Sebuah mobil berhenti di depan toko Renjun. Kaca jendelanya turun. Mata sang pemilik memperhatikan ke dalam toko tersebut. Meskipun tulisan di pintu masuk toko adalah tutup. Akan tetapi, masih terlihat jelas dari jendela kalau seseorang masih tengah sibuk di dalam toko.
Mark, matanya tak beralih. Masih memandangi sosok tak asing di dalam toko sana. Entah apa yang dilakukan oleh pemuda manis itu di sore hari ini. Seharusnya pemuda itu pulang, beristirahat setelah seharian sibuk mengajar.
Padahal, pemuda manis yang bukan lain adalah Jaemin, terlihat lelah disela-sela kegiatannya merapikan tanaman-tanaman Renjun. Mata Mark tetap tertuju pada Jaemin sampai pemuda manis itu duduk kelelahan di samping jendela.
***
Jaemin melepas sarung tangan karetnya yang penuh tanah. Setelah melemparnya ke dalam ember, tangannya menyahut ponsel di atas meja.
Helaan nafas tanda kecewa terdengar. Mark masih belum membahas pesan singkatnya sejak semalam. Tak ada nama Mark yang tertera di layar seperti hari-hari sebelumnya.
Jaemin kembali meletakkan ponselnya ke atas meja. Kemudian berdiri, berjalan menuju kasir, dan mengambil tas ransel miliknya. Kini tugasnya membantu Renjun mengurus toko telah selesai.
"Akh.."
Jaemin meringis saat tangannya tak sengaja menyenggol meja. Lukanya kembali terasa perih. Bekas serpihan kaca kemarin masih membekas jelas.
Tiba-tiba tangan seseorang menyentuh tangan Jaemin dengan perlahan dan hati-hati. Jaemin mendongak ke samping, mendapati Mark yang memasang wajah cemas, sedang memperhatikan luka di balik perbannya.
"Tanganmu kenapa ?"
Mata Mark beralih ke arahnya. Jaemin terdiam, masih terkejut menyadari kehadiran Mark secara tiba-tiba.
"Kamu disini ?"
Mark tak menjawab. Ia lebih memilih untuk kembali mengkhawatirkan luka yang Jaemin dapat di pergelangan tangannya.
Jaemin memandangi Mark. Ia perhatikan setiap gerak-gerik dari Mark dengan seksama. Wajah pria itu terlihat khawatir. Jaemin tersenyum menyadarinya.
"Perbannya harus diganti."
"Mark.."
Yang dipanggil menoleh. "Apa ?"
Tanpa jawaban, Jaemin melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Mark. Ia sandarkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang pria itu. Terbenamlah wajahnya disana.
Mark membiarkan Jaemin memeluknya. Tak ia cegah juga tak ia minta. Beberapa detik berlalu dalam keadaan yang sama. Keheningan datang untuk sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthe After |•Markmin
Fanfic"Dunia memang tidak bisa ditebak.--" Jaemin sudah merasa hidupnya sempurna. Ada Jeno sebagai pelengkap hidupnya. Namun suatu hari, Mark datang mengisi kesehariannya. Jaemin fikir, kehadiran Mark adalah sebuah kesalahan. Lelaki itu datang di waktu da...