Lelah

376 40 18
                                    

Kejadian tiga hari lalu dimana Miguel terluka, membuat hubungan keduanya semakin dekat dan akrab. Alicia pun merasa harus mengurangi umpatan yang terucap, walau ia sendiri lebih sering kalap.

Alicia masih bergelung dalam selimut tebalnya, ia masih mengembara di dunia mimpi sana.

Jacob sudah pergi bekerja, dirinya sudah menyerah untuk membangunkan adiknya. Sebagai kakak yang baik, ia sudah meninggalkan seporsi menu sarapan disertai carikan kertas berisi kata pamitan.

Tidak ada yang tau, di pagi ini, di detik ini pula, Miguel sudah terduduk manis di sisi ranjang sembari mengamati wajah Alicia saat terpejam.

" Bahkan sekarang ini sudah pagi, sweet. Matahari sudah bersinar. " Gumam Miguel heran. Ia melayangkan kecupan pelan pada dahi Alicia mencoba membuat gangguan.

Tapi, usahanya benar-benar percuma. Gadis itu semakin merapatkan gulungan selimut yang melilit tubuhnya. Miguel terkekeh sejenak, menikmati wajah kusut Alicia dalam tidurnya.

" Telingaku lebih aman saat dia tertidur, ku akui itu. " Ucap Sean tiba-tiba sudah berada di samping Miguel.

" Kenapa kau kemari? "

" Yang Mulia Miguel, bukankah tugasku itu menemani si mulut pedas ini? " Balas Sean sarkas.

Miguel tersenyum tipis, " Jaga dia, temani dia, aku akan pergi menyelesaikan urusanku. "

Sean mengangguk, selepas Miguel menghilang tanpa jejak, dengan jahil Sean menarik paksa selimut tebal yang melilit tubuh Alicia.

" Bangun putri tidur! " Teriak Sean dengan kerasnya, Alicia menutup kedua telinganya. Mata sayunya menatap tajam Sean yang sudah tertawa ngakak melihat reaksi terkejut Alicia.

" Sialan kau! Mau apa kau ke sini pagi-pagi buta begini? "

" Baiklah putri tidur, apa jam 10.00 termasuk dalam hitungan pagi-pagi buta? "

Alicia tertawa kecil, membuat Sean merasa menggigil.

" Kau kenapa? " Tanyanya sedikit takut, mendengar derai tawa tak beralasan milik Alicia.

" Aku lapar.. " Gumam Alicia, ia beranjak menuju dapur meninggalkan Sean yang merenung sendiri di dalam kamar gadis itu..

" Ahh... Apa seorang gadis di dunia manusia akan tertawa sendirian jika ia merasa lapar? " Gumam Sean mencoba menerka apa kebiasaan aneh manusia.

Sean ikut duduk di samping Alicia yang tengah lahap menikmati sarapannya. Alicia mengerutkan keningnya heran, melihat tatapan yang Sean berikan.

" Ada apa denganmu? Kkau..Kau tak mungkin menyukaiku kan? " Alicia mengumpat pelan mendapati bibirnya yang gemetaran setelah bertanya pertanyaan konyol barusan.

Sean terkekeh geli, " Singkirkan pikiran anehmu itu! Itu sangat menggelikan. "

Alicia mengangguk setuju, benar pemikiran dimana Sean menyukainya adalah hal yang menggelikan.

" Aku ingin keluar, bolehkah? " Gadis itu menatap Sean dengan binar mata penuh harapan.

Sean terdiam sejenak, " Baiklah. Tapi ingat, jangan keluar terlalu jauh! "

Alicia tersenyum, ia mengacungkan kedua jempolnya dengan semangat. Secepat itu pula ia menyelesaikan sarapannya, meminum segelas susu coklat hingga tandas, dan berlari kegirangan keluar rumah.

Sean menghela napas pelan, bibirnya mencibik kesal lantaran Alicia yang tak bertanggungjawab untuk mencuci piring setelah gadis itu sarapan.

Di luar sana, Alicia terus berjalan tanpa tujuan pasti. Bibirnya terus menyunggingkan senyum menawan.

The Blue Sea ( Slow Update hampir HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang