Sarada" Sakura menatap kearah Matsuri yang juga menatapnya sambil menunggu kalimat yang akan kakaknya lontarkan lagi.

"Maaf Sakura, seharusnya aku dulu lebih memperhatikanmu daripada mementingkan sekolahku. Aku hanya melihat diluar tanpa melihat kedalam bahwa ternyata kau sedang menahan rasa sakit yang luar biasa" Matsuri mengalihkan pandangannya memandang hujan yang berhasil membasahi tanah.

"Sempat aku merasa kecewa padamu karena menyembunyikan hal ini bahkan aku kecewa pada nii-san dan Gaara yang juga berbohong akan hal ini. Tapi pada akhirnya aku sadar bahwa ini salahku sendiri yang tidak becus menjagamu. Aku juga berfikir bahwa nii-san begitu jahat padaku karena hal ini, namun setelah ku pikir kembali bahwa nii-san juga merupakan kakakku juga itu sebabnya ia berbohong ia ingin menjaga perasaanku" Sakura masih terus mendengarkan tanpa berniat menyela, menatap Matsuri yang masih setia menatap hujan melalui kaca itu.

"Kau tahu bahkan aku sempat membencimu akibat kematian ibu tapi nii-san menyakinkan ku dan membuatku belajar menyayangimu. Aku tidak bisa membenci nii-san apa pun yang terjadi sebohong apapun dia aku tidak bisa membencinya. Karena dirinya kita bisa hidup dengan penuh cinta" Dapat Sakura lihat sudut mata Matsuri yang mengeluarkan bulir air matanya. Untuk hal Sasori, Sakura sendiri pun juga mengakui hal itu bahwa ia juga tidak bisa membenci kakaknya itu walau kakaknya pernah memisahkan dengan anak dan suaminya ia tahu bahwa itu karena kakaknya begitu menyayanginya.

"Sakura" Sakura mendongkak melihat kearah mata Matsuri yang sudah berair sama seperti dirinya.

"Maaf bila memisahkanmu kembali dengan Sarada, tapi aku yakin bahwa kau bisa sembuh setidaknya kita harus mencobanya sampai akhir" Sakura mengangguk mendekat kearah Matsuri yang merentangkan tangannya yang sudah siap memeluknya.

Grepp

Pelukan yang sangat hangat bagi keduanya. Matsuri maupun Sakura saling menangis di balik punggung mereka membagi rasa sakit ditemani dengan dinginya malam ini.

Dibalik pintu yang tertutup itu terlihat Sasori yang bersandar diam disisi pintu itu, mengintip kedua adiknya didalam yang saling membagi rasa sakit melalui sebuah pelukan. Kembali menangis mengingat bahwa semankin mereka dewasa waktu seakan dengan cepat memisahkan mereka, jika seperti ini ia ingin mereka menjadi sosok anak -anak kembali yang saling membagi kebahagiaan.

Lalu setelahnya pria berambut merah ini terduduk berjongkok mendengar lirihan tanggis kedua adiknya didalam sana, mengusap wajahnya yang mengeluarkan air mata. Menangis bersama dalam diam mungkin, akhirnya mereka akan membiarkan nasib yang menentukan selanjutnya dan berusaha menerima apa yang akan terjadi.

.....

Ketika hari itu tiba semoga semuanya baik-baik saja.

Mikoto sedari tadi diam dan hanya memperhatikan Sarada yang sedang asik bermain. Fikirin nya dari tadi terus mengulang sosok yang ia ingat saat ini. Sakura.

Terbesit sebuah perasaan bersalah yang amat besar ketika mengetahui fakta. Bukankah ia terlalu jahat pada wanita yang anaknya cintai itu? Tanpa memikirkan rasa sakit yang dirasakan wanita itu.

Tadi itachi menjenguk Sakura dan sempat bertemu dengan Sasori, masih ia ingat kata kata Itachi yang memenuhi ruang pikirannya saat ini.

"Sakura tidak akan bertahan lama, aku tidak bisa mengatakannya langsung kepada Sasuke, bu"

"Aku bahkan tak menyangka bahwa ini akan terjadi pada Sakura"

"Bahkan bu, aku berfikir bagaimana nantinya Sarada dan Sasuke? "

"Kita hanya bisa berdoa semoga hal itu terjadi"

Yah seperti itulah ucapan yang dilontarkan Itachi padanya tadi. Bertahun-tahun lamanya menahan rasa sakit seorang diri pasti bukanlah hal yang mudah.

Jika benar Sakura akan benar-benar pergi untuk selamanya, bagaimana perasaan Sasuke dan Sarada. Sarada cukup kecil untuk mengalami hal menyakitkan itu. Daripada itu semua Sakura lebih mengalami hal menyakitkan disepanjang hidupnya, lahir tanpa kedua orangtua dan mendapat penyakit.

Disana terlihat Sarada yang asik bermain tanpa mengetahui hal menyakitkan yang akan menghampirinya dikemudian hari. Melihat bagaimana Sarada tertawa membuat hati Mikoto teriris. Ia juga seorang Ibu yang menyukai tawa anaknya namun, Sakura bahkan tak bisa melihat hal itu.

Senyum Sarada sangat mirip persis dengan Sakura, membuat lagi-lagi Mikoto harus mengingat kesalahannya selama ini.

Sepertinya ia harus berkunjung kerumah Sakit untuk meminta maaf walau mungkin maaf tak bisa menghapus rasa sakit yang ia torehkan terlalu dalam. Setidaknya ia akan berusaha.

....

Tbc..

.
.
.
.
.

"Jangan lupa bersyukur, selalu tebarkan kebaikan"

.
.
.
.
.

Vote⭐

Hey Mama! Selesai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang