12; Away

2.1K 345 24
                                    

Bugh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh!.



Mark keluar dari mobil dan menutup pintu dengan keras. Kemudian ia berlari secepat-cepatnya. Kakinya masuk ke dalam gedung apartemen. Lift menjadi tujuannya.



Tangan Mark menekan tombol lift berkali-kali. Ia terlihat sedang terburu-buru. Tak sabar menunggu pintu lift tersebut terbuka.



Ting!.



Lift akhirnya terbuka. Mark langsung masuk ke dalam dan menekan tombol. Lantai 17, tempat dimana Jaemin tinggal.



***


Jaemin duduk sendirian di atas sofa. Kedua kakinya naik, dipeluk erat-erat. Mata sembabnya menatap kosong ke depan. Pikiran Jaemin masih melayang tentang pertemuannya bersama Jessica.



Tak luput sepatah katapun dari ingatannya. Semua Jaemin ingat dengan baik setiap kata yang Jessica ucapkan.



Lagi. Jaemin memeluk kedua kakinya semakin erat sambil menahan tangis.



Ting! Tong!.



Mata Jaemin melirik ke arah pintu. Renjun tiba lebih cepat dari yang Jaemin duga. Ia segera turun dari sofa dan berjalan menuju pintu.



Ceklek.



Pintu terbuka. Tapi bukan Renjun yang berdiri di hadapannya.



"Ngapain kamu disini ?"



"Jaemin..."



Jeno menyebut namanya dengan lirih. Wajah lelaki itu memelas. Tak ada kilatan cahaya apapun di matanya.



Deg!.



Jaemin terdiam mematung. Jeno tiba-tiba memeluknya. Aroma alcohol menyeruak kuat dari tubuh Jeno yang hangat.



"Maafin aku Jaemin. Aku mohon jangan pergi."



Jeno mengeratkan pelukannya. Aroma alcohol Jeno semakin menusuk hidung Jaemin. Tapi Jaemin tak bergeming.



Antara tidak tahu harus berbuat apa dan terkejut atas kehadiran Jeno yang tak pernah ditebak. Jaemin tak bergerak sedikitpun di pelukan Jeno. Pemuda manis itu hanya terdiam, tertegun.



Mark berhenti. Dari kejauhan, ia melihat Jaemin dan Jeno disana. Kaki Mark tak mampu bergerak lagi setelah melihat Jaemin berada dalam pelukan orang lain, bukan dirinya.



Sakit. Kecewa. Semua menjadi satu. Hati Mark hancur tanpa seorangpun tahu.



"Jangan pergi. Jangan pilih Mark." Jeno terus meminta. Tangannya bergerak mengusap lembut rambut Jaemin. Dipejamkan matanya rapat-rapat saat aroma manis dari Jaemin masuk ke penciumannya. Lihat, betapa rindunya ia dengan aroma khas Jaemin.



Anthe After |•MarkminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang