Seorang ibu mana yang tak panik ketika melihat putra semata wayangnya pulang dalam keadaan babak belur. Jessica langsung berjalan cepat dari dapur menuju ruang tengah. Mark duduk di sofa.
"Ya Tuhan. Wajahmu kenapa ?"
Jessica khawatir. Terutama saat jemari-jemari lentiknya menyentuh sebuah luka biru di sudut bibir Mark dan si pemilik wajah meringis.
"Sakit ? Siapa yang berani mukulin kamu hah ? Siapa ???"
Mark tak menjawab.
"Biar mom ambil kotak obat dulu."
Jessica bangkit. Ia berjalan menuju kamarnya dimana kotak obat selalu tersimpan disana. Tetapi Mark menghentikannya. Tangan dingin Mark melingkar di pergelangan tangan si ibu.
Jessica berhenti. Ia menoleh, menunduk, menatap anaknya yang masih duduk.
"Ada apa ?"
"Apapun yang mom katakan pada Jaemin,--" mata Mark melihat ibunya. ",-- Apa itu buruk ?"
Jessica mengalihkan mata, menghindar dari tatapan Mark yang membuat hatinya tersinggung. Apa yang salah ?. Sebagai seorang ibu dan nenek, Jessica berhak melakukan apa yang sudah dilakukannya pada Jaemin. Tapi tatapan kesal lah yang justru Jessica terima.
Hati Jessica sakit.
"Lepas." Jessica memberi penekanan pada katanya.
"Apapun yang mom bilang sama Jaemin, itu demi kebaikan kamu dan Minhyung."
Mark tahu kalau ibunya kesal. Tetapi, Mark juga sama. Ia tak terima setelah tahu bahwa Jessica menemui Jaemin tanpa ijinnya terlebih dahulu.
Jessica menarik tangannya dari genggaman Mark.
"Terserah kamu mau marah sama mom atau tidak. Tapi kalau Jaemin tetap kembali setelah memikirkan apa yang mom katakan, itu artinya dia benar-benar jawaban dari doa kita selama ini."
"Tapi kalau tidak,--" Jessica menghela nafas. "-- dia bukan yang terbaik untukmu dan Minhyung."
Jessica berjalan pergi. Ditinggalkannya Mark yang terdiam di ruang tengah seorang diri. Kembali terdengar suara Jeno di pertengkaran tadi. Terdengar helaan nafas frustasi dari Mark.
***
Hari sudah berganti. Esok hari telah tiba. Tapi masalah yang Mark hadapi belum menemukan titik terang. Di atas roof top tempatnya bekerja, Mark berdiri dan memandang lurus ke arah pemandangan sore kota Seoul dari ketinggian. Ia biarkan angin bertiup menerpa wajahnya yang masih setengah basah. Mark tadi berkali-kali membasuh wajahnya, berharap pikirannya bisa jadi jernih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthe After |•Markmin
Fanfiction"Dunia memang tidak bisa ditebak.--" Jaemin sudah merasa hidupnya sempurna. Ada Jeno sebagai pelengkap hidupnya. Namun suatu hari, Mark datang mengisi kesehariannya. Jaemin fikir, kehadiran Mark adalah sebuah kesalahan. Lelaki itu datang di waktu da...