Hukuman Lagi

37 7 0
                                    

Lengkingan itu sontak mengundang antusiasme semua murid. Mereka berbondong-bondong mendekat ke meja Rayyan. Agar tidak dicurigai, Nessa ikut mendekat dan pura-pura melihat kondisi meja bagian bawah milik Rayyan.

"Ih, jorok!"

"Kurang kerjaan banget!"

"Sumpah, gue jijik!"

Nessa menelan ludahnya mendengar komentar para penghuni kelasnya itu. Apalagi ketika netranya menangkap wajah merah padan Rayyan. Pasti laki-laki itu malu sekaligus marah besar.

"Siapa yang ngelakuin ini?!" serunya dengan suara tajam. Satu kelas terdiam, tidak ada yang berani bersuara. Termasuk Nessa yang memang dalang dari semua ini.

Eh, tapi, kan, yang punya ide Rayqa. Aku juga nggak tahu dia punya dendam kesumat apa sama si Rayyan sampai kayak gini ceritanya.

Nessa memutuskan untuk menjauh dari kerumunan itu. Kembali ke tempat duduknya dan mengirim video yang ia dapat kepada Rayqa. Di seberang sana Rayyan masih marah-marah dan seenaknya menuduh beberapa orang yang kebetulan duduk di dekatnya.

Untung beberapa saat kemudian bel sekolah berbunyi. Dilanjut dengan teriakan Danu yang duduk di depan pintu kalau Bu Vio, wali kelas mereka, tengah menuju ke kelas.

Untuk sementara waktu, emosi Rayyan bisa tertahan.

-Mama Karina-

Aisha menghela napas panjang setelah pelajaran pertama telah usai. Dia mengambil mukena dari dalam tas dan melangkah ke luar kelas. Kebetulan kemarin Aisha halangan sehingga tidak pergi ke mushola untuk melaksanakan shalat duha.

Rayqa sudah 'kabur' dari kelas sejak bel istirahat berbunyi. Entah apa yang membuatnya tergesa-gesa pergi. Aisha hanya bisa berharap kalau dia tidak merencanakan apa pun yang berpotensi membuat dia dihukum.

Koridor terlihat sangat ramai. Para siswa hilir mudik di sana. Aisha berjalan cepat sambil menundukkan kepalanya. Sebuah kebiasaan baru semenjak dia berada di sini. Dia masih beradaptasi dengan lingkungan yang menurutnya baru ini. Masih canggung dengan murid-murid lainnya sekaligus tidak mau terlibat kontak mata dengan murid laki-laki.

"Aisha!" Teriakan itu membuat langkah cepat Aisha terhenti. Itu bukan suara Rayqa atau Nessa. Bukan pula suara teman-teman perempuannya di kelas.

Setelah terdiam sejenak, dia menahan napas. Itu memang bukan suara perempuan. Itu suara laki-laki.

"Aisha!" Sekali lagi suara itu terdengar. Kali ini Aisha memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dia menemukan sosok laki-laki berjalan ke arahnya.

Gadis itu menghela napas pelan. Ternyata itu bukan suara laki-laki yang ia hindari selama ini. Itu adalah Farel, siswa laki-laki yang terkenal kalem dan pendiam.

"Ya, ada apa?" tanya Aisha. Berusaha untuk tetap tenang.

Laki-laki itu tersenyum kaku. "Itu ... setelah shalat duha kamu langsung ke ruang guru, ya. Pak Wahyu mau membicarakan sesuatu dengan kamu dan Fatih," kata Farel.

"Oh, oke. Nanti aku ke sana," tanggap Aisha. "Kalau gitu, aku ke mushola dulu, ya."

Dia tidak nyaman berada di dekat laki-laki yang bukan mahram-nya. Selain belum terbiasa, dia juga punya ingatan buruk mengenai itu.

Saat Aisha ingin pergi dari sana, Farel kembali memanggilnya, "A ... Ai ... Aisha!"

Mau tak mau gadis itu kembali menoleh. Menunggu Farel bicara.

Nerasha {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang